BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Remaja merupakan
periode pertumbuhan anak-anak menuju proses kematangan manusia dewasa. Pada
periode ini terjadi perubahan fisik, biologis, serta psikologis yang sangat
unik dan berkelanjutan di dalam kehidupannya. Perubahan fisik yang terjadi akan
memengaruhi status kesehatan dan nutrisinya. Ketidakseimbangan antara asupan
gizi dan kebutuhannya akan menimbulkan masalah gizi, baik gizi lebih maupun
gizi buruk.
Anoreksia adalah
kelainan psikis yang diderita seseorang berupa kekurangan nafsu makan meski
sebenarnya lapar dan berselera terhadap makanan. Dorongan untuk makan umumnya
didasarkan pada nafsu makan dan rasa lapar. Dua hal tersebut adalah gejala yang
berhubungan tetapi memiliki arti berbeda. Nafsu makan adalah keadaan yang
mendorong seseorang untuk memuaskan keinginannya dalam hal makan, ini
berhubungan dengan konsep budaya yang berbeda antara satu kebudayaan dengan
kebudayaan lainnya. Sedangkan lapar menggambarkan keadaan kekurangan gizi yang
dasar dan merupakan konsep fisiologis.
Masa remaja merupakan
tahapan kritis kehidupan, sehingga periode tersebut dikategorikan sebagai
kelompok rawan, dan mempunyai risiko kesehatan tinggi. Akan tetapi remaja
sering kurang mendapatkan perhatian dalam program pelayanan kesehatan. Padahal
kenyataannya, banyak kasus kesehatan saat dewasa ditentukan oleh kebiasaan
hidup sejak usia remaja. Status gizi yang optimal pada usia remaja dapat
mencegah penyakit yang terkait dengan diet pada usia dewasa. Kekurangan gizi
saat remaja, seperti terlalu kurus atau pendek akibat kurang energi kronis,
sering tidak diketahui oleh mereka maupun keluarganya (Worlf Bank, 2003).
Pada remaja terjadi
perubahan dalam diri remaja, baik perubahan eksternal maupun internal (Hurlock,
1980). Sehingga itu remaja memerlukan nutrisi makanan yang baik jika tidak hal
itu dapat menghambat pertumbuhannya, tetapi kebanyakan remaja tidak
memperdulikan hal itu sehingga mereka melakukan banyak cara untuk mendapatkan
bentuk tubuh yang ramping. Penyakit anoreksia merupakan salah satu contohnya.
Anoreksia nervosa adalah suatu gangguan makan (eating disorder) yang melibatkan
upaya yang keras untuk kurus dengan cara melaparkan diri (Santrock, 1995).
Anoreksia nervosa merupakan sebuah penyakit kompleks yang melibatkan komponen
psikologikal, sosiologikal, dan fisiologikal.
Seseorang yang
menderita anoreksia nervosa disebut sebagai anoreksik atau (lebih tidak umum)
anorektik. Anorektik dapat juga menunjuk ke obat penahan nafsu makan. Anoreksia
nervosa bisa menuntun pada pemberhentian kerja organ-organ tubuh dan kematian.
Menutut Santrock (1995) anoreksia nervosa terutama terjadi pada perempuan
selama masa remaja dan masa dewasa awal, hanya sekitar 5% penderita anoreksia
laki-laki. Kebanyakan remaja yang mengalami gangguan ini adalah remaja yang
berasal dari keluarga berpendidikan tinggi dengan pendapatan menengah ke atas.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang
diatas, maka dapat diambil beberapa permasalahan yang akan di bahas pada Bab
pembahasas, ialah sebagai berikut:
1. Apa saja faktor penyebab timbulnya anoreksia
nervosa?
2. Bagaimana gejala yang timbul pada penderita
penyakit anoreksia nervosa?
3. Bagaimana dampak anoreksia nervosa pada
kehidupan si penderita?
4. Bagaimana cara menanggulangi atau pengobatan
anoreksia nervosa?
C.
