Sunday, May 26, 2019

Cara Membuat Watermark Pada Microsoft Word 2007 / 2010


CARA MEMBUAT WATERMARK PADA LEMBAR KERJA MICROSOFT WORD

Baiklah pada postingan kali ini kita akan membahas mengenai CARA MEMBUAT WATERMARK pada lembar Kerja MICROSOFT WORD...
Watermark adalah objek background yang tampak di belakang teks yang menunjukkan identitas atau keterangan pemiliknya, misalnya seperti logo perusahaan, logo pemerintah, atau text tertentu...
Caranya sebagai berikut :
1.      Klik page layout pada menu


 2.      Kemudian klik watermark, kemudian klik Custom Watermark

3.      Setelah itu pilih picture watermark
4.      Kemudian select Picture, dan pilih gambar yang akan dibuat watermark
5.      Selanjutnya pilih scala persentasenya, biasanya ukuran normalnya adalah 100-150 %

6.      Kemudian klik Ok
7.      Watermark akan muncul...

Mudah bukan, selamat mencoba
Semoga Bermanfaat




#tutorial #tutorialword #watermark Cara Membuat Watermark Dengan Mudah P...

Saturday, May 25, 2019

TATA CARA PENDAFTARAN TES SPMB DI IAIN BENGKULU TAHUN AKADEMIK 2019/2020


TATA CARA PENDAFTARAN TES SPMB IAIN BENGKULU TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Pada pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai CARA MENDAFTAR SPMB ONLINE di IAIN BENGKULU tahun Akademik 2019/2020...
PERHATIAN :
Sebelum kita mengikuti Tes SPMB di IAIN Bengkulu kita diminta untuk mendaftar terlebih dahulu dengan melakukan PEMBAYARAN melalui Bank BRI dengan terlebih dahulu mendaftar dan mengisi Formulir yang telah di sediakan pada link http://siakad.iainbengkulu.ac.id/pmb/ dan mencetak no pendaftaran yang akan kita setor pada BANK BRI.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
2.      Selanjutnya klik tombol FORMULIR PENDAFTARAN MAHASISWA

3.      Selanjutnya isi formulir seperti NAMA, TTL, ALAMAT, dan sebagainya. Isi DATA dengan lengkap dan benar!
4.      Selanjutnya setelah formulir diisi dengan lengkap klik DAFTAR dan cetak No registrasi pendaftaran yang akan kita bawa ke BANK BRI..
5.      Selanjutnya kita melakukan pembayaran ke bank BRI terdekat dengan membawa kartu nomer pendaftaran yang telah kita CETAK SEBELUMNYA
6.      Kemudian mengisi Form yang disediakan oleh BANK dan melakukan proses pembayaran, untuk tahun-tahun sebelumnya pendaftaran TES SPMB sebesar Rp. 175.000,-
7.      Setelah kita melakukan pembayaran kita akan di berikan Kode NOMER REGISTRASI untuk melakukan Login ke siakad.iainbengkulu.ac.id/pmb/

8.      Setelah melakukan PEMBAYARAN pada BANK BRI kita diminta untuk menunggu selama 1-2 hari untuk proses validasi
9.      Setelah itu kita kembali membuka http://siakad.iainbengkulu.ac.id/pmb/ dan mengklik tombol LOGIN Peserta Tes dan Melengkapi Data kembali dan memilih JURUSAN / PROGRAM STUDI yang akan kita pilih nantinya..jika ada rekan-rekan yang masih bingung untuk PROGRAM STUDI DAN AKREDITASNYA yang ada di IAIN BENGKULU dapat melihat sebagai berikut :
Jenjang
Jurusan
Akreditasi
SYARIAH
S1
Ahwal Al Syaksyiah (HKI)
A
S1
Muamalah
B
S1
Hukum Tata Negara (Siyasah)
B
USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
S1
Ahlak dan Tasawuf
C
S1
Bahasa dan Sastra Arab
C
S1
Bimbingan dan Konseling Islam
B
S1
Zakat dan Wakaf
C
S1
Manajemen Dakwah
C
S1
Sejarah dan Kebudayaan Islam
C
S1
Komunikasi dan Penyiaran Islam
B
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
S1
Ekonomi Syariah
B
S1
Perbankan Syariah
B
TARBIYAH DAN TADRIS
S1
Pendidikan Agama Islam
A
S1
Pendidikan Bahasa Arab
A
S1
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
B
S1
Pendidikan Guru Raudhatul Atfal
C
S1
Tadris Bahasa Inggris
B
PASCASARJANA
S2
Ahwal AlSyaksyiah
B
S2
Filsafat Agama
B
S2
Manajemen Pendidikan Islam
B
S2
Pendidikan Agama Islam
A

