BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kasawan
desain mempunyai asal-usul dari gerakan psikologi pembelajaran. Beberapa faktor
pemicunya adalah 1) Artikel tahun 1954 dari B.F. Skinner “The Science of
Learning and theArt of Teachig” disertai teorinya tentang pembelajaran
berprogram : 2) buku tahun 1969 dari Herbert Simon “The Science of Artificial”
yag membahas karakteristik umum dari pengetahuan perskriptif tentang desain:
dab 3) pendirian pusat-pusat desain bahan pembelajaran dan terprogram, sepert :
“Learning Resauce and Development Center” dalam kurun waktu tahun 1960;an dan
Rebert, direktur dari pusat tersebut, mnulis dan membicarakan tentang desain
pembelajaran sebagai inti dari teknologi pendidikan (Glaser 1976). Banyak
landasan psikologi pembelajaran dari kawasan desain berkembang dari asosiasi
dengan pittsburgh ini. Hal ini bukan hanya karena pittsburgh, tetapi juga
karena makalah skinner yang berpengaruh tersebut di atas dipresentasikan
pertama kali di pittsburgh sebelum kemudian dipublikasikan pada tahun tersebut
(Spencer 1988).
Melengkasi
dari psikologi pembelajaran tersebut ialah pengaplokasian teori sistem dalam
pembelajaran. Melalui Jim Finn and Loenard Silvern. Pendekatan sistem
pembelajaran secara bertahap mulai berkembang menjadi suatu metodologi dan
mulai memasukkan gagasan dari psikologi pembelajaran. Pendekatan sitem telah
memicu timbulnya gerakan desain sistem pembelajaran seperti yang dicontohkan
dalam penggunaan proses pengembngan pembelajaran di pendidikan tinggitahun
1970’an (Gustafson dan Dratton 1984). Perhatian terhadap desain pesan juga
berkembang selama akhir tahun 1960’an pada awal tahun 1970’an Kolaborasi antara
Rebort Gagne dan Leskie Briggs pada American Institutes for Research di tahun
1960’an (juga di pittsburgh) dan di Frifrida State University dalam tahun 1970’an
telah menggabungkan keahlian psikologi pengembangan dengan bakat dalam desain
sistem. Secara bersama meraka telah membuat konsep desain pembelajaran menjadi
hidup (Briggs 1968, Brigg 1977, Briggss, Campeau, Gegne dan May 1967, Gagne
1965, Gagne 1989, Gagne dan Briggs 1974).
Kawasan
desain pembelajaran kadang-kadang dikaburkan dengan pengembangan, atau bahkan
dengan konsep yang lebih luas dari pebelajaran itu sendiri. Akan tetapi
definisi ini membatasi desain pada fungsi perencanaan, baik pada tingkat micro
maupun pada tingkat macro. Sebagai konsekuensinya, dasar pengetahuan kawasan
tersebut menjadi rumit serta memerlukan sederetan model-model prosedural, model
konseptual, dan teori. Walaupun demikian landasan pengetahuan dari bidang
apapun tidaklah bersifat statik. Demikian pula halnya dengan desain
pembelajaran sekalipun berlandasan pada kerangka pengetahuan tradisional yang
kokoh. Lebih-lebih karena hubungannya
yang erat antara desain pembelajaran dan kawasan lain dari teknologi
pembelajaran, landasan pengetahuan desain juga berubah untuk menjaga
konsistensi dengan kawasan pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan
penilaian.
Teori
desain jauh lebih maju dibandingkan dengan bidang lain yang mempunyai hubungan
erat dengan tradisi praktek dalam membangun landasan pengetahuan. Namun dalam
hal pengetahuan teknologi, penelitian dan teori dasain hampir selalu mengikuti
eksplorasi kaum praktisi mengenai kemuskilan dan kemampuan perangkat keras atau
perangkat lunak yang baru. Terutama pada masa sekarang ini. Tantangan untuk
para akademisi dan para praktisi keduanya sama, yaitu melanjutkan untuk
merumuskan dasar pengetahuan disamping menanggapi tekanan dari tempat kerja.
