Thursday, March 14, 2019

Resume Sejarah Peradaban Islam (Buku: Syamsudin)


BAB 1
PENDAHULUAN
1.      Pengertian Sejarah
Pengertian sejarah secara etimologi berasal dari kata Arab s y ajar ah artinya "pohon". Dalam bahasa Inggeris peristilahan sejarah disebut history yang berarti pengetahuan tentang gejala-gejala aLam, khususnya manusia yang bersifat kronologis. Sementara itu, pengetahuan serupa yang tidak kronologis diistilahkan dengan science. Oleh karenaitu dapat dipahami bahwa sejarah itu adalah aktivitas manusia yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang tersusun secara kronologis. Pengertian sejarah juga berarti ilmu pengetahuan yang berikhtiar untuk melukiskan atau menjelaskan fenomena kehidupan sepanjang terjadinya perubahan karena adanya hubungan antara manusia terhadap masyarakatnya.
Pengertian sejarah lainnya adalah yang tersusun dari serangkaian peristiwa masa lampau keseluruhan pengalaman manusia. Dari beberapa pengertian sejarah di atas dapat diketahui bahwa sejarah itu adalah ilmu pengetahuan yang berusaha melukiskan tentang peristiwa masa lampau umat manusia yang disusun secara kronologis untuk menjadi pelajaran bagi manusia yang hidup sekarang maupun yang akan datang. Itulah sebabnya, dikatakan orangbahwa sejarah adalah guru yang paling bijaksana.
2.      Pengertian Kebudayaan
Kata "Kebudayaan" dalam bahasa Arab adalah al- Tsaqafah. Tetapi di Indonesia masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata "Kebudayaan" (Arab, al-Tsaqafah; Inggris, Culture) dan "Peradaban" (Arab, al-Hadharah ; Inggris, Civilization). Dalam ilmu Antropologi sekarang, kedua istilah itu dibedakan. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud, (1) wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks, ide-ide, gagasan, nilai- nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya, (2) wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (3) wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda- benda hasil karya.
BAB 2
SEJARAH BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM

1.      Geografi Simenanjung Arabia
Bangsa Arab bertempat tinggal dan mendiami simenanjung terbesar di dunia, yaitu Simenanjung Arabia. Terletak di Asia Barat Daya, luasnya 1.027.000 mil persegi, sebagian besar ditutupi padang pasir dan merupakan salah satu tempat terpanas di dunia. Tidak terdapat sungai yang dapat dilayari atau aimya yang terus menerus mengalir ke laut, yang ada hanya lembah- lembah yang digenangi air di waktu musim hujan. Simenanjung Arabia terdiri atas dua bagian. Pertama, daerah pedalaman, merupakan daerah padang pasir yang kering karena kurang dituruni hujan dan sedikit penduduk karena daerahnya tandus. Kedua, daerah pantai di pinggir laut, di bagian tengah dan selatan, hujan turun teratur sehingga subur ditanami, yaitu daerah Hijaz, Yaman, Hadramaut, Oman dan Bahrain. Di antara daerah itu Yaman yang paling subur, sehingga disebut negeri barkah.
2.      Asal Usui Bangsa Arab
Bangsa Arab berasal dari ras Samiyah dan terbagi kepada dua suku. Pertama, suku Arab al-Baidah, yaitu bangsa Arab yang sudah punah seperti kaum Ad dan Tsamud. Kedua, suku Arab al-Baqiyah, yaitu bangsa Arab yang masih hidup sampai sekarang, terdiri dari keturunan Qahthan dan Adnan. Allah mengutus Nabi Hud kepada kaum Ad tetapi mereka mendustakan-Nya maka Allah menyiksa mereka dengan meniupkan angin selama tujuh malam delapan hari secara terus menerus. Mereka mati bergelimpangan karena kedinginan kelaparan dan ditimpa berbagai penyakit sehingga mereka punah dan tidak ada yang tersisa.
a.       Flora
Hasil utama Jazirah Arab adalah kopi, korma,sayur- sayuran dan buah-buahan. Yang paling penting di antaranya adalah korma. Tidak dapat dibayangkan bagaimana kehidupan di padang pasir, tanpa korma. Buahnya menjadi bahan makanan pokok, bijinya ditumbuk untuk makanan unta, dan batangnya dapat dijadikan bahan kayu bakar. Di Hijaz dan sekitarnya, Yatsrib adalah penghasil korma yang banyak, sampai sekarang masih seperti itu, sebaliknya Makkah karena daerahnya bukit-bukit berbatu tidak terdapat banyak korma. Daerah-daerah pantai, seperti Yaman, Hadramaut menghasilkan buah-buahan dan sayur- sayuran, juga gandum dan kopi dalam jumlah besar.
Daerah peranian yang paling subur adalah Yaman dan Syam (Siria). Maka tidak mengherankan bila kedua kota itu menjadi pusat perjalanan dagang orang-orang Quraisy dari Makkah di masa Jahiliyah. Mereka pergi ke Yaman di musim dingin dan pergi ke Syam di musim panas.


b.      Fauna
Hewan utama di Jazirah Arab adalah unta, kuda, domba, dan kambing, tetapi yang paling penting di antaranya adalah unta. Karena unta, selain berfungsi sebagai alat transportasi juga dijadikan alat tukar: mas kawin, harga tebusan, hasil perjudian bahkan kekayaan, semuanya dihitung dalam jumlah unta.

BAB 3
SEJARAH HIDUP NABI MUHAMMAD S.A.W.
A.     Periode Makkah
1.      Sebelum Diangkat Menjadi Rasul
Nabi Muhammad s.a.w lahir pada hari Senin tanggal 20 April 571 M tahun Gajah di suatu tempat yang tidak jauh dari Ka'bah, iaberasal dari kalanganbangsawan Quraisy dari Bani Hasyim, sementara masih ada bangsawan Quraisy yang lain, yaitu Bani Umaiyah. Tapi Bani Hasyim lebih mulia dari Bani Umaiyah. Ayahnya Abdullah bin Abdul Muththalib dan ibunya Aminah binti Wahab. Garis nasab ayah dan ibunya bertemu pada Kilab bin Murrah. Apabila ditarik ke atas, silsilah keturunan beliau baik dari ayah maupun ibunya sampai kepada Nabi Isma'il AS dan Nabi Ibrahim AS.
Tujuh hari dari kelahirannya, kakeknya Abdul Muththalib mengundang semua orang Quraisy dalam suatu selamatan jamuan makan, ketika itu Abdul Muththalib memberi nama Muhammad kepada cucunya itu. Nama tersebut terasa aneh bagi mereka yang hadir dan mempertanyakannya kepada Abdul Muththalib dan mereka  berkata; "Sungguh di luar kebiasaan, kenapa diberi nama Muhammad", dijawab oleh kakeknya; "Agar menjadi orang terpuji di langit dan terpuji di bumi".