10.  Setelah mengisi formulir biodata dengan lengkap serta program studi yang dipilih langkah selanjutnya adalah mencetak KARTU PESERTA TES
11.  Mengikuti TES SMPB Sesuai tanggal yang telah TERTERA..
12.  Sekian mudah-mudahan bermanfaat

Thursday, May 9, 2019

Makalah Perkembangan Moral Anak Usia Dini


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Moral berasal dari bahasa latin "mores" yang artinya tata cara, kebiasaan, dan adat. Menurut Hurlock, moralitas adalah kebiasaan yang terbentuk dari standar sosial yang juga dipengaruhi dari luar individu. Moralitas berkaitan dengan sistem kepercayaan, penghargaan, dan ketetapan yang terjadi di bawah sadar tentang tindakan yang benar dan yang salah, dan untuk memastikan individu tersebut akan berusaha berbuat sesuai dengan harapan masyarakat.
Sedangkan menurut Immanuel Kant, moral adalah kesesuaian sikap dan perbuatan kita dengan norma atau hukum batiniah kita, yakni apa yang kita pandang sebagai kewajiban kita. Dapat disimpulkan bahwa moralitas adalah sistem kepercayaan, penghargaan, danketetapan tentang perbuatan benar dan salah yang terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan dari standar sosial yang dipengaruhi dari luar individu atau sesuai dengan harapan masyarakat atau kelompok sosial tertentu.
Perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal yang mengatur aktivitas seseorang ketika dia tidak terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi interpersonal yang mengatur interaksi sosial dalam penyelesaian konflik. Pada usia 4-6 tahun anak mulai menyadari dan mengartikan bahwa sesuatu tingkahlaku ada yang baik dan ada yang tidak baik.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :  
1.      Apa yang dimaksud dengan pengertian moral dan perkembangan moral?
2.      Bagaimana perkembangan moral?
3.      Bagaoimana Perkembangan Moral menurut Jean Piaget?
4.      Apa saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PerkembanganMoral?
5.      Apa saja konsep-konsep Pengembangan Moral Anak Usia Dini?
6.      Bagaimana strategi dan Teknik Pengembangan Moral Anak Usia Dini?
7.      Bagaimana pengembangan Nilai-nilai Agama Anak Usia Dini?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pengertian moral dan perkembangan moral
2.      Untuk mengetahui perkembangan moral
3.      Untuk mengetahui Perkembangan Moral menurut Jean Piaget
4.      Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
5.      Untuk mengetahui konsep-konsep Pengembangan Moral Anak Usia Dini
6.      Untuk mengetahui strategi dan Teknik Pengembangan Moral Anak Usia Dini
7.      Untuk mengetahui pengembangan Nilai-nilai Agama Anak Usia Dini
 
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Moral dan Perkembangan Moral
Moral adalah tingkah laku yang telah diatur atau ditentukan oleh etika. Moral sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu moral baik dan moral jahat. Moral baik ialah segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik, begitu juga sebaliknya dengan moral yang jahat.[1]
Berikut beberapa pengertian moral :
1.       Moral adalah nilai yang berlaku dalam suatu lingkungan sosial dan mengatur tingkah laku seseorang.
2.       Moral ialah suatu tendensi rohani untuk melakukan seperangkat standar dan norma yang mengatur perilaku seseorang dan masyarakat.
3.       Moral adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran - ukuran tindakan yang diterima oleh umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.