Pada
makalah ini akan di jelaskan mengenai kawasan desain teknologi pendidikan dan
penerapannya yang mencakup desain system pembelajaran, desain pesan, desain
strategi instruksional dan karakteristik pembelajaran.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud
dengan kawasan desain?
2. Bagaimana pengertian
desain sistem pembelajaran?
3. Bagaimana desain
teori belajar?
4. Bagaimana desain
pesan?
5. Bagaimana karakteristik
peserta didik?
6. Bagaimana desain
strategi pembelajaran?
C. Tujuan
Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini
adalah :
1. Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan kawasan desain
2. Untuk
mengetahui pengertian desain sistem pembelajaran
3. Untuk
mengetahui desain teori belajar
4. Untuk
mengetahui desain pesan
5. Untuk
mengetahui karakteristik peserta didik
6. Untuk
mengetahui desain strategi pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kawasan
Desain
Secara
etimologis, domain atau kawasan berarti wilayah daerah kekuasaan atau bidang
kajian, kegiatan, garapan yang lebih kecil, terperinci dan spesifik dari lahan
lapangan cakupan suatu ilmu. Adapun Teknologi pendidikan sebagai teori dan
praktik secara faktual yang telah menjadi bagian integral dari upaya
pengembangan sumber daya manusia khususnya pada sistem pendidikan dan
pelatihan.
Idealnya
setiap teknologi pendidikan, pembelajaran terutama yang memperoleh pendidikan
akademik perlu menguasai beberapa kawasan teknologi pendidikan. Teknologi
pendidikan sebagai Suatu proses kompleks yang terintegrasi meliputi manusia,
prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisa masalah yang
menyangkut semua aspek belajar, serta merancang, melaksanakan, menilai, dan
mengelola pemecahan masalah itu.[1]
Kawasan desain
yaitu prosedur yang terorganisasi dan sistematis untuk penganalisisan ( proses
perumusan yang akan dipelajari ); perancangan ( proses penjabaran bagaimana
cara mempelajarinya ); pengembangan ( proses penulisan atau pembuatan produksi
bahan-bahan belajar ); pelaksanaan atau aplikasi ( pemanfaatan bahan dan
strategi ); dan penilaian ( proses penentuan ketepatan pembelajaran ).[2]
Kata Desain
mempunyai dua makna yaitu tingkat makro dan tingkat mikro yang keduanya menunjukkan pendekatan sistem
dan langkah pada pendekatan sistem. Desain sistem pembelajaran secara umum
merupakan prosedur linier dan berulang-ulang dimana permintaan seksama dan
konsisten. Karakter proses pada semua langkah harus di lengkapi dalam hal untuk
melayani sebagai pemeriksaaan dan keseimbangan satu sama lain. Pada desain
sistem pembelajaran proses sangat penting sama seperti produk karena
kepercayaan produk berlandasakan pada proses
B. Pengertian Desain
Teknologi Pendidikan
Desain
adalah proses untuk menentukan kondisi belajar. Tujuan desain ini ialah untuk
menciptakan strategi dan produk pada tingkat macro, seperti program dan
kurikulum, dan pada tingkat micro, seperti pada pelajaran dan modul. Definisi
ini sesuai dengan defisini dasain sekarang yang mengacu pada penentuan
spesifikasi (Ellington dan Harris 1986, Reigeluth 1983, Richey 1986). Berbeda
dengan defisini terdahulu definisi inilebih menekankan pada kondisi belajar
bukannya pada komponen-komponen dalam suatu sistem pembelajaran. Jadi ruang
lingkup desain pembelajaran telah diperluas dari sumber belajar atau komponen
individual sistem ke pertimbangan maupun faktor-faktor, pertanyaan-pertannyaan
serta alat-alat yang digunakan untuk mendesain lingkungan.[3]
Teknologi
adalah penerapan secara sistemik dan sistematik konsep-konsep ilmu perilaku dan
ilmu yang bersifat fisik serta pengetahuan lain untuk keperluan pemecahan
masalah. Teknologi pembelajaran adalah penerapan secara sistemik dan sistematik
strategi dan teknik yang di ambil dari konsep ilmu perilaku dan ilmu yang
bersifat fisik serta pengetahuan lain untuk keperluan pemecahan masalah
pembelajaran.[4]
Teknologi
pendidikan merupakan penggabungan antara teknologi pembelajaran , teknologi
belajar, teknologi perkembangan, teknologi pengelolaan dan teknologi lain
seperti yang diterapkan untuk keperluan pemecahan masalah pendidikan.