Tujuan
Tujuan dari dibuatnya
karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui jawaban dari masalah-masalah yang
timbul, yaitu:
1. Untuk mengetahui factor penyebab timbulnya
penyakit anoreksia nervosa
2. Untuk mengetahui gejala pada penderita penyakit
anoreksia nervosa
3. Untuk mengetahui dampak dari anoreksia nervosa
pada kehidupan si penderita
4. Untuk mengetahui cara menanggulangi atau
pengobatan anoreksia nervosa
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Anorexia Nervosa
Anoreksia (anorexia)
berasal dari bahasa Yunani an-, yang artinya “tanpa” dan orexis artinya “hasrat
untuk”. Anoreksia memiliki arti “tidak memiliki hasrat untuk (makan)”, yang
sesungguhnya keliru, karena kehilangan nafsu makan diatara penderita anoreksia
nervosa jarang terjadi. Menurut Bruch (1973) “pengejaran tanpa lelah kekurusan
tubuh dengan menciptakan kelaparan diri sendiri bahkan sampai pada kematian.[1]
Anoreksia Nervosa /AN
adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan kelaparan secara sukarela dan
stres dari melakukan latihan. AN merupakan sebuah penyakit kompleks yang
melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal, dan fisiologikal, pada
penderitanya ditemukan peningkatan rasio enzim hati ALT dan GGT,[hingga
disfungsi hati akut pada tingkat lanjut. Anoreksia nervosa diartikan sebagai
sebagai suatu gangguan makan yang terutama menyerang wanita muda dan ditandai
oleh penurunan berat badan yang ekstrim dan disengaja oleh diri sendiri,.
periode menstruasi yang tidak stabil pada wanita yang telah puber Tanda-tanda
Anoreksia Nervosa:Berat badan turun secara drastic,Diet berkelanjutan,Ketakutan
bertambah berat badan atau menjadi gemuk, bahkan ketika berat badannya dibawah
rata rata,Gejala yang tidak semestinya pada bentuk/ berat badan dalam eveluasi
diri,Sibuk menghitung kalori makanan dan nutrisi,Lebih memilih makan
sendirian,Latihan berlebih,Rambut atau kuku pecah-pecah dan depresi. (Dona L
wong, 2008).
Anoreksia nervosa
adalah gangguan makan yang mengancam jiwa yang ditandai dengan penolakan klien
untuk mempertahankan berat badan normal ynag minimal, gangguan persepsi yang
bermakna tentang bentuk atau ukuran tubuh atau menolak untuk mengakui bahwa ada
masalah.(Sheila L. Videbeck, 2008)
Banyak penelitian
yang beranggapan bahwa masalah yang mendasari lebih bersifat psikologis
daripada biologis, sebagian pakar mencurigai bahwa pengidap anoreksia nervosa
mungkin kecanduan opiate endongen yaitu bahan mirip morpin yang diproduksi
sendiri oleh tubuh yang diperkirakan dikeluarkan selama kelaparan jangka
panjang
Anoreksia nervosa
dapat diartikan sebagai gangguan makan karena adanya keinginan yang keras untuk
mendapatkan tubuh yang kurus dan ditandai oleh penurunan berat badan yang yang
ekstrim dengan cara sengaja melaparkan diri. Anoreksia nervosa merupakan suatu
masalah kesehatan jiwa yang mana pengidapnya terobsesi untuk memiliki tubuh
kurus dan sangat takut jika mereka terlihat gemuk. Saking takutnya, mereka
bahkan selalu menganggap tubuhnya masih kurang kurus atau masih gemuk meski
kenyataannya tidak seperti itu.
Usia 16-17 tahun
merupakan usia yang dianggap rawan bagi gangguan ini untuk mulai muncul.
Mayoritas pengidap anoreksia berasal dari kalangan remaja putri dan wanita
dewasa. Untuk membuat tubuh mereka tetap sekurus mungkin, pengidap anoreksia
akan berusaha keras membatasi porsi makan seminimal mungkin, menggunakan
obat-obatan (seperti pencahar dan penekan nafsu makan), serta berolahraga
secara berlebihan.
Beberapa dari mereka
bahkan akan berusaha memuntahkan kembali makanan yang telah dikonsumsi, sebuah
ciri khas gangguan makan yang dinamakan bulimia nervosa. Namun, bila pada
bulimia penderitanya rata-rata mempunyai berat normal atau lebih, penderita
anoreksia memiliki berat badan yang kurang.
B.
Faktor
penyebab timbulnya anoreksia nervosa
1.