B.     Perkembangan moral
Perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah. Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal, yang mengatur aktifitas seseorang ketika dia terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi interpersonal yang mengatur interaksi sosial dan penyelesaian konflik. (Santrock, 2007 ;Gibbs,2003 ; Power,2004 ; Walker &Pitts,1998)[6] Perkembangan moral berkaitan dengan aturan-atuaran dan ketentuan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain
Pada usia Taman Kanak-kanak, anak telah memiliki pola moral yang harus dilihat dan dipelajari dalam rangka pengembangan moralitasnya. Orientasi moral diidentifikasikan dengan moral position atau ketetapan hati, yaitu sesuatu yang dimiliki seseorang terhadap suatu nilai moral yang didasari oleh aspek motivasi kognitif dan aspek motivasi afektif. Menurut John Dewey tahapan perkembangan moral seseorang akan melewati 3 fase, yaitu premoral, conventional dan autonomous. Anak Taman Kanak-kanak secara teori berada pada fase pertama dan kedua. Oleh sebab itu, guru diharapkan memperhatikan kedua karakteristik tahapan perkembangan moral tersebut.
Sedangkan menurut Piaget, seorang manusia dalam perkembangan moralnya melalui tahapan heteronomous dan autonomous. Seorang guru Taman Kanak-kanak harus memperhatikan tahapan hetero-nomous karena pada tahapan ini anak masih sangat labil, mudah terbawa arus, dan mudah terpengaruh. Mereka sangat membutuhkan bimbingan, proses latihan, serta pembiasaan yang terus-menerus.
Manusia merupakan makhluk etis atau makhluk yang mampu memahami kaidah-kaidah moral dan mampu menjadikannya sebagai pedoman dalam bertutur kata, bersikap, dan berperilaku. Kemampuan seperti di atas bukan merupakan kemampuan bawaan melainkan harus diperoleh melalui proses belajar. Anak dapat mengalami perkembangan moral jika dirinya mendapatkan pengalamanan bekenaan dengan moralitas. Perkembangan moral anak ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku. Mengingat moralitas merupakan factor penting dalam kehidupan manusia maka manusia sejak dini harus mendapatkan pengaruh yang positif untuk menstimulasi perkembangan moralnya.[2]