Sudah menjadi kebiasaan orang Arab, anak-anak yang baru lahir diasuh dan disusui oleh wanita kampung dengan maksud agar mendapatkan udara desa yang masih bersih dan pergaulan masyarakat yang baik bagi pertumbuhan anak- anak. Ketika Muhammad lahir wanita-wanita dari desa Sa'ad lebih, kurang 60 km dari Makkah, datang ke Makkah menghubungi keluarga-keluarga yang akan menyusukan anak mereka dengan mengharapkan upah. Karena kondisi ekonomi Aminah yang lemah tidak ada di antara wanita-wanita tersebut yang mau mengasuh Muhammad kecuali Halimah setelah minta izin sama suaminya Haris, mau mengasuhnya sambil berharap mudah- mudahan Tuhan memberkati kehidupan mereka. Aminah dan Abdul Muththalib pun melepaskannya dengan penuh senang hati
Deceritakan lebih lanjut bahwa kehadiran Muhammad dalam keluarga miskin tersebut sungguh membawa berkah. Rumput yang digunakan mengembala kambing tumbuh subur, kambing yang mereka pelihara menjadi gemuk-gemuk, air susunya menj adi banyak sehingga kehidupan mereka yang suram dan susah berubah menjadi penuh bahagia dan kedamaian, mereka percaya anak yatim itulah yang membawa berkah dalam kehidupan mereka, sengsara membawa nikmat. Ketika ia masih tiga bulan dalam kandungan Ayahnya meninggal dunia pada saat pergi berniaga ke Yatsrib,  
Demikianlah dilakukan Muhammad setiap tahun. Ketika usianya 40 tahun, pada tanggal 17 Ramadhan 611 M, malaikat Jibril mendatanginya menyampaikan wahyu Allah yang pertama surat al-Alaq (ayat 1-5). Berarti secara simbolis Muhammad telah dilantik sebagai Nabi akhir zaman. Nabi Muhammad s.a.w. menceritakan peristiwa yang dialaminya itu kepada istrinya Khadijah. Rasulullah dibawa Khadijah menghadap seorang pendeta Nasrani yang berpengetahuan luas, bernama Waraqah bin Naufal. Setelah Nabi menceritakan pengalamannya itu, Waraqah berkata: "Inilah malaikat yang diturunkan Allah Swt. pada Nabi-nabi s ebelummu..."
Setelah wahyu pertama itu datang, terputuslah wahyu selama lebih kurang dua tahun, kemudian Jibril datang lagi untuk membawa wahyu yang kedua, Surah al-Mudatsir (ayat 1-7). Dengan turunnya wahyu kedua itu, maka berarti Nabi sudah mulai wajib menyampaikan dakwah.
2.      Tahap-Tahap Dakwah
Rasulullah berdakwah melalui beberapa tahap. Pertama, secara diam-diam di lingkungan keluarga dan sahabat dekatnya. Diterima oleh istrinya Khadijah, anak pamannya Ali, anak angkatnya Zaid bin Haritsah, serta sahabat dekatnya Abu Bakar. Melalui Abu Bakar, masuk Islam pula Utsman bin Affan, Zubeir bin Awwam, Saad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan beberapa budak dan fakir miskin.
Dakwah ini berlangsung selama tiga tahun. Kedua, dakwah kepada keturunan Abdul Muthalib. Hal ini dilakukan setelah turunnya wahyu ketiga, surah Al- Syu'ara' (ayat 214). Nabi mengumpulkan dan mengajak mereka supaya beriman. Akan tetapi Abu Lahab beserta   Ketiga, Takut kehilangan mata pencaharian karena pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki mereka. Keempat, Nabi Muhammad s.a.w. menyerukan persamaan hak antara hamba sahaya dan bangsawan. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy. Kelima, Taklid kepada nenek moyang adalahkebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab.
3.      Tantangan Kaum Quraisy
Dengan demikian, kaum Quraisy menentang dakwah Nabi dengan bertahap. Pertama, membujuk, karena kekuatan Nabi terletak pada perlindungan Abu Thalib yang amat disegani itu. mereka meminta Abu Thalib memilih satu di antara dua: yaitu memerintahkan Muhammad agar berhenti dari dakwahnya atau menyerahkannya kepada mereka untuk dibunuh. Abu Thalib mengharapkan Muhammad agar menghentikan dakwahnya. Namun Nabi menolak dengan mengatakan "Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini. Walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak saudara mengucilkan saya". Abu Thalib sangat terharu mendengarkan jawaban keponakannya itu, kemudian ia berkata "Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu".
Merasa gagal dengan cara ini, kaum Quraisy kemudian mengutus Walid bin Mughirah dengan membawa Umarah bin Walid, seorang pemuda yang gagah dan tampan untuk dipertukarkan dengan Nabi Muhammad s.a.w. Walid bin Mughirah berkata kepada Abu Thalib "Ambillah dia menjadi anak saudara, tetapi serahkan Muhammad kepada kami untuk kami bunuh". Usui ini langsung ditolak keras oleh Abu Thalib.
Ketiga, memboikot seluruh keluarga Bani Hasyim. Untuk melumpuhkan kekuatan kaum muslimin, pemimpin Quraisy melakukan pemboikotan terhadap seluruh keluarga Bani Hasyim. Karena menurut mereka kekuatan Nabi terletak pada keluarganya yang melindunginya, baik yang belum maupun yang sudah masuk Islam. Mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan suku ini. Tidak seorang pun penduduk Makkah diperkenankan melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Akibatnya banyak di antara keluarga Bani Hasyim yang menderita kelaparan. Hanya karena kasihan beberapa pemimpin Quraisy, pemboikotan ini dihentikan. Tindakan pemboikotan ini dimulai pada tahun ke-7 dari kanabian hingga tahun ke-10 menjelang Abu Thalib dan Khadijah meninggal, hal itu berlangsung selama 3 tahun.
4.      Abu Thalib dan Khadijah Wafat
Tidak lama setelah pembaikotan itu dihentikan, pada tahun ke-10 dari kenabian, Nabi Muhammad s.a.w. berganti menghadapi tiga peristiwa yang menyedihkan pula sehingga tahun itu disebut dengan tahun duka cita. Bararti selesai dari tahun pembaikotan memasuki tahun kesedihan dan kepedihan atau yang lebih dikenal dengan tahun duka dta. Adapun tiga peristiwa tersebut; Pertama, pamannya, Abu Thalib, pelindung utamanya, meninggal dunia dalam usia 87 tahun.
Kedua, tiga hari setelah itu, meninggal dunia pula istrinya, Khadijah, dalam usia 65 tahun. Sepeninggal dua pendukung utamanya itu, kafir Quraisy tidak segan-segan lagi melampiaskan nafsu amarah mereka terhadap Nabi. Melihat reaksi penduduk Makkah yang semakin brutal itu, terutama pamannya Abu Lahab dan istrinya. Nabi kemudian
5.      Tahun Duka Cita dan Isra' Mi'raj
Dalam situasi berduka dta di tahun duka cita yang dialami Nabi secara beruntun tahun ke-10 dari kenabian tersebut di atas Allah mengisra' mi'rajkan Nabi Muhammad s.a.w., pada tahun ke-10 itu juga, antara lain, tujuannya adalah untuk menghibur hati Nabi yang sedang berduka cita tersebut.
Berita Isra' Mi'raj itu menggemparkan masyarakat Makkah. Nabi yang kesulitan mengumpulkan orang Makkah untuk menyampaikan berita isra' mi'raj ini dapat dibantu Abu Jahal dengan harapan kaumnya mendustakan Nabi, sedang bagi orang beriman, peristiwa ini merupakan ujian keimanan. Melalui isra' mi'raj itu, kewajiban sholat lima kali sehari semalam mulai dilaksanakan. Kaitan antara tahun duka cita dengan isra' mi'raj Nabi adalah untuk menghibur hati Nabi yang sedang berduka dta ketika itu dengan memperlihatkan beberapa Rasul yang juga mendapat tantangan dari kaumnya sekaligus memohon pertolongan Allah Swt. menghadapi tantangan orang-orang kafir itu.
Setelah kaum Quraisy mengetahui adanya perjanjian antara Nabi dan orang-orang Yatsrib itu, mereka semakin gila melancarkan intimidasi terhadap kaum muslimin. Hal ini membuat Nabi segera memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib. Dalam waktu dua bulan, lebih kurang 150 orang kaum muslimin telah meninggalkan kota Makkah. Hanya Ali dan Abu Bakar yang tinggal bersama Nabi di Makkah. Keduanya menemani dan membela Nabi sampai Nabi hijrah ke Yatsrib karena kafir Quraisy sudah merencanakan akan membunuhnya.