Faktor
Biologis
Berbagai macam kelenjar endokrin dan abnormalitas lain telah
dilaporkan ada dalam tubuh penderita anorexia nervosa yang secara aktif
melaparkan diri, termasuk: meningkatnya serum kolesterol, hypercarotenemia,
menurunnya tingkat triiodothyronin, meningkatnya plasma hormone pertumbuhan,
rendahnya plasma LH (Luteinizing Hormone) dan FSH (Folicullar Stimulating
Hormone), 24 jam kekurangmatangan pola sekresi LH, berkurangnya total aktifitas elektrik otak
dan tidur REM, dan leucopenia dan pancytopenia. [2]
Berhentinya siklus menstruasi pada wanita penderita anorexia nervosa
paling sering terjadi di awal perubahan pola makan, kadang terjadi bahkan
sebelum adanya penurunan berat badan. Perubahan pada tingkat metabolisme tubuh,
fungsi hormon adrenal, tingkat hormon pertumbuhan, sekresi gonadotrophin,
sekresi vasopressin (beberapa penderita anorexia juga mengalami diabetes
insipidus ringan atau beser ringan) dapat semua ditemukan dalam subjek
malnutrisi dari penyebab-penyebab lain.
Adanya kegagalan pemakaian dari fungsi hipotalamus sudah sangat luas
dikenal. Kontroversi seringkali muncul
terhadap pertanyaan apakah proses melaparkan diri ini termasuk faktor primer
atau sekunder. Fakta bahwa semua keabnormalitasan yang terjadi akan kembali ke
keadaan normal saat berat badan normal dicapai merujuk pada faktor sekunder
atau dikarenakan oleh reaksi disfungsi hipotalamus (Garner, D. M., &
Garfinkel, P. E., 1979). Menurut
Mecklenberg (1990), menyatakan tiga mekanisme masuk akal untuk
menjelaskan abnormalitas hipotalamus. Disfungsi hipotalamus dapat menjadi
faktor sekunder dari faktor primer abnormalitas psikologis penderita anorexia
nervosa; atau anorexia nervosa dapat menjadi faktor primer gangguan hipotalamus
yang menghasilkan perubahan sekunder psikologis penderita.
2.
Faktor Psikologis
Anoreksia nervosa merupakan suatu reaksi terhadap kebutuhan pada
remaja untuk menjadi lebih mandiri dan meningkatkan fungsi sosial dan seksual.
Biasanya mereka tidak mempunyai rasa otonomi dan kemandirian, biasanya tumbuh
di bawah kendali orang tua. Kelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation)
mungkin merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebagai orang yang unik dan
khusus. Hanya memalui tindakan disiplin diri yang tidak lazim pasien anoreksia
dapat mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian. Pendekatan psikologis pada
anorexia termasuk teori psikoanalisis yang mencoba menghubungkan kebahagiaan
mulut dengan makan berlebihan dan penolakan makan atau rasa bersalah karena
makan sebagai pertahanan terhadap kemauan-kemauan ini.
Gangguan makan, anoreksia nervosa sering jali berkembang dari adanya
konflik dalam keluarga (Fairbun dkk, 1997; Wonderlich dkk, 1997). Beberapa
remaja menggunakan penolakan untuk makan sebagai cara menghukum orang tua
mereka karena perasaan kesepian dan keterasingan yang mereka rasakan di rumah.
Ibu dari remaja yang memiliki gangguan makan lebih tidak bahagia terhadap
fungsi keluarganya, juga memiliki masalah makan dan diet dan percaya bahwa
putrinya harus menurunkan berat badan serta memandang putrinya sebagai orang
yang tidak menarik.(Pike & Rodin, 1991). Keluarga dari wanita dengan
anoreksia cenderung lebih sering mengalami konflik, kurang memiliki kedekatan
dan kurang saling memberi dukungan namun lebih bersikap overprotective dan
kritis daripada kelompok pembanding.(Fairbun dkk, 1997). Orang tua terlihat
kurang mampu untuk membangkitkan kemandirian dalam diri anak perempuan mereka.
konflik dengan orang tua mengenai isu otonomi sering kali mengakibatkan
munculnya anoreksia nervosa (Ratti, Humphrey & Lyons, 1996).
C.