C.     Perkembangan Moral Jean Piaget
Jean Piaget lahir di Neuchâtel, Swiss, 9 Agustus1896 adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembanganSwiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Menurut Ernst von Glasersfeld, Jean Piaget adalah juga “perintis besar dalam teori konstruktivis tentang pengetahuan. Ada dua macam studi yang dilakukan oleh Piaget mengenai perkembangan moral anak dan remaja. Piaget melakukan observasi dan wawancara dengan anak-anak usia 4-12 tahun, yaitu:
1.       Melakukan observasi terhadap sejumlah anak yang bermain kelereng, sambil mempelajari bagaimana mereka bermain dan memikirkan aturan-aturan permainan.
2.       Menanyakan kepada anak-anak pertanyaan tentang aturan-aturan etis, misalnya mencuri, berbohong, hukuman dan keadilan.
Dari hasil studi yang telah dilakukan tersebut, Piaget menyimpulkan bahwa anak-anak berpikir dengan 2 cara yang sangat berbeda tentang moralitas, tergantung pada kedewasaan perkembangan mereka, antara lain:
1.      Heteronomous Morality
Merupakan tahap pertama perkembangan moral menurut teori Piaget yang terjadi kira-kira pada usia 4-7 tahun. Keadilan dan aturan-aturan dibayangkan sebagai sifat-sifat dunia yang tidak boleh berubah, yang lepas dari kendali manusia. Pemikir Heteronomous menilai kebenaran atau kebaikan perilaku dengan mempertimbangkan akibat dari perilaku itu, bukan maksud dari pelaku.[3]
a.       Misalnya, memecahkan 12 gelas secara tidak sengaja lebih buruk daripada memecahkan 1 gelas dengan sengaja, ketika mencoba mencuri sepotong kue.
b.      Pemikir Heteronomous yakin bahwa aturan tidak boleh berubah dan digugurkan oleh semua otoritas yang berkuasa.
c.       Ketika Piaget menyarankan agar aturan diganti dengan aturan baru (dalam permainan kelereng), anak-anak kecil menolak. Mereka bersikeras bahwa aturan harus selalu sama dan tidak boleh diubah.
d.      Meyakini keadilan yang immanen, yaitu konsep bahwa bila suatu aturan dilanggar, hukuman akan dikenakan segera.
e.       Yakin bahwa pelanggaran dihubungkan secara otomatis dengan hukuman.
2.      Autonomous Morality
a.        Tahap kedua perkembangan moral menurut teori Piaget, yang diperlihatkan oleh anak-anak yang lebih tua (kira-kira usia 10 tahun atau lebih). Anak menjadi sadar bahwa aturan-aturan dan hukum-hukum diciptakan oleh manusia dan dalam menilai suatu tindakan, seseorang harus mempertimbangkan maksud-maksud pelaku dan juga akibat-akibatnya
b.        Bagi pemikir Autonomos, maksud pelaku dianggap sebagai yang terpenting.
c.        Anak-anak yang lebih tua, yang merupakan pemikir Autonomos, dapat menerima perubahan dan mengakui bahwa aturan hanyalah masalah kenyamanan, perjanjian yang sudah disetujui secara sosial, tunduk pada perubahan menurut kesepakatan.
d.        Menyadari bahwa hukuman ditengahi secara sosial dan hanya terjadi apabila seseorang yang relevan menyaksikan kesalahan sehingga hukuman pun menjadi tak terelakkan.
Piaget berpendapat bahwa dalam berkembang anak juga menjadi lebih pintar dalam berpikir tentang persoalan sosial, terutama tentang kemungkinan-kemungkinan dan kerjasama. Pemahaman sosial ini diyakini Piaget terjadi melalui relasi dengan teman sebaya yang saling memberi dan menerima. Dalam kelompok teman sebaya, setiap anggota memiliki kekuasaan dan status yang sama, merencanakan sesuatu dengan merundingkannya, ketidaksetujuan diungkapkan dan pada akhirnya disepakati. Relasi antara orangtua dan anak, orangtua memiliki kekuasaan, sementara anak tidak, tampaknya kurang mengembangkan pemikiran moral, karena aturan selalu diteruskan dengan cara otoriter.

D.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PerkembanganMoral
Anak dilahirkan tanpa moral (imoral) sikap moral untuk berperilaku sesuai nilai-nilai luhur dalam masyarakat belum dikenalnya. Intervensi terprogram melalui pendidikan, serta lingkungan sosial budaya, mempengaruhi perkembangan struktur kepribadian bermuatan moral. Ini dialami dalam keluarga bersama teman sebaya dan rekan-rekan sependidikan, kawan sekerja/kegiatan ditengah lingkungan.
1.      Perubahan dalam lingkungan
Perubahan dan kemajuan dalam berbagai bidang membawa pergeseran nilai moral serta sikap warga masyarakat ditengah perubahan dapat terjadi kemajuan/kemrosotan moral. Perbedaan perilaku moral individu sebagian adalah dampak pengalaman dan pelajaran dari lingkungan nilai masyarakatnya. Lingkungan memberi ganjaran dan hukuman. Ini memacu proses belajar dan perkembangan moral secara berkondisi.[4]
2.      Struktur kepribadian
Psiko analisa (freud) menggambarkan perkembangan kepribadian termasuk moral. dimulai dengan sistem ID, selalu aspek biologis yang irasional dan tak disadari. Diikuti aspek psikologis yaitu subsistemego yang rasional dan sadar. Kemudian pembentukan superego sebagai aspek sosial yang berisi sistem nilai dan moralmasyarakat. Ketiga subsistem kepribadian tersebut mempengaruhi perkembangan moral dan perilaku individu. Ketidakserasian antara subsistem kepribadian, berakibat seseorang sukar menyesuaikan diri, merasa tak puas dan cemas serta bersikap/berperilaku menyimpang. Sedang keserasian antara subsistem kepribadian dalam perkembangan moral akan berpuncak pada efektifnya kata hati (superego) menampilakan watak/perilaku bermoral seseorang.
Ada sejumlah faktor penting yang mempengaruhi perkembangan moral anak (Hurlock, 1990).
1.      Peran hati nurani atau kemampuan untuk mengetahui apa yang benar dan salah apabila anak dihadapkan pada situasi yang memerlukan pengambilan keputusan atas tindakan yang harus dilakukan.
2.      Peran rasa bersalah dan rasa malu apabila bersikap dan berperilaku tidak seperti yang diharapkan dan melanggar aturan.
3.      Peran interaksi sosial dalam memberik kesepakatan pada anak untuk mempelajari dan menerapkan standart perilaku yang disetujui masyarakat, keluarga, sekolah, dan dalam pergaulan dengan orang lain.