Dalam musyawarah kafir Quraisy yang berencana hendak membunuh Nabi, Abdul Jahal mengusulkan agar pembunuhan dilakukan oleh seluruh kabilah Arab melalui wakil masing-masing. Dengan car a begini, keluarga Nabi tidak akan mampu menuntut balas atas kematiannya. Berita tentang rencana pembunuhan Nabi itu diberitahukan Allah Swt. kepada Nabi dan diperintahkan agar segera meninggalkan kota Makkah.
B.     Periode Madinah
1.      Hijrah ke Yatsrib
Segera setelah mendapat perintah hijrah dari Allah Swt. Rasulullah menemui sahabatnya Abu Bakar agar mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam perjalanan. Nabi juga menemui Ali dan meminta kepad nya agar tidur di kamarnya guna mengelabui musuh yang berencana membunuhnya. Senin malam Selasa itu, Nabi ditemani Abu Bakar dalam perjalanan menuju Yatsrib. melaksanakan shalat Jum'at, Nabi melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib dan disambut oleh Bani Najjar.
Sementara itu, penduduk Yatsrib telah lama menunggu-nunggu kedatangan Nabi. Begitu Rasulullah tiba di kota Yatsrib ini beliau melepaskan tali kekang untanya dan membiarkannya berjalan sekehendaknya. Unta itu berhenti di sebidang kebun korma milik dua anak yatimbernama Sahl dan Suhail yang diasuh oleh Abu Ayyub. Kebun itu dijual dan di atasnya dibangun masjid atas perintah Rasulullah. Sejak itu nama kota Yatsrib ditukar menjadi "Madinatun Nabi", tetapi dalam kehidupan sehari-hari biasa disebut "Madinah" saja.
Berbeda dengan periode Makkah di mana umat Islam merupakan kelompok minoritas, pada periode Madinah mereka menjadi kelompok mayoritas. Di Makkah Rasulullah hanya berfungsi sebagai seorang Rasul, tetapi di Madinah beliau selain sebagai seorang Rasul dia juga sebagai Kepala Negara.
2.      Membangun Masyarakat Islam
Guna membina masyarakat yang baru itu, Nabi meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat di kalangan internal umat Islam. Pertama, pembangunan mesjid. Setiap kabilah sebelum Islam datang, mereka memiliki tempat pertemuan sendiri-sendiri. Nabi menginginkan agar seluruh umat Islam hanya memiliki satu tempat pertemuan. Maka beliau membangun sebuah masjid yang diberi nama "Baitullah". Di masjid ini, selain dijadikan tempat
3.      Mengadakan Perjanjian Dengan Non-Muslim/Konstitusi Madinah.
Penduduk Madinah di awal kedatangan Rasulullah terdiri dari tiga kelompok, yaitu bangsa Arab muslim, bangsa Arab non-muslim dan orang Yahudi. Untuk menyelaraskan hubungan antara tiga kelompok itu, Nabi mengadakan perjanjian dalam piagam yang disebut "Konstitusi Madinah", yang isinya antara lain: Pertama, Semua kelompok yang menandatangani piagam merupakan suatu bangsa. Kedua, Bila salah satu kelompok diserang musuh, maka kelompok lain wajib untuk membelanya. Ketiga, Masing-masing kelompok tidak dibenarkan membuat perjanjian dalam bentuk apapun dengan orang Quraisy.
Keempat, Masing-masing kelompok bebas menjalankan ajaran agamanya tanpa campur tangan kelompok lain. Kelima, Kewajiban penduduk Madinah, baik kaum Muslimin, non-Muslim, ataupunbangsa Yahudi, saling bantu membantu moril dan materiil.
4.      Permusuhan Kafir Quraisy dengan Nabi
Meskipun Nabi dan umat Islam telah meninggalkan Makkah, tetapi kafir Quraisy tidak menghentikan permusuhannya karena jika Islam berkembang di Madinah bukan hanya mengancam kepercayaan mereka tetapi juga ekonomi. Sebab letak Madinah berada di jalur dagang mereka ke Syam.
Maka tidak mengherankan jika terjadi peperangan antara umat Islam dengan kafir Quraisy selama 8 tahun dalam puluhan kali pertempuran. Yang terpenting di antaranya adalah:
a.       Perang Badar
Perang Badar, terjadi pada bulan Ramadhan 2 H (624 M), di dekat sebuah sumur milik Badr. Sebab utamanya adalah untuk memenuhi tekad kafir Quraisy membunuh Nabi yang berhasil meloloskan diri ke Madinah dan menghukum orang yang melindunginya.
b.      Perang Uhud
Perang Uhud, terjadi pada tahun 3 H (625 M). Penyebabnya karena kekalahan kaum Quraisy dalam perang Badr merupakan pukulan berat. Mereka bersumpah akan melakukan pembalasan. Untuk itu pemimpin Abu Sofyan memobilisasi 3000 prajurit. Beberapa orang pembesar disertai istrinya berperang termasuk istri Abu Sofyan sendiri, Hindun. Mereka berangkat menuju Madinah.
c.       Perang Ahzab/Khandaq
Perang Ahzab, terjadi pada bulan Syawal 5 H (627 M). di pihak musuh membentuk pasukan gabungan yang terdiri dari orang-orang Quraisy, suku Yahudi yang mengungsi ke Khaibar, dan beberapa suku Arab lainnya. Mereka berjumlah 10.000 tentara di bawah pimpinan Abu Sofyan.
d.      Perjanjian Hudaibiyah
Perjanjian Hudaibiyah, pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan. Nabi memimpin 1000 kaummuslimin
e.       Masa Genjatan Senjata.
Setahun kemudian ibadah haji ditunaikan sesuai dengan rencana. Banyak orang Quraisy yang masuk Islam setelah melihat kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh masyarakat Islam Madinah. Di antaranya Khalid bin Walid dan Amr bin Ash. Masa gencatan senjata telah memberi kesempatan kepada Nabi; pertama, mengirim utusan dan surat kepada
f.        Penaklukan Kota Makkah
Dua tahun setelah terjadi Perjanjian Hudaibiyah, ternyata dilanggar oleh kaum Quraisy. Pada tahun 8 Hijrah mereka membantu sekutunya Bani Bakr yang berperang dengan Bani Khuza'ah sekutu umat Islam. Nabi menegur Abu Sofyan tentang bantuan yang mereka berikan kepada Bani Bakr. Dijawab Abu Sofyan bahwa perjanjian Hudaibiyah telah mereka batalkan.
g.       Permusuhan Yahudi dengan Nabi
Seperti telah disebutkan bahwa pada mulanya orang Yahudi termasuk di antara orang yang menanti- nantikan kedatangan Nabi Muhammad s.a.w., tetapi karena Nabi berasal dari bangsa Arab, mereka menolaknya. Sewaktu Rasulullah mengadakan konstitusi Madinah mereka termasuk yang ikut serta menandatangani perjanjian tersebut, tetapi tidak dengan hati yang jujur dan melanggarnya. Kedengkian mereka semakin bertambah kepada umat Islam setelah mereka menyaksikan pesatnya perkembangan Islam di Madinah.
Mereka memusuhi Islam dengan bertahap. Mula-mula bergabung dengan orang Quraisy, dengan tipu muslihat agar orang Arab sendiri yang menghancurkan orang Arab dengan pedang mereka. Kemudian mereka dengan terang-terangan memusuhi Islam.
h.       Bani Nadhir
Di antara isi "Perjanjian Madinah" adalah kewajiban penduduk Madinah saling bantu membantu bidang moril dan materiil, termasuk orang Yahudi, sewaktu diperlukan. Maka karena kaum Muslimin Makkah menderita kemiskinan sebab harta mereka di tinggal di Makkah sewaktu hijrah, sementara ada kaum Muslimin dengan tidak sengaja membunuh dua orang laki-laki yang menyebabkan mereka harus membayar diyat, maka Nabi pergi ke perkampungan orang Yahudi Bani Nadhir meminta mereka ikut membayar diyat, sesuai perjanjian.


