Friday, November 30, 2018

Makalah Pendidikan Anak di Dalam Keluarga


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak. Dalam kehidupan anak tentunya keluarga merupakan tempat yang sangat vital. Anak-anak memperoleh pengalaman pertamanya dari keluarga. Dalam keluarga peranan orang tua sangatlah penting. Mereka merupakan model bagi anak. Ketika orang tua melakukan sesuatu anak-anak akan mengikuti orang tua mereka.
Hal ini disebabkan anak dalam masa meniru. Orang tua yang satu dengan orang tua yang lainnya dalam mendidik anak-anak tentunya juga berbeda. Mereka mempunyai suatu gaya atau tipe-tipe tersendiri. Dan tentunya gaya-gaya tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan anak. Oleh karena itu lingkungan keluarga sangatlah penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak terutama perkembangan sosio-emosinya.
Islam sangat memperhatikan pemeliharaan hidup dan kehidupan manusia sejak dini. Perhatian itu melebihi perhatian apa pun yang ada pada undang-undang yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Islam sangat memperhatikan anak-anak pada setiap fase kehidupan mereka. Bahkan Islam memperbolehkan seorang ibu yang hamil membatalkan puasanya, jika itu dikhawatirkan dapat membahayakan janin atau anaknya yang sedang dikandung atau disusuinya. Semua itu membuktikan bahwa Islam sangat menghargai keberadaan hidup dan kehidupan manusia semenjak manusia berupa janin sampai manusia menjadi besar dan dewasa. Oleh karena itu, pendidikan harus diberikan manusia semenjak usia dini. Karena pendidikan yang dimulai sejak usia dini mempunyai daya keberhasilan yang tinggi dalam menentukan tumbuh-kembang kehidupan anak selanjutnya.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.      Apa Pengertian Pendidikan Anak Dalam Keluarga?
2.      Apa saja Tujuan Pendidikan Anak Dalam Keluarga?
3.      Bagaimana Peran Pendidikan Anak Dalam Keluarga?
4.      Apa saja Tanggung jawab orang tua?
5.      Apa saja Model Pendidikan Anak dalam Keluarga?

C.     Tujuan Pembahasan
Adpaun tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahu pendidikan anak dalam keluarga pada mata kuliah program pra sekolah.
1.      Untuk mentgetahui Pengertian Pendidikan Anak Dalam Keluarga
2.      Untuk mentgetahui Tujuan Pendidikan Anak Dalam Keluarga
3.      Untuk mentgetahui Peran Pendidikan Anak Dalam Keluarga
4.      Untuk mentgetahui Tanggung jawab orang tua
5.      Untuk mentgetahui Model Pendidikan Anak dalam Keluarga