Mengacu
pada kategori yang dibuat AECT, definisi diatas mungkin baru menggambarkan
teknologi pendidikan sebagai suatu kontruksi teoritis, yaitu suatu abstraksi
yang mencakup serangkaian ide dan prinsip tentang bagaimana pendidikan dan
pembelajaran harus dilaksanakan dengan menggunakan teknologi.
Dapat
dikatakan bahwa desain teknologi pendidikan merupakan proses untuk menentukan
kondisi belajar dengan menggunakan teknologi yang diterapkan dalam memecahkan
masalah pendidikan atau pembelajaran.
C. Kawasan
Desain Teknologi Pendidikan
Kawasan
desain paling tidak meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek.
Cakupan ini dapat didentifikasi karena masuk dalam lingkup pengembangan
penelitian dan teori. Kawasan desain meliputi studi mengenai desain sistem
pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran dan karakteristik pelajaran.
Definis dan deskripsi dari masing-masing daerah liputan tersebut adalah sebagai
berikut.[5]
1. Desain sistem
pembelajaran.
Desain sistem pembelajaran (DSI) adalah
prosedur yang terorganisasiyang meliputi langkah-langkah penganalisisan,
perancangan, pengembangan, pengaplikasian dan pnilaian pembelajaran. Kata
desain mempunyai pengertian tingkat macro maupun micro karena merujuk pada
pendekatan sistem maupun langkah-langkah dalam pendekatan sistem. Setiap
langkah dalam proses mempunyai landasan teori dan praktek sendiri seperti
halnya pada semua proses DSI. Dalam istilah yang sederhana, penganalisisan
adalah proses perumusan apayang akan dipelajari, perencanaan adalah proses
penjabaran bagaimana caranya hal tersebut akan dipelajari, pengembangan adalah
proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-bahan pembelajaran,
pelaksanaan adalah pemanfataan bahan dan strategi yang bersangkutan, dan
penilaian adalah proses penentuan ketepatan pembelajaran. DSI biasanya
merupakan suatu proedur linier dan interaktif yang menuntut kecermatan dan
kemantapan. Karakteristik dari proses ini yaitu bahwa semua langkah harus
tuntas agar dapat berfungsi sebagai alat untuk saling mengontrol. Dalam DSI,
proses sama pentingnya dengan produk sebab kepercayaan atas produk berlandaskan
pada proses.