i.         Bani Quraizhah
Bani Quraizhah berkhianat di saat yang sangat genting, karena kaum Muslimin tercepit di antara musuh- musuhnya, yaitu musuh yang datang dari muka belakang dari luar dan dalam di saat adanya perang Ahzab.
j.        Perang Khaibar
Seperti yang telah diterangkan bahwa kaum Yahudi sangat memusuhi dan mengkhianati kaum Muslimin, meskipun kaum Muslimin sudah berbuat baik kepada mereka. Karena itu, Rasulullah berpendapat bahwa mereka tidak dapat dipercayai lagi. Tidak mustahil mereka akan mengadakan kompolotan lagi setelah gagal dalam perang Ahzhab.
k.             Permusuhan Orang Arab Lainnya dengan NabiSekalipun Makkah sudah dap at dikalahkan masih ada lagi dua suku Arab yang masih menentang Nabi, yaitu Bani Tsaqif di Thaif dan Bani Hawazin di antara Thaif dan Makkah. Kedua suku ini bergabung membentuk pasukan untuk memerangi Islam. Mereka menuntut bela atas berhala-berhala mereka yang dihancurkan Nabi dan umat Islam di Ka'bah. Nabi mengerahkan 24.000 pasukan menuju Hunain untuk menghadapi mereka. Pasukan ini dipimpin langsung oleh Nabi, sehingga umat Islam memenangkan pertempuran dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dengan ditaklukkannya Bani Tsaqif dan Bani Hawazin pada tahun 8 H, seluruh Jazirah Arab telah berada di bawah kekuasaan Rasulullah. Pada tahun 9 H, Nabi ingin membalas kekalahan Islam dalam perang Mu'tah dengan mengerahkan pasukan besar sebanyak 70.000 orang. Melihat besarnya pasukan Islam yang dipimpin Nabi, tentara Romawi terpaksa menarik mundur pasukannya. Nabi tidak ingin menyerang pasukan yang mundur itu.
l.         Tahun Perutusan/Tahun Delegasi
Pada tahun 9 dan 10 H (630 - 632 M) disebut tahun delegasi karena berbagai suku dari pelosok-pelosok Arab mengutus delegasinya kepada Nabi menyatakan diri tunduk
m.     Haji Wada'
Pada tahun 10 H Nabi menunaikan ibadah Haji yang dikenal dengan Haji Wada'. Didepan kurang lebih 100.000 orang kaum muslimin Nabi berkhutbah yang isinya antara lain:
Pertama, janganmenumpahkandarahkecuali denganhak. Kedua, janganmengambil harta orang lain dengan bathil. Ketiga, jangan riba dan menganiaya. Keempat, jangan balas dendam dengan tebusan dosa. Kelima, memperlalukuan para istri dengan baik dan lemah lembut. Keenam, perintah menjauhi dosa. Ketujuh, perintah saling memaafkan atas semua pertengkaran antara mereka di zaman jahiliyah, Kedelapan, tegakkan persaudaraan dan persamaan antara manusia. Kesembilan, perintah memperlakukan hamba sahaya dengan baik. Kesepuluh, perintah harus berpegang teguh kepada dua sumber yang ditinggalkan Nabi, yaitu al-Qur'an dan Sunnah.
n.       Nabi Wafat
Tiga bulan setelah Nabi kembali ke Madinah, beliau menderita sakit. Abu Bakar disuruh Nabi mengimami kaum muslimin dalam sholat sebanyak tiga kali, bila beliau tidak sanggup melakukannya. Sakit Nabi itu berlangsung selama 14 hari. Akhirnya beliau menghembuskannafas terakhir pada hari Senin, 12 Rabiul Awwal 11 H, dalam usia 63 tahun di rumah istrinya Aisyah.
Kaum muslimin yang diberitahukan atas wafatnya Nabi itu dicekam kebingungan, tetapi Abu Bakar tampil membacakan ayat al-Qur'an Surat Ali 'Imran ayat 144, dan berpidato: "wahai manusia, barang siapa memuja Nabi Muhammad, maka Nabi Muhammad telah wafat. Tetapi barang siapa memuja Allah Swt. maka Allah Swt. Hidup selama-lamanya.
Dari perjalanan sejarah Rasulullah di atas, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. di Makkah hanya sebagai seorang Rasul. Sedang di Madinah selain sebagai Rasul pemimpin agama, Nabi juga seorang Kepala Negara, komandan perang, pemimpin politik dan adminstrator yang cakap, sehingga dalam waktu 10 tahun beliau berhasil mewujudkan penduduk sahara itu ke dalam kekuasaannya. Wa Allah A'lam

BAB 4
KHULAFA' RASYIDUN
Pendahuluan
Sepeninggal Rasulullah, muncul beda pendapat di antara orang Anshar dan orang Muhajirin tentang siapa sebenarnya yang berhak menjadi khalifah pengganti Nabi, karena Nabi tidak meninggalkan wasiat tentang penunjukan seseorang menjadi khalifah sepeninggalnya. Lain halnya dengan Ahl al-Bait yang berpendapat bahwa Nabi telah menunjuk Ali sebagai khalifah pengganti Rasul berdasarkan wasiat Nabi. Hal itu, dibantah pihak orang Anshar dan orang Muhajirin. Kalau Nabi pernah berwasiat menunjuk Ali sebagai khalifah pengganti beliau, tidak mungkin orang Anshar dan Muhajirin bermusyawarah mencari khalifah pengganti Nabi.
Abu Bakar yang ditunjuk menjadi khalifah pengganti Nabi berdasarkan musyawarah yang diadakan di Tsaqifah bani Sa'idah antara orang Anshar dengan orang Muhajirin mendapat bai'at dari mayoritas umat Islam, tetapi tidak dari Ali bin Abi Thalib kecuali enam bulan kemudian. Penunjukan Abu Bakar sebagai khalifah dapat menyelamatkan umat Islam dari krisis yang sangat genting
1.      Abu Bakar Siddiq (11-13 H / 632 - 634 M)
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka'ab bin Sa'id bin Taim bin Murrah al- Tamimi, yang lebih dikenal dengan Abd al-Ka'bah di masa   Jahiliyah. Dia dilahirkan di Makkah dua tahun beberapa bulan setelah tahun gajah, berarti beliau lebih muda dua tahun dari Rasulullah s.a.w. Dia terkenal sebagai seorang yang berprilaku terpuji, tidak pernah minum khamar dan selalu menjaga kehormatan diri.
Abu Bakar pada masa mudanya adalah seorang saudagar kaya, dia yang pertama kali masuk Islam dari kalangan lelaki dewasa dan setelah menjadi seorang muslim dia lebih memusatkan diri dalam kegiatan dakwah Islamiyah bersama Rasulullah. Banyak orang Arab masuk Islam melalui Abu Bakar, di antaranya Utsman bin Affan, Zubeir bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah.
2.      Umar bin Khaththab (13 - 23 H / 634 - 644 M)
Nama lengkapnya adalah Umar bin Khaththab bin Nafil bin Abd al-Uzza bin Rabah bin Ka'ab bin Luay al-Quraisy. Silsilah Umar bertemu dengan Rasulullah pada kakek ketujuh, sedangkan dari pihak ibunya pada kakek keenam. Umar dilahirkan di Makkah empat tahun sebelum perang Fijar, tetapi menurut Ibn Atsir dia dilahirkan tigabelas tahun sesudah kelahiran Rasulullah s.a. w. Hal ini berarti beliau lebih muda tiga belas tahun dari Nabi Muhammad s.a.w. Dia fasih berbicara, tegas dalam menyatakan pendapat dan membela yang hak.