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Pendidikan Anak Dalam Keluarga
Di dalam pendidikan anak dalam keluarga  perlu diperhatikan dalam memberikan kasih sayang, jangan berlebih-lebihan dan jangan pula kurang. Oleh karena itu keluarga harus pandai dan tepat dalam memberikan kasih sayang yang dibutuhkan oleh anaknya. Pendidikan keluarga yang baik adalah: pendidikan yang memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan-pendidikan agama. [1]
Pendidikan keluarga mempunyai pengaruh yang penting untuk mendidik anak. Hal tersebut mempunyai pengaruh yang positif dimana lingkungan keluarga memberikan dorongan atau memberikan motivasi dan rangsangan untuk menerima, memahami, meyakini, serta mengamalkan ajaran islam. Dalam keluarga hendaknya dapat direalisasikan tujuan pendidikan agama islam. Yang mempunyai tugas untuk merealisasikan itu adalah orang tua. Oleh karena itu ada beberapa aspek pendidikan yang sangat penting untuk diberikan dan diperhatikan orang tua, di antaranya:
1.      Pendidikan ibadah
Aspek pendidikan ibadah ini khususnya pendidikan sholat disebutkan dalam firman Allah yang artinya;
¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ  
‘’Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah manusia untuk mengerjakan yang baik dancegahlah mereka dari perbuatan munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk diwajibkan oleh Alloh,’’(QS. Luqman:17).
Pendidikan dan pengajaran al-Qur’an serta pokok-pokok ajaran islam yang lain telah disebutkan dalam Hadis yang artinya: ’’sebaik-baik dari kamu sekalian adalah orang yang belajar al-Qur’an dan kemudian mengajarkannya,’’
Penanaman pendidikan ini harus disertai contoh konkret yang masuk pemikiran anak, sehingga penghayatan mereka didasari dengan kesadaran rasional. Dengan demikian anak sedini mungkin sudah harus diajarkan mengenai baca dan tulis kelak menjadi generasi Qur’ani yang tangguh dalam menghadapi zaman.
2.      Pendidikan Akhlakul Karimah
Orang tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan akhlakul karimah pada anak-anaknya, dan pendidikan akhlakul karimah sangat penting untuk diberikan oleh orang tua kepada anak-anknya dalam keluarga, sebagai firman Alloh yang artinya.
ôÅÁø%$#ur Îû šÍô±tB ôÙàÒøî$#ur `ÏB y7Ï?öq|¹ 4 ¨bÎ) ts3Rr& ÏNºuqô¹F{$# ßNöq|Ás9 ÎŽÏJptø:$# ÇÊÒÈ  
“Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakanlah suaramu dan sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara himar,”( QS.Luqman:19 )
Dari ayat ini telah menunjukkan dan menjelaskan bahwa tekanan pendidikan keluarga dalam islam adalah pendidikan akhlak, dengan jalan melatih anak membiasakan hal-hal yang baik, menghormati kedua orang tua, bertingkah laku sopan baik dalam berperilaku keseharian maupun dalam bertutur kata.[2]
3.      Pendidikan Akidah
Pendidikan islam dalam keluarga harus memperhatikan pendidikan akidah islamiyah, dimana akidah itu merupakan inti dari dasar keimanan seseorang yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Sejalan dengan firman Alloh yang artinya:
Dan ingatlah ketika lukman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran padanya: Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Alloh benar-benar merupakan kedlaliman yang besar,’’(QS,luqman:13).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa akidah harus ditanamkan kepada anak yang merupakan dasar pedoman hidup seorang muslim.

B.     Tujuan Pendidikan Anak Dalam Keluarga
Pendidikan mencakup beragam aktifitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara optimal dan dapat bertahan hidup dengan baik. Prinsip Pendidikan menurut Hoghughi tidak menekankan pada siapa (pelaku) namun lebih menekankan pada tujuan dari perkembangan dan pendidikan anak. Oleh karenanya tujuan Pendidikan  meliputi pendidikan fisik, pendidikan emosi dan pendidikan sosial.[3]
1.      Pendidikan fisik mencakup semua aktifitas yang bertujuan agar anak dapat bertahan hidup dengan baik dengan menyediakan kebutuhan dasarnya.
2.      Pendidikan emosi mencakup pendampingan ketika anak mengalami kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan seperti merasa terasing dari teman-temannya, takut, atau mengalami trauma.
Pendidikan emosi ini mencakup pendidikan agar anak merasa dihargai sebagai seorang individu, mengetahui rasa dicintai, serta memperoleh kesempatan untuk menentukan pilihan dan untuk mengetahui resikonya. Pendidikan emosi ini bertujuan agar anak mempunyai kemampuan yang stabil dan konsisten dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
3.      Sementara itu, pendidikan sosial bertujuan agar anak tidak merasa terasing dari lingkungan sosialnya yang akan berpengaruh terhadap perkembangan anak pada masa-masa selanjutnya.