E.     Konsep-konsep Pengembangan Moral Anak Usia Dini
Menurut Megawangi, dalam Siti Aisyah dkk., anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila mereka berada di lingkungan yang berkarakter pula. Usaha mengembangkan anak-anak agar menjadi pribadi-pribadi yang bermoral atau berkarakter baik merupakan tangguang jawab keluarga, sekolah, dan seluruh komponen masyarakat. Usaha tersebut harus dilakukan secara terencana, terfokus, dan komprehensif.  Pengembangan moral anak usia dini melalui pengembangan pembiasaan berperilaku dalam keluarga dan sekolah
1.      Pengembangan berperilaku yang baik dimulai dari dalam keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan paling efektif untuk melatih berbagai kebiasaan yang baik pada anak.
Menurut Thomas Lickona, sebagimana pendapatnya dikutip oleh Siti Aisyah dkk., ada 10 hal penting yang harus diperhatikan dan dijadikan prinsip dalam mengembangkan karakter anak dalam keluarga, yaitu sebagai berikut.[5]
a)      Moralitas penghormatan
Hormat merupakan kuci utama untuk dapar hidup harmonis dengan masyarkat. Moralitas penghormatan mencakup
1)      Penghormatan kepada diri sendiri untuk mencegah agar diri sendiri tidak terlibat dalam perilaku yang merugikan diri sendiri.
2)      Penghormatan kepada sesame manusia meskipun berbeda suku, agama, kemampuan ekonomi, dst.
3)      Penghormatan kepada lingkungan fisik yang merupakan ciptaan Tuhan.
4)      Perkembangan moralitas kehormatan berjalan secara bertahap
Anak-anak tidak bisa langsung berkembang menjadi manusia yang bermoral, tetapi memerlukan waktu dan proses yang terus menerus, dan memerlukan kesabaran orang tua untuk melakukan pendidikan tersebut.
b)      Mengajarkan prinsip menghormati
Anak-anak akan belajar menghormati orang lain jika dirinya merasa bahwa pihak lain menghormatinya. Oleh karena itu orang tua hendaknya menghormati anaknya. Penghormatan orang tua kepada anak dapat dilakukan misalnya dengan menghargai pendapat anak, menjelaskan kenapa suatu aturan dibuat untuk anak, dst.
c)      Mengajarkan dengan contoh
Pembentukan perilaku pada anak mudah dilakukan melalui contoh.  Oleh karena itu contoh nyata dari orang tua bagaimana seharusnya anak berperilaku harus diberikan. Selain itu, orang tua juga bisa membacakan buku-buku yang di dalamnya terdapat pesan-pesan moral. Orang tua hendaknya mengontrol acara-acara televisi yang sering ditonton anaknya, jangan sampai acara yang disukai anak adalah acara yang berpengaruh buruk pada perkembangan moralnya.
d)      Mengajarkan dengan kata-kata
Selain mengajar dengan contoh, orang tua hendaknya menjelaskan dengan kata-kata apa yang ia contohkan. Misalnya anak dijelaskan mengapa berdusta dikatakan sebagai tindakan yang buruk, karena orang lain tidak akan percaya kepadanya.
e)      Mendorong anak unruk merefleksikan tindakannya
Ketika anak telah melakukan tindakan yang salah, misalnya merebut mainan adiknya sehingga adiknya menangis, anak disuruh untuk berpikir jika ada anak lain yang merebut mainannya, apa reaksinya.
f)        Mengajarkan anak untuk mengemban tanggung jawab
Anak-anak harus dididik untuk menjadi pribadi-pribadi yang altruistik, yaitu peduli pada sesamana. Untuk itu sejak dini anak harus dilatih melalui pemberian tanggung jawab.
g)      Mengajarkan keseimbangan antara kebebasan dan control
Keseimbangan antara kebebasan dan kontrol diperlukan pengembangan moral anak.  Anak diberi pilihan untuk menentukn apa yang akan dilakukannya namun aturan-aturan yang berlaku harus ditaati.
h)      Cintailah anak, karena cinta merupakan dasar dari pembentukan moral
Perhatian dan cinta orang tua kepada anak merupakan kontribusi penting dalam pembentukan karakter yang baik pada anak. Jika anak-anak diperhatikan dan disayangi maka mereka juga belajar memperhatikan dan menyayangi orang lain.
i)        Menciptakan keluarga bahagia
Pendidikan moral kepada anak tidak terlepas dari konteks keluarga. Usaha menjadikan anak menjadi pribadi yang bermoral akan lebih mudah jika jika anak mendapatkan pendidikan dari lingkungan keluarga yang bahagia. Untuk itu usaha mewujudkan keluarga yang bahagia merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh orang tua sehubungan dengan erkembangan moral anaknya.
2.      Pengembangan kebiasaan berperilaku yang baik di sekolah
Perkembangan moral anak tidak terlepas dari lingkungan di luar rumah. Menurut Goleman (1997) dan Megawangi 2004) dalam Siti Aisyah dkk., bahwa lingkungan sekolah berperan dalam pengembangan moral anak usia dini. Pendidikan moral pada lembaga pendidikan formal dimulai ketika anak-anak mengikuti pendidikan pad ataman kanak-kanak. Menurut Schweinhart[6], pengalaman yang diperoleh anak-anak dari taman kanak-kanak memberikan pengaruh positif pada pada perkembangan anak selanjutnya.
Di lembaga pendidikan formal anak usia dini, peran pendidik dalam pengembangan moral anak sangat penting. Oleh karena itu, menurut Megawangi, pendidik harus memperhatikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut.[7]
a)      Memperlakukan anak didik dengan kasih sayang, adil, dan hormat.
b)      Memberikan perhatian khusus secara individual agar pendidik dapat mengenal secara baik anak didiknya.
c)      Menjadikan dirinya sebagai contoh atau tokoh panutan.
d)      Membetulkan perilaku yang salah pada anak didik.