2. Desain Pesan
Pesan adalah informasi yang akan disampaikan
oleh komponen lain, dapat berupa ide, fakta, makna dan data. Pandangan lain
dikemukakan bahwa message atau pesan pada dasarnya adalah hasil output dan
encording. Atau dengan kata lain pesan bentuknya bias berupa kalimat
pembicaraan lisan, tulisan, gambar, peta, ataupun tanda/impulse/sinyal dan
sebagainya.[6]
Desain pesan meliputi “ perencanaan untuk
merkayasa bentuk fisik dari pesan” (Grabowski 1991 : 206). Hal tersebut
mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi dan daya serap yang mengatur
penjabaran bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan
penerima. Fleming and Levie (1993) membatasi pesan pada pola-pola isyarat atau
symbol yang memodifikasi perilaku kognitif, afektif dan psikomotor. Desain
pesan berurusan dengan tingkat paling mikro melalui unit-unit kecil seperti
bahan visual, urutan, halaman dan layar secara terpisah. Karakteristik lain
dari desain pesan ini adalah bahwa desain harus bersifat spesifik baik terhadap
medianya maupun tugas belajarnya. Hal ini mengandung arti bahwa prinsip-prinsip
desain pesan akan berbeda tergantung pada apakah medianya bersifat statis,
dinamis atau kombinasi dari keduanya (misalanya, suatu potret, film, atau
grafik computer). Juga apakah tugas tersebut meliputi pembentukan konsep atau
sikap, pengembangan keterampilan atau strategi belajar, atau hafalan.(Fleming,
1987; Fleming dan Levie, 1993).
Fisher (1986: 365) mengingatkan bahwa pesan
dalam model mekanistis ditransformasikan pada titik-titik (saat-saat)
penyandian dan pengalihan sandi sehingga pesan itu sendiri berupa pikiran atau
ide berada pada suatu tempat dalam system jaringan syaraf (neurophysiological),
dan sumber atau penerima dan setelah penyandian terjadi dalam suatu situasi
tatap muka, ditransformasikan fenomena energy fisik itu kembali kedalam kata
petunjuk paralinguistic, isyarat dan pikiran. Namun dalam bentuk energy fisik
antara sumber atau penerima, pesan itu bukanlah merupakan pikiran, bukan pula
berupa kata-kata. Akan tetapi, ia merupakan seperangkat isyarat (signal) fisik.
Pesan adalah sesuatu yang dikirimmkan dan atau
diterima sewaktu tindakan komunikasi berlangsung.Pesan dapat dikirimkan baik
melalui bahasa verbal maupun nonverbal.Pesan juga merupakan suatu wujud
informasi. Akan tetapi perlu disadari bahwa suatu pesan bias mempunyai makna
yang berbeda bagi satu individu ke individu lain, karena pesan berkaitan erat
dengan masalah penafsiran bagi penerimanya.
a) Karakteristik
Pesan
Pesan dalam
media massa diupayakan agar khalayak akan tertarik apabila pesan mengandung
unsur-unsur sebagai berikut.
1) Novelty
(sesuatu yang baru), dalam penerima pesan melalui audio visual seperti video,
pendengar atau pemirsa akan tertarik apabila yang disajikan sesuatu yang baru,
misalnya masalah proses reformasi yang baru saja berlangsung.
2) Kedekatan atau
proximity, dalam penerimaan pesan audio visual seperti televise, pendengar atau
pemirsa akan lebih tertarik apabila disajikan suatu peristiwa yang dekat secara
fisik dengan pengalamannya.[7]
3) Popularitas,
pemberitaan seorang tokoh yang popular akan mempunyai daya tarik tersendiri
bagi pendengar.
4) Pertentangan
(conflict), sesuatu yang mengungkapkan pertentangan, baik dalam bentuk
kekerasan ataupun menyangkut perbedaan pendapat atau nila, biasanya disukai
pendengar.
5) Komedi (humor),
hal-hal yang lucu dan menyenangkan akan lebih menarik untuk didengar sehingga
tidak membosankan.
6) Keindahan,
menyenangi keindahan dan kecantikan adalah salah satu sifat manusia, sehingga
siaran yang mengandung keindahan atau sangat disenangi.
7) Emosi, sesuatu
yang membangkitkan emosi dan menyentuh perasaan yang merupakan daya tarik
tersendiri dalam pengemasan pesan.
8) Nostalgia,
nostalgia disini adalah hal-hal yang mengungkapkan pengalaman dimasa lalu,
seperti nyanyian lama akan membangkitkan kenangan masa lalu, atau peristiwa
bersejarah.