C.     Peran Pendidikan Anak Dalam Keluarga
Peran  keluarga dalam pendidikan  anak dapat dilakukan dengan beberapa pola, yaitu:[4]
1.      Bermain pada anak.
Bermain merupakan salah satu cara yang tepat untuk melepaskan atau menumpahkan seluruh energi dan perasaan yang dimiliki anak termasuk didalamnya emosi anak. Selain itu biasanya dengan bermain anak juga dapat mengembangkan hubungan sosial mereka.
2.      Permainan yang dapat melatih kecerdasan sosial emosional antara lain:
a)      Bermain peran dengan boneka tangan maupun wayang.
b)      Film pembelajaran bermuatan nilai sosial emosional.
c)      Ajak anak keluar rumah untuk berinteraksi dengan orang lain.
d)      Ajak anak bermain kelompok (cooperative play), seperti: sepak bola.
3.      Sentuhan, belaian dan pelukan kepada anak.
Interaksi antara orang tua dengan anak sangat berpengaruh terhadap kecerdasan sosial    emosional anak. Sentuhan, belaian dan pelukan yang diberikan kepada anak merupakan beberapa cara yang tepat untuk membangun hubungan baik atau kelekatan antara orang tua dengan anak.
4.      Pemberian kata positif dan empati orang tua terhadap anak.
Kata positif yang diberikan kepada anak membuat anak termotifasi untuk melakukan dan mengulangi perilaku yang positif dan membuat anak percaya diri. Sedangkan empati dari orang tua membuat anak merasa orang tua berada di pihaknya, terutama saat anak memiliki masalah, empati dari orang tua sangatlah penting agar anak dapat lebih tenang dan merasa orang tua merasakan apa yang anak rasakan.

D.    Tanggung Jawab Keluarga
Kelahiran anak dalam suatu keluarga selain memberikan kebahagiaan tersendiri juga menimbulkan tugas baru bagi kedua orang tuanya, tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pendidikannya. Islam memandang anak adalah amanah Allah yang harus di pelihara dengan baik dari segala sesuatu yang membahayakan baik yang berhubungan dengan badaniah maupun rohaniah.( Q.S An-Nisa’: 9)
Beberapa hal penting dalam menegakkan tanggung jawab orang tua terhadap anak diantaranya sebagai berikut:
1.      Ibu di dorong untuk mengasuh anak-anaknya. Pengasuhan ini terlihat pada saat mulai kehamilan, yang berarti keamanan anak dan segala sesuatu yang bersifat keduniawian pada saat dalam kandungan. Dari sini bisa ditarik kesimpulan seorang ibu pada dasarnya seorang pengasuh anak. Bahwa dia tidak secara langsung di tugaskan untuk mengasuh anak sendirian akan tetapi peran seorang ibu juga memberikan pendidikan dari usia dini hingga ke jenjang pendidikan formal.
2.      Ayat ini juga menjelaskan tanggung jawab seorang bapak untuk menghidupi anak-anaknya, seorang suami adalah orang yang bertanggung jawab bagi kesejahteraan anggota keluarganya & untuk menyediakan alat untuk memenuhi pangan, pakaian, tempat berteduh, & kebutuhan lain untuk istrinya atau mereka yang menjadi tanggung jawabnya & anak-anaknya. Jadi ayah berperan penting dalam kehidupan, juga bertanggung jawab untuk membiayai dan memelihara anak-anaknya.
3.      Pendidikan yang menyangkut anak sebaiknya dirundingkan oleh kedua orang tu. Kejujuran ibu, ayah sekalipun  seorang ibu/ayah angkat sangat penting dalam memelihara anak. Ketika keseimbangan antara hak dan tanggung jawab orang tua atas anak tercapai, Dengan cara memberikan pendidikan aqidah (keimanan) pendidikan agama dan pendidikan akhlak yang tepat dalam seluruh aspek pada diri anak, merupakan tanggung jawab utama setiap orang tua sehingga mereka tidak mudah dipengaruhi oleh kondisi dan situasi yang bagaimana pun. Dalam hal ini kedua orang tua harus  memberikan pendidikan di lingkungan keluarga serta menyerahkan kelembagaan tertentu dalam bidang pendidikan.
Mendidik anak-anak dengan pengetahuan agama, aqidah muamalah dan sejarah serta sesuai dengan tingkat usianya. Begitu juga dalam melaksanakan kewajiban agama dan mengamalkan serta mengembangkan sikap agama yang betul, dimulai dari iman kepada Allah malaikat, rasul-rasul hari kiamat kepercayaan agama yang kuat takut kepada Allah dan selalu mendapat pengawasan-Nya dalam segala perbuatan dan perkataan.
Kewajiban pendidik dalam hal ini adalah menumbuhkan anak atas dasar pemahaman dan dasar-dasar iman dan ajaran Islam, sebagai aqidah maupun ibadah dan hanya mengambil Islam sebagai agamanya al-Qur’an sebagai imannya dan rasul sebagai pemimpin dan teladannya.[5]
Pembinaan dan pembiasaan ajaran agama pada anak sejak kecil, sangat penting karena dengan demikian akan dapat mengetahui dan menangkap bahasa dan pengertian yang berhubungan   dengan  agama secara berlahan-lahan karena kecerdasannya belum sampai ke taraf untuk mendapat hal-hal yang sifat abstrak.
Zakiah Darajat mengatakan” apabila latihan-latihan keagamaan dilalaikan diwaktu kecil atau di berikan dengan cara yang kaku, salah dan tindakan cocok dengan kemampuan anak-anak, maka ketika dewasa akan kurang peduli terhadap ajaran agama. Dari uraian ini dapat dipahami bahwa kedua orang tualah sebagai pendidik pertama dan utama dalam setiap keluarga, dan bertanggung jawab penuh terhadap kelangsungan pendidikan anak-anaknya terutama sekali dalam bidang aqidah( Keimanan), sehingga menjadi anak yang taat bertaqwa kepada Allah SWT. berguna kepada kedua orang tuanya, agama, nusa dan bangsa. [6]