Semasa kecil dia mengembala kambing ayahnya dan berdagang ke negeri Syam. Jika terjadi perang antara suku, dia selalu diutus sebagai penengah. Umar masuk Islam pada tahun kelima dari kerasulah Nabi Muhammad s.a.w. Setelah masuk Islam dia menolak menyembunyikan ke-Islamannya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah pernah berdo'a: Ya Allah muliakanlah Islam dengan salah seorang dua lelaki ini,yaitu ‘Amr bin Hisyam dan Umar bin Khaththab. Doa Nabi Muhammad s.a.w. dikabulkan Allah dengan Islamnya Umar. Bersamaan dengan Islamnya Umar, masuk Islam pula paman Nabi Hamzah ibn Abdul Muththalib. Sebelum masuk Islam Umar dikenal paling gigih menantang dakwah Nabi ketika disampaikan kepadanya adiknya Fatimah beserta suarrrinya telah masuk Islam dia sangat marah dan pergi ke tempat adiknya dengan emosi yang meluap-luap dia menampar adiknya yang sedang belajar al-Qur'an dan membacapangkal surah Taha, tetapi diakemudianterharu dengan bacaan ayat al-Qur'an tersebut, karenanya dia menemui Nabi untuk menyatakan diri masuk Islam.
Sewaktu hendak meninggalkan Makkah berhijrah ke Madinah dia melewati Ka'bah sedangkan saat itu pembesar Quraisy berada di pelataran Ka'bah. Dengan tenang dan khusu' dia melakukan thawaf tujuh putaran, kemudian menuju maqam Ibrahim untuk melaksanakan shalat. Setelah selesai dia berdiri menghampiri satu persatu pembesar orang Quraisy itu dan berkata: "Sungguh buruk muka kalian, siapa yang menginginkan ibunya menderita, isterinya menjadi janda, anaknya menjadi anak yatim, hendaklah dia menemui saya di lembah ini". Tidak seorang pun yang berkutik di antara mereka.
3.      Utsman bin Affan (23 - 35 H / 644 - 656 M)
Nama lengkapnya Utsman bin Affan bin Abu al-Ash bin Umayah bin Abd al-Syams bin Abd al-Manaf bin Qushai. Lahir pada tahun kelima dari kelahiran Rasulullah s.a.w. Tapi ada yang mengatakan dia lahir pada tahun keenam sesudah tahun gajah. Utsman masuk Islam melalui Abu Bakar dan dinikahkan Nabi dengan puterinya Rukaiyah bin Muhammad s.a.w. Utsman tercatat sebagai orang yang pertama memimpin hijrah bersama isterinya ke Habsyi untuk kemudian hijrah pula ke Madinah.
Perlu dicatat bahwa Utsman selalu ikut dalam berbagai perang, kecuali perang Badar, karena dia sibuk menemani dan merawat isterinya Rukaiyah yang sedang sakit sampai wafat dan dimakamkan pada hari kemengan kaum muslimin. Kemudian Utsman dinikahkan Rasulullah dengan puterinya Ummu Kalsum, itulah sebabnya dia digelari Dzunnurain.
4.      Ali bin Abi Thalib (35 - 40 H / 656 - 661 M)
Nama lengkapnya adalah Ali bin Abi Thalib bin Abd al-Muththalib bin Hasyim bin Abd al-Manaf bin Luay bin Rilab bin Qushai. Dia dilahirkan di Makkah sepuluh tahun sebelum kerasulan Nabi Muhammad s.a.w. Ibunya bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abd al-Manaf. Abu Thalib dikenal mempunyai banyak anak. Ketika Makkah dilanda paceklik, Rasulullah mengajak pamannya Abbas untuk bersama-sama meringankan beban Abu Thalib dengan mengasuh sebagian di antara anaknya. Mereka berdua mendatangi Abu Thalib untuk menawarkan bantuan kepadanya, tawaran tersebut diterima Abu Thalib. Abbas mengambil Ja'far dan Rasulullah mengambil Ali.100 Ali adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak, pada saat itu umurnya belum genap berusia tiga belas tahun. Ali adalah orang yang tidur di tempat Nabi, waktu malambeliau hijrah dari Makkah ke Yatsrib dan menyusul Nabi ke Yatsrib setelah menunaikan segala amanah yang dipercayakan Nabi kepadanya. Ali dinikahkan Nabi dengan puterinya Fathimah binti Muhammad s.a.w. pada tahun ketiga hijrah, saat itu usia Ali dua puluh enam tahun. Dari hasil pernikahan itu, mereka dikurnia Allah s.w.t. dua orang patera, yaitu Hasan dan Husein. Ali bersama Rasulullah turut dalam semua perang  tidak seorang pun di antara sahabat terkemuka yang sanggup menerima jabatan khalifah dalam menghadapi suasana pancaroba seperti itu. tetapi juga mereka tidak mau memberikan bai'at kepada Ali seperti sa'ad bin Abi Waqqash, Abdullah bin Umar, Zaid bin Tsabit, dan Abu Sa'id al-Khudri.
Dari fakta di atas membuktikan bahwa Ali tidak mendapat pengakuan dari beberapa sahabat penting di Madinah, ditambah lagi dari penduduk wilayah Syam. Maka tidak mengherankan kalau dikatakan bahwa pemerintahan Ali inilah yang paling tidak stabil. Dia dihadapkan pada konflik berkepanjangan dari awal sampai akhir pemerintahan beliau. Konflik dengan Aisyah, Muawiyah, dan dengan bekas anak buahnya Khawarij. Menurut al-Khudri Bek, yang menjadi penyebab utama tidak stabilnya keadaan di masa pemerintahan Ali karena Ali terlalu percaya diri dan memandang hanya pendapatnya saja yang benar. Hampir tidak ada (jarang) dia bermusyawarah dengan orang-orang besar Quraisy dalam urusan penting sekalipun. Malahan ia terlalu keras terhadap orang-orang besar Quraisy itu. Selanjutnya maha guru itu berkata membandingkan Umar yang keras dengan Ali yang juga keras "Umar dahulu keras, tetapi dia didukung rakyat, Ali bertindak keras tetapi rakyat menentangnya", karena Umar selalu bermusyawarah sedang Ali tidak.

BAB 5
SEJARAH DAULAH UMAIYAH I DISYRIA

1.      Pembentukan Pemerintahan
Setelah khalif ah Ali meninggal dunia bulan Ramadhan 40 H, penduduk Kufah mengangkat putranya, Hasan menjadi khalifah mereka walaupun sebenarnya dia tidak berbakat menjadi khalifah karena lebih suka hidup bersenang-senang dankawin dengan banyak wanita. Pernah juga dia menantang Muawiyah dengan mengirim 12.000 orang pasukan untuk menyerang Muawiyah. Akan tetapi pasukannya kalah dan dia mengajak Muawiyah berdamai.
Sementara itu, penduduk Syam pun telah mengangkat Muawiyah menjadi khalifah mereka semenjak peristiwa tahkim. Berbeda dengan Hasan, dia didukung oleh tentara- tentara militan yang keperluan finansial mereka ditanggung Muawiyah, apalagi tanah Syam yang kaya raya mendukung Muawiyah untuk hal itu. Nama lengkapnya Muawiyah bin Abi Sofyan bin Harb bin Umayah bin Abd al-Syams bin Abd Manaf bin Qushai. Ibunya Hindun binti Utbah bin Rabiah bin Abd al-Syams. Muawiyah dilahirkan di Makkah lima tahun sebelum Tantangan keras datang dari Abdurrahman bin Abi Bakar, dengan tegas dia berkata "...kamu hendak menjadikan khalifah itu sebagai 'Heracliusisme', bila seorang Heraclius meninggal dunia maka digantikan oleh Heraclius yang lain..." Sikap Abdurrahman itu mendapat sokongan dari pemimpin- pemimpin lainnya di Madinah seperti Husein bin Ali, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Zubeir, dan lain-lainnya.
Tantangan dari Bani Hasyim dan sahabat-sahabat yang tinggal di Madinah dihadapi Muawiyah dengan tangan besi. Dia datang ke sana dan mengumpulkan rakyat dan sahabat-sahabat tersebut di masjid. Muawiyah mngancam, siapa yang berani memotong pembicaraannya, algojo telah siap memenggal lehernya. Dalam pidatonya disebutkan bahwa tokoh-tokoh kalian telah setuju mengangkat Yazid sebagai khalifah sepeninggalku, apakah kalian setuju? Disambut rakyat dengan suara bulat, setuju.