9) Human interest,
pada dasarnya orang akan menyukai tentang cerita-cerita yang menyangkut
kehidupan orang lain
Terdapat lima unsur yang mempengaruhi pesan,
yaitu origin, mode, physical character, organization, dan novelty.
Memperhatikan tentang karakteristik isi pesan di atas, apakah isi pesan
pendidikan (pembelajaran) dapat diramu berdasarkan hal-hal di atas? Sebuah
pertanyaan yang sulit dijawab, namun dapat disimpulkan pada dasarnya pesan
pendidikan melalui radio atau televise dapat dikemas berdasarkan unsur-unsur
tersebut. Khusus untuk program pendidikan yang bersifat pembelajaran
(instructional) tidak semua unsur dapat digunakan, dan apabila akan memasukan
unsur-unsur tersebut, kemasannya harus indah dan tidak vulgar.[8]
Selain unsur-unsur isi pesan, struktur dan teknik
penyajiannya sangat sangat menentukan keberhasilan pesan untuk diterima
pendengar.Selanjutnya Sendjaja(1993) menyimpulkan bahwa bentuk dan teknik
penyajian merupakan factor yang mempengaruhi keberhasilan upaya persuasi.Secara
umum ada dua yang perlu diperhatikan, yaitu struktur pesan dan daya tarik pesan
sendiri.
b) Struktur Pesan
Struktur
pesan mengacu kepada bagaimana mengorganisasi elemen-elemen pokok dalam sebuah
pesan, yaitu sisi pesan (message sidedness), urutan penyajian (order of
presentation), dan penarikan kesimpulan (drawing a conclusion).
1) Sisi pesan
terdiri atas dua bentuk penyusunan, yaitu satu sisi (one sided) dan dua sisi
(two sided). Penyusunan pesan lebih banyak menitiberatkan pada kepentingan
pihak pengirim saja, biasanya pesan yang ditonjolkan adalah aspek-aspek
positif. Adapun dua sisi pesan disampaikan dengan segala kelemahan dan
kekuatannya.
2) Urutan
penyajian berbentu climax versus anticlimax order dan recency and primacy
model. Hal ini berkaitan dengan pesan satu sisi. Disebut climax order, bila
dalam penyusunan pesan argument terpenting diletakan pada bagian akhir. Jika
dicantumkan pada bagian awal disebut anticlimax order, dan bila ditempatkan
ditengah-tengah disebut pyramidal order. Primacy, yaitu model bila dalam menyusun
suatu pesan aspek positif dan negative ditempatkan pada bagian awal. Adapun
recency bila aspek positif dan negative ditempatkan pada bagian akhir.
3) Penarikan
kesimpulan. Membuat suatu kesimpulan dapat secara merata langsung dan jelas
(explisit) atau secara tidak langsung (implisit).[9]
c) Daya Tarik
Pesan
Daya tarik
pesan berkaitan dengan teknik penampilan dalam penyusunan suatu pesan, ide yang
meliputi fear (threat) appeals, emotional appeals, rational appeals dan humor
appeals. Fear (threat) appeals bila dalam menyajikan suatu pesan yang
ditonjolkan unsur-unsur ancaman bahaya sehingga menimbulkan rasa takut, dan
bila penekanan pesan pada hal-hal yang bersifat emosional seperti keindahan,
kesedihan, kesengsaraan, cinta dan kasih saying. Rational appeals bila pesan
tersebut menekankan pada hal-hal yang logis, rasional, dan factual. Humor
appeals bila penyajian pesan dikemas dalam bentuk humor, bias saja dalam bentuk
kata, kalimat, gambar, symbol, atau yang lainnyayang bias menimbulkan kesan lucu.
3. Desain Peserta
Didik
Menurut Sutari Imam Barnadib; Peserta didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pendidikan. Sosok peserta didik umumnya merupakan sosok anak yang
membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh dan berkembang ke arah
kedewasaan. Ia adalah sosok yang selalu mengalami perkembangan sejak lahir
sampai meninggal dangan perubahan yang terjadi secara wajar.