Gejala
yang timbul pada penderita anoreksia nervosa
Beberapa dari mereka
dengan anorexia nervosa hilang berat badan umumnya karena membatasi jumlah
makanan yang mereka makan. Mereka juga mungkin mencoba menghilangkan berat
badan dengan berolahraga secara berlebihan. Orang lain dengan anorexia
menggunakan minuman keras dan obat pencahar, sama seperti bulimia. Mereka
mengontrol kalori yang di dapat dengan memuntahkan setelah mereka makan atau
dengan penyalahgunaan obat laxative, diuretic atau enema. Tidak peduli
bagaimana pengurangan berat badan dicapai, anorexia memiliki sejumlah tanda dan
gejala fisik, emosional dan kebiasaan.[3]
Mereka yang mengidap
anoreksia dapat dikenali dari gejala berikut ini:
1. Penurunan berat badan secara signifikan dan
tampak sangat kurus.
2. Selalu memerhatikan bentuk tubuh di depan
cermin.
3. Menimbang tubuh hampir tiap saat.
4. Sering memuntahkan kembali makanan yang sudah
dimakan.
5. Suka berbohong jika ditanya apakah mereka sudah
makan.
6. Sangat memperhitungkan jumlah kalori, lemak,
dan gula pada makanan.
7. Sering berolahraga secara berlebihan.
Sedangkan
kriteria anorexia nervosa menurut Diagnostic and Statistical Manual of ada 4 kriteria diagnostik untuk anorexia
nervosa, yaitu :
1.
Sangat
takut menjadi gemuk walaupun sebenarnya berat badan telah berada dibawah
normal.
2.
Mengalami
gangguan dalam menerima berat badan atau bentuk tubuhnya yang pada akhirnya
mempengaruhi penilaian terhadap berat badan atau bentuk badannya. Gangguan
dalam menerima berat badan atau bentuk badan juga mempengaruhi penilaian
penderita anorexia nervosa terhadap resiko yang akan muncul apabila berat
badannya tetap berada dibawah normal (keseriusan penyakitnya).
3.
Menolak
untuk pempertahankan berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badannya.
Perempuan mengalami gangguan padasiklus menstruasinya yang biasanya terjadi
sebelum adanya penurunan berat badan drastis. Gangguan ini ditandai dengan
tidak hadirnya menstruasi minimal 3 kali sesuai siklusnya.
D.
Dampak
Anoreksia Nervosa Pada Kehidupan Si Penderita
Akibat anoreksia pada
penderita diantaranya adalah anemia, ketidakseimbangan cairan elektrolit,
konstipasi, penurunan tekanan darah dan tingkat pernapasan, detak jantung tidak
teratur, dan bahkan gagal jantung. Pengidap anoreksia juga terancam menderita
kerusakan pada hati, ginjal, dan otak.[4]
Pada anak-anak dan
remaja, anoreksia dapat menghambat perkembangan fisik. Pada orang dewasa,
khususnya wanita, kondisi ini dapat menyebabkan osteoporosis, gangguan
menstruasi, dan kemandulan. Sedangkan pada pria dewasa, anoreksia dapat
menyebabkan impoten dan disfungsi ereksi.
Seorang wanita hamil
yang mengidap anoreksia berisiko mengalami keguguran, melahirkan bayi prematur,
melahirkan bayi berbobot rendah, dan terkadang proses melahirkannya harus
dibantu dengan operasi cesar. Oleh sebab itu pasien wanita anoreksia perlu
dipantau secara berkala oleh dokter sejak masa kehamilan maupun setelah
melahirkan. Apabila sudah sembuh pun, pengawasan harus dilakukan kembali
apabila wanita tersebut hamil kembali karena potensi anoreksia untuk kambuh
cukup besar.
E.
Pengobatan
Anoreksia Nervosa
Pengobatan untuk
penderita anoreksia akan tergantung pada spesifikasi dari gangguan dan akan
disesuaikan dengan masing-masing individu. Umumnya, tujuan pengobatan gangguan
makan yang akan mengembalikan orang tersebut ke berat badan yang sehat,
mengobati masalah psikologis yang berkaitan dengan gangguan, dan mengurangi
perilaku atau pikiran yang berkontribusi terhadap gangguan makan. Pengobatan
harus mengatasi semua aspek dari gangguan, termasuk komponen psikologis dan
medis. Terapi terus mungkin diperlukan untuk mencegah kambuh dan mengobati
masalah psikologis yang terkait. Berikut adalah beberapa hal yang perlu
dilakukan untuk pengobatan penderita anoreksia nervosa:[5]
1. Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku
kognitif (CBT) sering merupakan komponen pengobatan gangguan makan. Jenis
terapi ini sangat terstruktur dan sering mengambil 10 sampai 20 sesi. Ini dapat
dilakukan secara individual, dalam kelompok atau dengan keluarga. Terapi perilaku
kognitif adalah tujuan berorientasi dan terfokus pada perubahan pola pikir yang
tidak sehat, yang mengarah ke perubahan perilaku. CBT dianggap sebagai
pengobatan pilihan untuk penderita dan sering dikombinasikan dengan pilihan
pengobatan lainnya.