Dengan demikian Muawiyah yang sudah berkuasa selama dua puluh tahun telah mendapat persetujuan dari seluruh wilayah untuk mengangkat putranya Yazid sebagai khalifah sepeninggalnya. Hal itu berarti telah merubah wajah pemerintahan Islam dari system demokrasi menjadi monarchi dengan mendudukkan Bani Umaiyah di semua jabatan- jabatan penting Negara.
Khalifah Usman pun telah melakukan hal tersebut sebelumnya, bedanya, pada masa khalifah Usman penuh dengan protes dari masyarakat, sementara di masa khalifah Muawiyah tidak seorang pun yang berani memprotes walaupun rakyat tidak sepenuhnya setuju dengan tindakan Muawiyah tersebut.
BAB 6
SEJARAH DAULAH UMAYYAH II DI SPANYOL
1.      Penduduk Spanyol Sebelum Islam Masuk
Dulu, Spanyol sebelum Islam masuk, berada di bawah kerajaan Romawi. Bangsa Romawi dapat menguasai simenanjung itu pada tahun 133 M. Di masa pemerintahan mereka ini, masuk pula sejumlahbesar orang-orang Yahudi.159 Suku-suku Vandal pada abad kelima M. dapat menyerang bangsa Romawi. Sejak itu nama Spanyol berubah menjadi Vandalusia, yaitu negeri bangsa Vandal. Bangsa Arab kemudian menamainya dengan al-Andalusia, yang lebih dikenal dengan nama Andalusia.160 Pada awal abad keenam (507 M) suku-suku Ghathia Barat telah dapat pula menyerang Spanyol dan mereka menyusir bangsa Vandal ke Afrika. Bangsa Ghathia kemudian  dapat berhasil mendirikan pemerintahan yang kuat di Andalusia. Sampai berubah menjadi bangsa yang lemah disebabkan merjalelanya perbudakan, kepincangan ekonomi karena petani dan pedagang diharuskan menanggung pajak yang memberatkan dan pemaksaan agama Kristen kepada penduduk.
Para budak dipaksa harus bekerja di lahan pertanian milik para penguasa, lapisan menengah masyarakat Spanyol dipaksa menanggung beban sebagai sumber pendapatan dan belanja Negara dengan berbagai jenis pajak dan pihak yang menghimpun kekayaan untuk diserahkan kepada para penguasa. Pararahib Kristen berhasil mengeluarkan berbagai perintah dan sangsi yang sangat keras kepada setiap orang yang enggan menerima dan menjadi pemeluk agama Masehi. Akibatnya rakyat menjadi menderita, sengsara dan tertekan. Orang-orang Yahudi, karena tidak tahan menerima pemaksaan-pemaksaan seperti itu, berulang kali melakukan pemberontakan. Tetapi upaya mereka gagal, dan hanya menyebabkan rumah-rumah mereka hancur berantakan dan banyak di antara mereka terpaksa menjadi pemeluk agama Masehi.
Itulah kondisi penduduk Andalusia sebelum ditaklukkan Islam, sementara kondisi penduduk Afrika Utara hidup dalam keadaan sejahtera sewaktu berada di bawah kekuasaan Islam yaitu Daulah Umaiyah yang memerintah dengan adil. Maka tidaklah mengherankan bila penduduk Spanyol berharap agar mereka dapat membebabaskan diri dari kekejaman bangsa Ghathia tersebut.

BAB 7
SEJARAH DAULAH ABBASIYAH DI BAGHDAD
1.      Pembentukan Pemerintahan
Sejak Umar bin Abd. Aziz (717-720 M / 99-101 H) - khalifah ke-8 dari Daulah Umayyah - naik tahta telah muncul gerakan oposisi yang hendak menumbangkan Daulah tersebut yang dipimpin oleh Ali bin Abdullah, cucu Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi dari kelompok Sunni. Kelompok Sunni ini berhasil menjalin kerja sama dengan kelompok Syi'ah, karena mereka sama-sama keturunan Bani Hasyim. Kedua kelompok di atas juga menjalin kerja sama dengan orang-orang Persia, karena orang-orang Persia dianaktirikan oleh Daulah Umayyah, baik secara politik, ekonomi maupun sosial. Padahal mereka sudah lebih dahulu memiliki peradaban maju.
Tujuan aliansi adalah menegakkan kepemimpinan Bani Hasyim dengan merebutnya dari tangan Bani Umayyah. Untuk mencapai tujuan itu berbagai kelemahan Daulah Umayyah, mereka manfa'atkan sebaik-baiknya. Mereka melantik dan menyebar para propagandis terutama untuk daerah-daerah yang penduduknya mayoritas bukan orang Arab. Tema propagandis ada dua. Pertama, al-Musawah (persamaan kedudukan), dan kedua, al-Ishlah (perbaikan) artinya kembali kepada ajaran al-Qur'an dan Hadits. Tema pertama amat menarik di kalangan muslim non- Arab. Karena mereka selama ini dianaktirikan oleh Daulah Umayyah, baik secara politik, sosial dan ekonomi. Sedangkan tema kedua menarik di kalangan banyak ulama Sunni karena mereka melihat para khalifah Daulah Umayyah telah menyimpang dari al-Qur'an dan Sunnah Nabi.
Pada mulanya mereka melakukan gerakan rahasia. Akan tetapi ketika aliansi dipimpin oleh Ibrahim bin Muhammad, gerakan itu berubah menjadi terang-terangan. Perubahan itu terjadi setelah mereka mendapat sambutan luas, terutama di wilayah Khurasan yang mayoritas penduduknya muslim non Arab, dan setelah masuknya seorang Jenderal cekatan ke dalam gerakan ini, yaitu Abu Muslim al-Khurasany. Dia adalah seorang budak yang dibeli oleh Muhammad, ayah Ibrahim. Dia adalah kader yang dididik oleh Muhammad dan tinggal bersama anaknya Ibrahim. Dia dikirim Ibrahim sebagai propagandis ke tanah kelahirannya dan mendapat sambutan yang baik dari penduduk. Dia membentuk pasukan militer yang terdiri dari 2.200 orang infantri dan 57 pasukan berkuda. Pemimpin Daulah Umayyah berhasil menangkap Ibrahim dan mereka membunuhnya. Pimpinan aliansi dilanjutkan oleh saudaranya Abdul Abbas yang kelak menjadi khalifah pertama Daulah Abbasiyah.
Abul Abbas memindahkan markasnya ke Kufah dan bersembunyi di situ. Dalam pada itu Abu Muslim memerintahkan panglimanya, Quthaibah bin Syahib untuk merebut Kufah. Dalam gerakannya menuju Kufah, dia dihadang oleh pasukan Daulah Umayyah di Karbela.
BAB 8
SEJARAH DAULAH FATIMIYAH DI MESIR
1.      Pendahuluan
Islam masuk Mesir pada masa pemerintahan Umar ibn Khattab ketika itu Amr ibn Ash disuruh Khalifah membawa tentara Islam untuk mendudukinya karena dari segi geografis Palestina yang berbatasan langsung dengan Mesir tidak akan aman tanpa menduduki Mesir, sementara Palestina ketika itu sudah dapat ditaklukkan tentara Islam. Setelah menduduki daerah Mesir, Amr ibn Ash langsung diangkat menjadi gubernurnya (632-550) dan menjadikan Fustah (dekat Cairo) sebagai ibu kotanya. Selanjutnya, Daulah Islamiyah silih berganti menduduki Mesir, antara lain, Daulah Umayyah, Daulah Abbasiyah, Daulah Fatimiyah (909-1171), yang ditandai dengan berhasilnya Jauhar al-Katib (Panglima Besar) Khalifah Muiz Lidinillah mendirikan Universitas tertua di dunia Al-Azhar pada tahun 972 M, Daulah Ayubiyah (1174-1250) yang ditandai dengan datangnya serangan tentara Perang Salib (1096-1273) ke Mesir, Daulah Mamluk (1250-1517) yang ditandai dengan berhasilnya Daulah Mamluk di bawah   pimpinan Khalifah Baybas (1260) membendung serangan Mongol yang hendak menguasai Mesir. Pada masa selanjutnya Mesir menjadi bagian dari Kerajaan Turki Usmani.