Siswa atau peserta didik adalah setiap orang
yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan
pendidikan.
Anak didik adalah unsur penting dalam kegiatan
interaksi edukatif karena sebagai pokok persoalan dalam semua aktifitas
pembelajaran. Istilah peserta didik pada pendidikan formal disekolah jenjang
dasar dan menengah misalnya, dikenal dengan nama anak didik atau siswa;
pendidikan di pondok pesantren menyebut peserta didik dengan istilah santri,dan
pendidikan di dalam keluarga disebut dengan istilah anak. Namun pendidikan pada
lembaga nonformal tertentu seperti kelompok belajat paket, atau kursus, peserta
didik bisa terdiri dari para orang tua.[10]
Manusia memiliki potensi kodrati,peserta didik
memungkinkan untuk bisa tumbuh dan berkembang menjadi sosok mahluk yang
sempurna.Istilah pertumbuhan pada diri peserta didik lebih diartikan sebagai
bertambahnya tinggi badan,berat badan,semakin efektifnya fungsi otot-otot tubuh
dan organ fisik,organ panca indera,kekekaran tubuh dan lain-lain menyangkut
kemajuan asfek fisik. Sedangkan istilah perkembangan diartikan sebagai semakin
oftimalnya kemajuan aspek psikis peserta didik seperti kemampuan cipta,rasa,karsa,karya
kematangan pribadi,pengendalian emosi, kepekaan spritualitas,keimanan dan
ketaqwaan.
Menurut Hurllock (1992) perkembangan adalah
serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses
kematangan dan pengalaman
4. Desain Strategi
Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk
menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam
suatu pelajaran.Penelitian dalam strategi pembelajaran telah memberikan
kontribusi terhadap pengetahuan tentang komponen pembelajaran.Seorang desainer
menggunakan teori atau komponen strategi pembelajaran sebagai prinsip
pembelajaran.
Secara khas, strategi pembelajaran berinteraksi
dengan situasi belajar.Situasi-situasi belajar ini sering dinyatakan dalam
model-model pembelajaran.Model pembelajaran maupun strategi pembelajaran yang
diperlukan untuk mengaplikasikannya berbeda-beda tergantung pada situasi
belajar.Situasi-situasi belajar situasi-situasi belajar ini sering dinyatakan
dalam model-model pembelajaran.
Model pembelajaran maupun strategi pembelajaran
yang diperlukan untuk mengaplikasikannya berbeda-beda tergantung pada situasi
belajar, sifat materi dan jenis belajar yang diinginkan (Joyce dan Weil, 1972;
Merrill, Tennyson, dan Posey, 1992; Reigelith, 1978a). Teori tentang strategi
pembelajaran meliputi situasi belajar, seperti belajar induktif, serta komponen
dari proses belajar atau mengajar, seperti motivasi dan elaborasi (Reigeluth,
1978b). Reigeluth (1983a) membedakan antara strategi mikro dan makro:
a) Variable
strategi mikro adalah metode dasar untuk mengorganisasikan pembelajaran dalam
suatu gagasan tunggal (yaitu sebuah konsep, prinsip yang tunggal dan
sebagainya). Hal tersebut mencakup komponen strategi seperti definisi, contoh,
latihan dan bentuk sajian lainnya.