F.      Strategi dan Teknik Pengembangan Moral Anak Usia Dini
Pengembangan moral anak usia dini dilakukan agar terbentuk perilaku moral. Pembentukan perilaku moral pada anak, khususnya pada anak usia dini memerlukan perhatian serta pemahaman terhadap dasar-dasar serta berbagai kondisi yang mempengaruhi dan menenytukan perilaku moral. Ada 3 strategi dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini, yaitu: strategi latihan dan pembiasaan, 2. Strategi aktivitas dan bermain, dan 3. Strategi pembelajaran.
1.      Strategi Latihan dan Pembiasaan
Latihan dan pembiasaan merupakan strategi yang efektif untuk membentuk perilaku tertentu pada anak-anak, termasuk perilaku moral. Dengan latihan dan pembiasaan terbentuklah perilaku yang bersifat relatif menetap. Misalnya, jika anak dibiasakan untuk menghormati anak yang lebih tua atau orang dewasa lainnya, maka anak memiliki kebiasaan yang baik, yaitu selalu menghormati kakaknya atau orang tuanya.
2.      Strategi Aktivitas Bermain
Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak dapat digunakan dan dikelola untuk pengembangan perilaku moral pada anak. Menurut hasil penelitian Piaget (dalam Wantah, 2005: 116), menunjukkan bahwa perkembangan perilaku moral anak usia dini terjadi melalui kegiatan bermain. Pada mulanya anak bermain sendiri tanpa dengan menggunakan mainan. Setelah itu anak bermain menggunakan mainan namun dilakukan sendiri. Kemudian anak bermain bersama temannya bersama temannya namun belum mengikuti aturan-aturan yang berlaku. Selanjutnya anak bermain bersama dengan teman-temannya berdasarkan aturan yang berlaku.
3.      Strategi Pembelajaran
Usaha pengembangan moral anak usia dini dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran moral. Pendidikan moral dapat disamakan dengan pembelajaran nilai-nilai dan pengembangan watak yang diharapkan dapat dimanifestasikan dalam diri dan perilaku seseorang seperti kejujuran, keberanian, persahabatan, dan penghargaan.
Pembelajaran moral dalam konteks ini tidak semata-mata sebagai suatu situasi seperti yang terjadi dalam kelas-kelas belajar formal di sekolah, apalagi pembelajaran ini ditujukan pada anak-anak usia dini dengan cirri utamanya senang bermain. Dari segi tahapan perkembangan moral, strategi pembelajaran moral berbeda orientasinya antara tahapan yang satu dengan lainnya. Pada anak usia 0 – 2 tahun pembelajaran lebih banyak berorientasi pada latihan aktivitas motorik dan pemenuhan kebutuhan anak secara proporsional. Pada anak usia antara 2 – 4 tahun pembelajaran moral lebih diarahkan pada pembentukan rasa kemandirian anak dalam memasuki dan menghadapi lingkungan. Untuk anak usia 4 – 6 tahun strategi pembelajaran moral diarahkan pada pembentukan inisiatif anak untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan perilaku baik dan buruk.
Secara umum ada berbagai teknik yang dapat diterapkan untuk mengembangkan moral anak usia dini. Menurut Wantah  teknik-teknik dimaksud adalah: 1. membiarkan, 2. tidak menghiraukan, 3. memberikan contoh (modelling), 4. mengalihkan arah (redirecting), 5. memuji, 6. mengajak, dan 7. menantang (challanging).[8]