Abad Modern, Mesir berada di bawah penjajahan Barat, pada tahun 1798 tentara Napoleon mendarat di Mesir, tanpa mendapat perlawanan yang berarti dari Umat Islam. Inggris mulai campur tangan dalam pemerintahan Mesir pada tahunl882 dan Mesir merdeka dari Inggris pada tahun 1922.308
2.      Pembentukan Pemerintahan
Menejelang akhir abad ke-10 kondisi Daulah Abbasiyah di Baghdad mulai melemah karena daerah kekuasaannya yang luas sudah tidak dapat terkonsolidasikan lagi atau tepatnya memasuki masa disintegrasi. Kondisi seperti ini membuka peluang bagi munculnya Daulah-Daulah kecil di daerah-daerah yang membebaskan diri dari pemerintahan pusat, terutamabagi gubernur dan Khalifahnya yang sudah memiliki tentara sendiri. Di antaranya adalah Daulah Fatimiyah. Selain itu, hubungan antara Daulah Abbasiyah dengan orang-orang Syi'ah selalu dalam keadaan konflik karena Daulah Abbasiyah pernah mengkhianati orang-orang Syi'ah maka sekte Syi'ah bersikap oposisi bagi pemerintahan Daulah Abbasiyah. Akibatnya, orang-orang Syi'ah selalu dikejar-kejar penguasa Daulah Abbasiyah. Sewaktu terjadi pengejaran besar-besaran terhadap orang-orang Syi'ah pada masa Khalifah al-Hadi, Imam Idris
BAB 9
SEJARAH DAULAH MAMALIK DI MESIR
Di atas kehancuran Daulah Fatimiyah di Mesir naiklah Daulah Ayyubiyah, saat itu Nuruddin Zanki (Penguasa Syam dan Aleppo) mendesak SalahuddinAl-Ayyubi untuk mengakhiri kekuasaan Daulah Fatimiyah di Mesir dan sekaligus mengusir tentara Salib sehingga tentara Salib melarikan diri ke Syam dan diumumkan berdirinya Daulah Ayyubiyah di Mesir. Usaha merekrut budak-budak untuk dimanfa'atkan dalam kegiatan pemerintahan di bidang Militer sudah menj adi tradisi saat itu terutama bagi Daulah-Daulah yang pernah berkuasa di Mesir sebelum Daulah Ayyubiyah maupun Daulah Ayyubiyah sendiri.335 Hal itu dapat diketahui dari apa yang dilakukan oleh Daulah Tulun (254-292 H / 868-905 M), Daulah Ikhsit (323-358 H / 935-969 M), Daulah Fitiniah (909-1171 M) dan Daulah Ayyubiyah mereka mendatangkan budak-budak ke Mesir untuk diangkat menjadi tentara pemerintahan. Dalam perkembangan selanjutnya, para budak itu bukan hanya berpengaruh dalam tubuh militer tapi juga dalam pemerintahan pada umumnya.
Daulah Mamalik di Mesir muncul pada saat dunia Islam mengalami desentralisasi dan desintegrasi politik. Wilayah kekuasaannya meliputi Mesir, Hijaz, Yaman dan daerah sungai Furat. Kaum Mamalik ini berhasil membersihkan sisa-sisa tentara Salib dari Mesir dan Suriah serta membendung desakan gerombolan-gerombolan bangsa Mongol di bawah pimpinan Khulaqu Khan dan Timurlenk. Kaum Mamalik yang memerintah di Mesir mereka dibedakan menjadi dua suku. Pertama Mamalik Bahri (648- 792 H /1250-1390 M). kedua Mamalik Burji (784-922 H / 1382- 1517 M). Mamalik Bahri adalah budak-budak Turki yang didatangkan Malik Al-Saleh ke Mesir dalam jumlah besar setelah ia berhasil menduduki jabatan Sultan (1240-1249). Di Mesir mereka ditempatkan di barak-barak militer dekat sungai Nil, itulah sebabnya mereka disebut dengan Mamalik Bahri artinya budak laut. Adapun Mamalik Burji adalah budak- budak yang didatangkan dari Syirkas (Turki) oleh Sultan Qalawun (1279-1290) karena ia curiga terhadap beberapa tokoh militer dari Mamalik Bahri yang dianggapnya dapat mengancam kelangsungan kekuasaannya. Mereka ditempatkan di menara-menara benteng (Burji). Itulah sebabnya mereka disebut dengan Mamalik Burji. Baik
BAB 10
PERANG SALIB
1.      Timbulnya Perang Salib
Perang Salib adalah perang keagamaan yang berlangsung selama hampir dua abad (1096-1291 M) yang terjadi sebagai reaksi orang-orang Kristen di Eropa terhadap umat Islam di Asia yang dianggap sebagai pihak penyerang karena sejak tahun 632 M.351 (Masa Pemerintahan Abu Bakar) sampai meletusnya Perang Salib sejumlah kota-kota penting di tempat suci umat Kristen telah diduduki oleh umat Islam, seperti Palestina, Syiria, Asia Kedl, Mesir, Sidlia dan Spanyol. Disebut Perang Salib karena ekspedisi militer Kristen sewaktu melakukan perang mempergunakan Salib sebagai simbol pemersatu untuk menunjukkan bahwa perang yang mereka lakukan adalah perang sud dan bertujuan untuk membebasakan Baitul Maqdis (Yerussalem) dari tangan umat Islam.
Tahapan Perang Salib apabila disederhanakan berlangsung dalam tiga tahap. Tahap pertama, disebut sebagai periode serangan orang-orang Kristen (1096-1144 M) yang terjadi dalam dua gerakan. Gerakan pertama disebut sebagai gerakan gerombolan rakyat jelata, mereka tidak disiplin dan tidak mempunyai pengalaman perang. Gerakan kedua merupakan ekspedisi militer, disiplin dan mempunyai pengalaman perang sehingga mereka dapat mengalahkan umat Islam dan berhasil mendirikan beberapa kerajaan Latin Kriten di dunia Timur.352 Tahap kedua, (1144-1193 M) disebut periode reaksi umat Islam karena jatuhkan wilayah kekuasaan Islam ke tangan kaum Salib sehingga Imaduddin Zanki, Nuruddin Zanki dan Salahuddin al-Ayyubi bangkit melakukan perlawanan untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang dikuasai orang Kristen. Tahap ketiga, (1193-1291 M) yang dikenal dengan periode kehancuran di dalam pasukan perang Salib.