2. Konseling Gizi
Gangguan makan
mendistorsi persepsi penderita dari diet yang sehat, dan konselor gizi akan
membantu untuk membentuk rencana makan yang akan memungkinkan penderita menjaga
berat badan yang sehat. Ahli gizi dapat membantu untuk menanamkan kebiasaan makan
yang normal. Pasien dapat mengambil manfaat dari diet diawasi secara medis
untuk mengembalikan mereka ke berat badan yang sehat. Konseling gizi merupakan
bagian penting dari pemulihan dan jangka panjang keberhasilan.
3.
Psikoterapi
Psikoterapi dapat membantu
penderita untuk mengeksplorasi penyebab dan proses berpikir di balik gangguan
makan mereka, serta untuk membantu jalan menuju pemulihan. Psikoterapi juga
dapat membantu meningkatkan hubungan dan mengajarkan cara untuk mengatasi stres
dan teknik pemecahan masalah. Psikoterapi penting dalam mengobati setiap
gangguan lain, seperti depresi atau kecemasan, yang dapat berkontribusi
terhadap gangguan makan. Hingga 50 persen orang yang menderita gangguan makan
juga memenuhi kriteria untuk depresi, sehingga mengobati kondisi mental yang
hidup bersama dapat membuat perbedaan perlakuan yang sukses.
4.
Pertolongan
perawatan medis
Banyak pasien sangat
kurus pada awal pengobatan, sehingga perhatian medis mungkin sangat diperlukan.
Gejala gangguan makan cepat mungkin menjadi mengancam jiwa, dan langkah pertama
dan paling penting dalam pengobatan adalah untuk mendapatkan orang untuk berat
badan yang sehat dan untuk mengobati masalah medis serius. Anoreksia kronis
dapat menyebabkan kerusakan pada gagal jantung, anemia, tekanan darah rendah
atau organ, sehingga evaluasi dan melanjutkan perawatan oleh dokter adalah
sangat penting.
5.
Penggunaan
obat melalui resep
Obat dapat digunakan
dalam pengobatan eating disorders untuk membantu mengekang, mendesak atau
mengurangi pikiran obsesif tentang makanan, olahraga atau citra tubuh. Obat ini
juga dapat digunakan untuk mengobati kondisi mental yang dapat mendasari
gangguan makan. Obat-obat ini mungkin termasuk antidepresan atau agen
anti-kecemasan. Dalam beberapa kasus, rawat inap di medis mungkin diperlukan.
Terapi berbasis keluarga
adalah pengobatan yang efektif untuk anak-anak dan remaja yang menunjukkan
tanda-tanda gangguan makan. Jenis terapi mengasumsikan bahwa keluarga akan
terlibat dalam pola makan dan kebiasaan anak, dan berusaha untuk mendidik
seluruh keluarga dalam mendukung anak dengan gangguan makan.
D.
Terapi
Pengobatan/Treatment
Treatment untuk anoreksia nervosa
dilakukan dengan 3 tahap;[6]
1. Mengembalikan berat badan kembali normal.
Dilakukan program diet ulang yang sehat untuk mengembalikan berat
badan kembali normal, pada pasien tertentu kadang diperlukan perawatan di rumah
sakit. Check kesehatan akan dilakukan untuk melihat pelbagai kemungkinan
komplikasi yang muncul.
2.
Terapi
psikologi
Terapi ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri,
menghilangkan cara pandang yang salah terhadap citra tubuh, meningkatkan
penghargaan diri dan mengatasi konflik interpersonal. Terapi yang dilakukan
biasanya dipilih CBT (Cognitive Behavioral Therapy) dianggap paling efektif
dalam mengembalikan kepercayaan diri, dan mencegah timbulnya pikiran dan
perilaku gangguan makan kembali. Terapi dilakukan dapat berlangsung lama, oleh
karenanya CBT juga kadang disertai dengan terapi keluarga untuk memberikan
dukungan kepada pasien dalam menjalani penyembuhan
3.