E.     Model Pendidikan Anak dalam Keluarga
1.      Dalam menciptakan keluarga yang kondusif para orang tua hendaknya memperhatikan suasana harmonis dan kondusif dalam keluarga sehingga memungkinkan pertumbuhan anak secara normal yang diantaranya meliputi:
a)      Sikap orang tua yang authoritative dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk berpendapat melalui pemberian pengarahan-pengarahan yang tidak hanya bersifat satu arah, sediakan waktu untuk diskusi, hargai pendapat mereka sekalipun mungkin salah.
b)      Pertanyaan-pertanyaan anak yang tidak diperhatikan akan mematikan rasa ingin tahu, yang berdampak pada anak menjadi masa bodoh dan bersikap tidak peduli dan akan menjadikannya sulit berkembang, baik kecerdasan maupun kreativitasnya.
c)      Bermain, baik dalam arti metode belajar (learning by playing) maupun bermain bersama anak (aktivitas fisik) gerakan-gerakan seperti berguling, melompat-lompat, berayun-ayun, sangat mempengaruhi syaraf-syaraf kecerdasan anak. Helicopter spin salah satu metode yang dapat digunakan, melalui bermain dapat dimaksimalkan saluran indrawi.
d)      Berikan keteladanan, bagi anak menirukan pekerjaan yang dilakukan orang tua lebih mudah dibandingkan dengan melakukan apa yang diucapkan, tunjukkan sikap, ucapan maupun perilaku baik yang dapat dicontoh oleh anak.
e)      Hindari hukuman fisik, hukuman fisik lebih banyak menimbulkan dampak negatif, jika emosi orang tua sudah tinggi, hukuman fisik seringkali merupakan pelampiasan yang tidak terkendali.
2.      Kondisikan dengan suasana membaca.
Para orang tua dapat memperkenalkan buku cerita kepada anak sedini mungkin dan saat yang paling mudah menanamkan kebiasaan membaca adalah: saat anak belum bisa protes. Yaitu: waktu bayi. Bahkan sejak dalam kandungan. Jika kita membacakan cerita kepada bayi setiap malam secara rutin, maka acara tersebut menjadi suatu ritual yang dinantikan anak, membaca cerita kepada bayi juga mengembangkan keingintahuan serta kecerdasan anak. Ketika bayi semakin besar, sudah bisa duduk di pangkuan, mulai meraba buku dan merasakan kehangatan orang tua pada saat membacakan cerita dan itu suatu perasaan yang sangat menyenangkan anak. Perasaan itu akan terus terbawa sampai dewasa, inilah yang disebut dengan neuro association. Dengan demikian bagi anak, buku menjadi suatu yang menyenangkan saat besar.
3.      Pemberian sugesti positif dan tidak membandingkan dengan anak lain.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar waktu dari perjalanan hidup manusia lebih banyak mendapatkan sugesti yang negative dibandingkan yang positif. Untuk itulah disarankan agar memberi dorongan pada apa yang harus dilakukan bukan yang dilarang, karena dorongan akan membuat anak berani mencoba sementara larangan membuat anak menjadi takut untuk mencoba.
Sedangkan anak diserahkan membandingkan dengan anak lain karena secara umum manusia tidak akan berkenaan jika dibandingkan dengan orang lain demikian pula pada anak. Hal ini akan berdampak rendahnya rasa percaya diri yang disebabkan eksistensi diri yang tidak dihargai.
4.      Perkenalkan bahasa kedua
Memperkenalkan bahwa kedua (Arab, Inggris, Jepang, Jerman, Perancis) kepada anak sejak awal adalah saat yang paling tepat. Kemampuan belajar suatu bahasa asing paling tinggi sejak kelahiran hingga usia enam tahun. Dan sesudah itu menurun secara tetap dan tak terpulihkan. Lonjakan terbesar perkembangan otak mulai berakhir pada usia sekitar 10 tahun. Oleh karena itu bahasa asing sebaiknya diajarkan sedini mungkin.



BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Pendidikan keluarga mempunyai pengaruh yang penting untuk mendidik anak. Penanaman pendidikan ini harus disertai contoh konkret yang masuk pemikiran anak, sehingga penghayatan mereka didasari dengan kesadaran rasional. Pendidikan mencakup beragam aktifitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara optimal. Dalam menciptakan keluarga yang kondusif para orang tua hendaknya memperhatikan suasana harmonis dan kondusif dalam keluarga sehingga memungkinkan pertumbuhan anak secara normal.
Interaksi sosial edukatif orang tua dan anak adalah pemberian cinta dan kasih sayang dan ketrampilan berhubungan dengan sosial termasuk etika dan nilai. Sebagai orang tua harus dapat merasakan bahwa usia balita adalah usia yang luar biasa bagi perkembangan intelektual dan kreativitas seorang anak.

B.     Saran
Dmeikian pembahasan makalah mengenai pendidikan PAUD  dalam keluarga, semoga dapat bermanfaat bagi rekan sekalian. Kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Pendidikan Anak Dini Usia,  (Bandung, 2009)

Nurani Sujiono, Yuliani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.  (Jakarta Barat: PT Indeks. 2011)

Hasan maimunah,  Pendidikan Anak Usia Dini,  (Diva Press :Yogyakarta, 2009)

Dwi Haryanti, Keterlibatan Keluarga Sebagai Mitra Dalam Pendidikan Anak, (Jurnal pdf Noura, Vol. 1 No. 1, Juni 2017)

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,Edisi kelima, Alih Bahasa Istiwidayanti dan Soedjarwo. ( Jakarta: Erlangga. 2006)




[1] Anwar, Pendidikan Anak Dini Usia,  (Bandung, 2009), 43
[2] Nurani Sujiono, Yuliani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.  (Jakarta Barat: PT Indeks. 2011), h. 34
[3] Hasan maimunah,  Pendidikan Anak Usia Dini,  (Diva Press :Yogyakarta, 2009), h. 39
[4] Dwi Haryanti, Keterlibatan Keluarga Sebagai Mitra Dalam Pendidikan Anak, (Jurnal pdf Noura, Vol. 1 No. 1, Juni 2017), h. 5
[5] Dwi Haryanti, Keterlibatan Keluarga Sebagai Mitra Dalam Pendidikan Anak, (Jurnal pdf Noura, Vol. 1 No. 1, Juni 2017), h. 8
[6] Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,Edisi kelima, Alih Bahasa Istiwidayanti dan Soedjarwo. ( Jakarta: Erlangga. 2006), h. 93