2.      Penyebab Perang Salib
Penyebab utama terjadinya perang Salib adalah factor agama, politik dan sosial ekonomi. Faktor agama, semenjak Dinasti Saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan Dinasti Fatimiyah pada tahun 1070 M, pihak Kristen merasa tidak bebas lagi menunaikan ibadah kesana. Hal ini disebabkan para penguasa Saljuk menetapkan sejumlah peraturan yang
BAB 11
SEJARAH TURKIUSMANI
1.      Pendahuluan
Belum lengkap rasanya membaca sejarah peradaban Islam, sebelum membaca sejarah Daulah Turki Usmani karena Daulah inilah satu-satunya di antara sekian banyak Daulah yang ada dalam Islam yang berhasil menaklukkan Konstantinopel walaupun sudah banyak Daulah yang berusaha menaklukkannya sebelumnya. Memang setiap Daulah Islam mempunyai peranan yang berbeda-beda dalam sumbangan yang mereka berikan kepada dunia Islam, Jika Daulah Umayyah Siria berhasil memberikan wilayah territorial yang sangat luas kepada dunia Islam, mulai dari Persia, Indus di bangian timur sampai ke Afrika, Eropa Barat di bagian barat sehingga mereka disebut negara Adi Kuasa ketika itu. Maka Daulah Abbaisyah di Baghdad, Daulah Umayyah II di Cordova, Daulah Fatimiyah dan Daulah Mamalik di Mesir mereka berlomba untuk memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban sehingga mereka berhasil memberikan sumbangan kepada dunia Islam dalam bidang kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban. Selanjutnya Turki Usmani kembali menyumbangkan wilayah yang cukup luas bagi dunia Islam, mereka berhasil melakukan ekspansi Islam ke Eropa Timur. Bahkan mereka adalah satu-satunya yang berhasil menaklukkan Konstantinopel yang menjadi ibu kota Kerajaan Romawi itu oleh Sultan Muhammad Al-Fatih (Sang Penakluk) pada tahun 1453 M. Maka dengan dikuasainya Konstantinopel itu pintu ekspansi ke Eropa semakin menjadi sukses dan terbuka.
Puncak kejayaan Turki Usmani dalam memperluas wilayah ekspansi adalah di tangan Sultan Sulaiman I (1520- 1566) yang terkenal dengan sebutan Sulaiman Agung dan Sulaiman Al-Qanun. Di bawah pemerintahannya wilayah kekuasaan Turki Usmani meliputi; Afrika Utara, Mesir, HIjaz, Irak, Armenia, Asia Kecil, Balkan, Yunani, Bosnia, Bulgaria, Hongaria, Rumania sampai ke batas sungai Danube; dengan tiga lautan, yaitu Laut Merah, Laut Tengah dan Laut Hitam.374 Itulah gambaran luasnya wilayah kekuasaan Turki Usmani yang dimulai dari Asia, Afrika sampai ke Eropa Timur berbatasan dengan tiga lautan yang telah mereka sumbangkan ke dunia Islam, sehingga Turki Usmani adalah Daulah yang paling besar dan yang paling lama berdiri dibanding Daulah- Daulah Islam lainnya.
2.      Pembentukan Pemerintahan
Pendiri Daulah ini adalah bangsa Turki dari suku Oghuz yang mendiami wilayah Mongol. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh. Ketika mereka

BAB 12
SEJARAH DAULAH SAFAWIYAH DI PERSIA
Daulah safawiyah (1501-1736 M) berasal dari sebuah gerakan tarekat yang bwrdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan, Iran.391 Oleh sebab itu, Daulah ini dapat dianggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya negara Iran sekarang. Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan Daulah Turki Usmani di Asia Kedl. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya Safi al-Din (1252-1334 M), nama tersebut tetap dipertahankan sampai tarekat ini berubah menjadi gerakan politik, bahkan menjadi nama bagi Daulah yang mereka dirikan, yaitu Daulah Safawiyah. Safi al-Din adalah seorang yang kaya dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan Imam Syi'ah yang   keenam Musa Al-Kazhim. Gurunya bernama Syekh Taju al-Din Ibrahim Zahiri (1216-1301 M) yang dikenal dengan panggilan Zahid al-Gilani. Karena prestasi dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuf diambil menantu oleh gurunya tersebut.393 Setelah guru sekaligus mertuanya wafat 1301 M ia mendirikan tarekat Safawiyah, pengikut tarekat ini sangat teguh memegang ajar an agama. Pada mulanya gerakan tarekat Safawiyah ini bertujuan memerangi orang yang ingkar dan orang yang mereka sebut ahlul bid'ah. Keberadaan tarekat ini semakin penting setelah berubah dari tarekat kecil yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar artinya di Persia, Syria dan Anatolia. Di daerah di luar Ardabil, Saf al-Din menempatkan wakilnya yang memimpin murid- muridnya yang diberi gelar "kalifah".
Dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama murid- murid tarekat ini berubah menjadi tentara-tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan mazhab Syi'ah dan menentang setiap orang yang tidak bermazhab Syi'ah. Gerakan Safawiyah selanjutnya bertambah luas dan berkembang sehingga yang pada mulanya hanya gerakan keagamaan sajaberkembang dan bertambah menjadi gerakan politik. Gerakan kepemimpinan Safawiyah selanjutnya berada di tangan Ismail yang saat itu masih berusia tujuh tahun. Dia bersama pasukannya bermarkas di Gillan selama lima tahun mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan pengikutnya yang berada di Azerbaijan, Syria dan Anatolia.  Pasukan yang dipersiapkan itu diberi nama "pasukan Qizilbash".

BAB 13
SEJARAH DAULAH MUGHAL DI INDIA
Membaca sejarah peradaban Islm belum lengkap sebelum membaca sejarah Daulah Mugahl di India karena ekspansi Islam masuk ke India yang beragama Hindu tersebut sudah terjadi pada masa Daulah Umayyah berkuasa di Syria di bawah pimpinan Muhammad ibn Qasim dan Qutaibah ibn Muslim bersama 6.000 tentara. Kemudian dilanjutkan oleh Daulah Ghaznawiyah di bawah pimpinan Mahmud Al-Ghaznawi pada masa ini Islam sudah tersebar di seluruh wilayah benua India karena ekspansi yang dilakukannya ke India pernah tujuh kali berturut-turut dalam masa tujuh tahun dan menghancurkan berhala-berhala yang ditemukannya sehingga dia dipanggil "Sang Penghancur Berhala". Di belakang hari Daulah Mughal didirikan Zahiruddin Babur sebagaimana dapat dibaca berikut ini.
Pembentukan Pemerintahan
Daulah Mughal (1526-1858 M) ini berdiri di anak benua India, seperempat abad setelah berdirinya Daulah Safawiyah (1501- M) di Iran, sementara Daulah Turki Usmani sudah dua abad sebelumnya (1300-1918 M). Oleh karena itu, di antara tiga kerajaan besar pada periode pertengahan, Daulah Mughal inilah yang paling muda. Tetapi jauh sebelum ini, ekspansi Islam ke India sudah dilakukan pada masa Daulah Umayyah di Syria. Ketika itu Hajjaj ibn Yusuf panglima perang Daulah Umayyah mengirim pasukan ekspansi ke India di bawah pimpinan Muhammad ibn Qasim dan Qutaibah ibn Muslim bersama 6.000 tentara. Mereka telah berhasil menguasai India bagian barat, yaitu (kini Pakistan), Bukhara, Kandahar, Samarkhan, dan Sind. Akan tetapi seluruh India belum dapat dikuasai dalam ekspansi yang pertama ini. Ekspansi kedua dilakukan Daulah Ghaznawiyah - suatu Daulah - yang didirikan oleh Alp Takim pada tahun 962 M, ia bersama pengikutnya berbangsa Turki pergi ke Gahaznah (Kabul) sekarang, dalam wilayah Afganistan, mendirikan Kerajaan Gahznah dan menjadikan Ghaznah sebagai ibu kota kerajaan mereka. Puncak kejayaannya ada pada Sultan Mahmud Al-Ghaznawi yang memimpin penaklukan ke India pada penghujung abad ke-9 yang berhasil menguasai seluruh India danberkuasa disana sampai tahun 1186 M. Peperangan yang dilakukan Mahmud Al-Ghaznawi menaklukkan India dilengkapi dengan 12.000 tentara berkuda, 30.000 tentara berjalan kaki, 300 tentara bergajah. Dalam sejarah tercatat bahwa ia menaklukkan India sebanyak 7 kali peperangan. Dia lah orang yang pertama kali mencapai  wilayah India yang begitu luas sepanjang sejarah Islam dan telah meninggalkan jejak yang paling kokoh di India. Missi Mahmud Al-Ghaznawi menaklukkan India adalah untuk menghancurkan berhala-berjala yang ada disana.

No comments:

Post a Comment