G.    Pengembangan Nilai-nilai Agama Anak Usia Dini
Menurut Zakiah Darajat (dalam Lilis Suryani dkk., 2008: 1.9), agama suatu keimanan yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan, dan dilaksanakan dalam tindakan, perkataan, dan sikap.  Perkembangan nilai-nilai agama artinya perkembangan dalam kemampuan memahami, mempercayai, dan menjunjung tinggi kebenaran-kebenaran yang berasal dari Sang Pencipta, dan berusaha menjadikan apa yang dipercayai sebagai pedoman dalam bertutur kata, bersikap dan bertingkah laku dalam berbgaia situasi.
Pemahaman anak akan nilai-nilai agama menurut Ernest Harms (dalam Lilis Suryani dkk., 2008; 1.10 – 1.11) berlangsung melalui 3 tahap, yaitu sebagai berikut.
1.      Tingkat Dongeng (The Fairy Tale Stage)
Tingkat ini dialami oleh anak yang berusia 3 – 6 tahun. Ciri-ciri perilaku anak pada masa ini masih banyak dipengaruhi oleh daya fantasinya sehingga dalam menyerap materi ajar agama anak juga masih banyak menggunakan daya fantasinya.
2.      Tingkat Kenyataan (The Realistic Stage)
Tingkat ini dialami anak usia 7 – 15 tahun. Pada masa ini anak sudah dapat menyerap materi ajar agama berdasarkan kenyataan-kenyataan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Anak sudah tertarik pada apa yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keagamaan. Segala bentuk tindak amal keagamaan mereka ikuti dan tertarik untuk mempelajari lebih jauh.
3.      Tingkat Individu (The Individual Stage)
Tingkat individu dialami oleh anak yang berusia 15 ke atas. Konsep keagaamaan yang individualistic ini terbagi atas tiga bagian, yaitu: a. konsep keagamaan yang konvensional dan konservatif yang dipengaruhi oleh sebagian kecil fantasi, b. konsep keagamaan yang murni dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal, dan c. konsep keagamaan yang humanistic. Agama telah menjadi etos humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran agama.
Pengembangan nilai-nilai agama pada anak harus didasarkan pada karakteristik perkembangan anak. Jika memperhatikan pendapat Ernest Harms sebagaimana dikemukakan di atas, maka usaha pengembangan nilai-nilai agama menjadi efektif jika dilakukan melalui cerita-cerita yang di dalamnya terkandung ajaran-ajaran agama. Dengan demikian daya fantasi anak berperan dalam menyerap nilai-nilai agama yang terdapat dalam cerita yang diterimanya. 



BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Moral adalah sikap perilaku seseorang yang didasari oleh norma - norma hukum yang berada dilingkungan tempat dia hidup. Jadi seseorang dapat dikatakan memiliki moral adalah ketika seseorang sudah hidup dengan mentaati hukum - hukum yang berlaku di tempat dia hidup.Sedangkan Menurut Lawrence Kohlberg. Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya. Menurut Kohlberg ada 6 tahapan perkembangan moral yang dapat teridentifikasi, hal ini didasarkan pada teorinya yang berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis,. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif.
Menurut penjelasan yang ada di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap anak perlu mempunyai sikap moral yang positif. Terdapat beberapa fase dalam perkembangan moral yakni : fase absolut, fase realistis, fase subyektif. Secara umum ada beberapa tahap perkembangan moral menurut kohlberg yakni, tahap prokonvensional, tahap konvensional, Tahap pascakonvensional dan menurut J. Bull perkembangan moral dibagi menjadi 3 yaitu: tahap anomi, tahap heteronomi, tahap sosionomi, tahap otonomi
B.     Saran
Sebagai seorang konselor kita seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan moral pada anak sehingga kita dapat mengupayakan pengembangan moral. Contoh dari upaya-upaya pengembangan moral adalah menciptakan komunikasi yang baik sehingga anak-anak harus dirangsang menjadi lebih aktif, menciptakan iklim lingkungan yang serasi dan mendorong perilaku dan pengembangan moral di dalam kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Lilis Suryani dkk. (2008) Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dsar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: 2005.

Siti Aisyah dkk. (2007) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Slamet Suyanto. (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan an Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Wantah, Maria J. (2005) Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral pada Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan an Ketenagaan Perguruan



[1] Lilis Suryani dkk. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dsar Anak Usia Dini. (Jakarta: Universitas Terbuka. 2008), h. 3.1
[2] Masitoh dkk. Strategi Pembelajaran TK.  (Jakarta: 2005 ), h. 67
[3] Siti Aisyah dkk. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. (Jakarta: Universitas Terbuka. 2007), h. 5.1
[4] Slamet Suyanto. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan an Ketenagaan Perguruan Tinggi. 2005), h. 76
[5] Siti Aisyah dkk. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. (Jakarta: Universitas Terbuka. 2007), h. 84.1
[6] Siti Aisyah dkk. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. (Jakarta: Universitas Terbuka. 2007), h. 84.2
[7] Siti Aisyah dkk. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. (Jakarta: Universitas Terbuka. 2007), h. 84.4
[8] Wantah, Maria J. Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral pada Anak Usia Dini. (Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan an Ketenagaan Perguruan, 2005), h. 127