b) Variable
strategi makro adalah metode dasar untuk mengorganisasikan aspek-aspek
pembelajaran yang berhubungan dengan gagasan lebih dari satu, seperti
mengurutkan, membuat sintesa, dan membuat ringkasan (memporeview dan mereview)
gagasan-gagasan yang diajarkan.[11]
5. Karakteristik
Pembelajaran
Karakteristik pembelajaran adalah segi-segi latar belakang pengalaman
belajar yang berpengaruh terhadap efektifitas proses belajarnya. Penelitian
mengenai karakteristik pembelajaran sering tumpang tindih dengan penelitian
strategi belajar, akan tetapi hal itu dilakukan dengan tujuan yang berbeda
yaitu untuk menjelaskan segi-segi latar belakang pembelajaran yang perlu
diperhatikan dalam desain. Lingkup karakteristik pembelajaran menggunakan
penelitian tentang motivasi untuk mengidentifikasi varuabel-variabel yang
diperhitungkan dan untuk menentukan bagaimana caranya hal-hal tersebut harus
diperhitungkan.Oleh sebab itu karakteristik pembelajaran mempengaruhi komponen
pembelajaran yang diteliti dalam ruang lingkup strategi pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat
disimpulkan bahwa kawasan desain teknologi pendidikan merupakan proses untuk
menentukan kondisi belajar dengan menggunakan teknologi yang diterapkan dalam
memecahkan masalah pendidikan atau pembelajaran dengan memperhatikan dan
mengemas pembelajaran secara apik dengan mendesain pesan, strategi pembelajaran
yang akan dilaksanakan serta mengetahuahi karakteristik pembelajaran setiap
siswa baik dalam pelajaran umum ataupun agama.
Desain
adalah proses untuk menentukan kondisi belajar. Tujuan desain ini ialah untuk
menciptakan strategi dan produk pada tingkat macro, seperti program dan
kurikulum, dan pada tingkat micro, seperti pada pelajaran dan modul. Definisi
ini sesuai dengan defisini dasain sekarang yang mengacu pada penentuan
spesifikasi (Ellington dan Harris 1986, Reigeluth 1983, Richey 1986). Berbeda
dengan defisini terdahulu definisi inilebih menekankan pada kondisi belajar
bukannya pada komponen-komponen dalam suatu sistem pembelajaran.
B. Saran
Demikianlah
pembahasan makalah mengenai kawasan desain dalam teknologi pembelajaran. Semoga
dapat bermanfaat bagi rekan pembaca sekalian. Kritik dan saran sangat pemakalah
harapkan demi untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Barbara Rita, Teknologi Pembelajaran, (Jakarta:
Unit percetakan Universitas Negeri Jakarta, 1994)
Hamzah B Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2011)
Harjali, Teknologi Pendidikan, (Jakarta:PT
Rineka Cipta, 2000)
Dewi Salma Prawiradilaga, Wawasan Teknologi
Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012)
Warsita Bambang, Teknologi Pembelajaran dan
Landasan Aplikasinya, (Jakarta:Rieneka Cipta, 2008)
[1] Harjali, Teknologi
Pendidikan, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2000), hal. 45
[2] Barbara Rita, Teknologi
Pembelajaran, (Jakarta: Unit percetakan Universitas Negeri Jakarta, 1994),
hlm. 30
[3] Barbara Rita, Teknologi
Pembelajaran, (Jakarta: Unit percetakan Universitas Negeri Jakarta, 1994),
hlm. 32
[4] Hamzah B Uno, Perencanaan
Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), hlm. 51
[5] Harjali, Teknologi
Pendidikan, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2000), hal. 45
[6] Barbara Rita, Teknologi
Pembelajaran, (Jakarta: Unit percetakan Universitas Negeri Jakarta, 1994),
hlm. 35
[7] Dewi Salma Prawiradilaga, Wawasan
Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hal. 49
[8] Dewi Salma Prawiradilaga, Wawasan
Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hal. 51
[9] Dewi Salma Prawiradilaga, Wawasan
Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hal. 53
[10] Warsita Bambang, Teknologi
Pembelajaran dan Landasan Aplikasinya, (Jakarta:Rieneka Cipta, 2008),
hal.25
[11] Warsita Bambang, Teknologi
Pembelajaran dan Landasan Aplikasinya, (Jakarta:Rieneka Cipta, 2008),
hal.27
No comments:
Post a Comment