Penyembuhan
total
Beberapa upaya yang dilakukan agar pasien kembali stabil,
menghilangkan kebiasaan dan pikiran-pikiran yang dapat menimbulkan gangguan
makan kembali
4.
Mengurangi
atau menghapuskan perilaku atau pemikiran yang awalnya mengarah ke makan tidak
teratur.[7]
Untuk menyembuhkan anoreksia nervosa diperlukan kesabaran. Hal-hal
yang dapat dilakukan adalah konseling bersama dengan anggota keluarga, serta
edukasi tentang nutrisi, psikoterapi, dan kesehatan. Si penderita sangat
membutuhkan dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat. Jika ada salah
satu anggota keluarga anda yang menderita kelainan ini, jangan berhenti
mendukungnya untuk sembuh.
5.
Psikofarmakologi
Beberapa kelas obat-obatan telah diteliti, tetapi sedikit yang
menunjukkan keberhasilan secara klinis. Amitriptilin (Elavil) dan siproheptadin
antihistamin dalam dosis tinggi (sampai 28mg/hari). Dapat meningkatkan
penambahan berat badan pasien rawat inap dengan anoreksia nervosa.
6.
Psikoterapi
Terapi keluarga dapat bermanfaat bagi keluarga dari klien yang
berusia kurang dari 18 tahun. Keluarga yang menunjukkan enmeshment, terapi
keluarga juga berguna untuk membantu anggota keluarga menjadi partisipan yang
efektif dalam terapi klien.
E.
Petunjuk
yang Bermanfaat untuk Menangani Klien yang Mengalami Gangguan Makan
1.
Bersikap
empati dan tidak menghakimi meskipun tidak mudah. Ingat perspektif dan
ketakutan klien tentang berat badan dan makan.
2.
Hindarkan
kesan seperti orang tua yang mengajarkan klien tentang nutrisi atau mengapa
kegunaan laksatif membahayakan.
3.
Jangan
menjuluaki klien sebagai orang yang baik ketika ia menghindari perilaku memakan
semua makanannya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Anoreksia nervosa
merupakan gangguan mental dimana penderita menginginkan tubuhnya menjadi kurus
dengan melakukan segala cara dan disengaja. Faktor biologis dan daktor
psikologis dapat mengakibatkan seseorang terkena anoreksia. Penderita anoreksia
biasaya adalah kalangan wanita yang menginjak usia remaja maupun dewasa. Mereka membatasi jumlah makan dan berolah
raga secara ketat bahkan ada yang sampai memuntahkan makanannya agar ia
mendapatkan tubuh kurus sesuai dengan keinginannya.
Walaupun penderita
anoreksia dapat memenuhi keinginannya untuk menjadi seperti yang mereka
inginkan, mereka akan mendapat berbagai masalah kesehatan yang timbul akibat
perbuatannya. Anemia, konstipasi, bahkan penyakit kerusakan pada organ-organ
lain dapat menyerang si penderita. Pengobatan yang dapat dilakukan untuk
penderita anoreksia antara lain adalah terapi yang dilakukan untuk mengobati
masalah psikologis yang diderita pasien dan melalui jalur medis untuk
meminimalisir adanya penyakit lain yang timbul pada pasien.
B.
Saran
Demikianlah pembahasan
makalah mengenai anorexia nervosa, semoga dapat bermanfaat bagi kita sekalian.
Kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi untuk perbaikan makalah kami
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan H. I, Saddock B. J, Grabb J. A. Sinopsis
Psikiatri, Edisi Tujuh, Jilid 2, (Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1997)
Hetty krisnani, Gangguan Makan Anorexia
Nervosa Dan Bulimia Nervosa Pada Remaja,(Jurnal Pdf,Jurusan Psikologi,
Universitas Airlangga, 2015)
Davidson, C Gerald, Neale, John M, Kring,
Ann M, Psikologi Abnormal Edisi ke-9, (Jakarta : PT. Rajagrafindo
Persada. 2006)
M.D, Evelyn Attia, M.D, B. Timothy Walsh
(2007) Treatment in Psychiatry, Jurnal Anorexia Nervosa.
Vivi Ratnawati, Percaya Diri, Body Image
dan Kecenderungan Anorexia Nervosa Pada Remaja Putri, (Jurnal pdf, Jurnal
Psikologi Indonesia, September 2012, Vol. 1, No. 2)
Chandrasoma,Parakrama. Ringkasan
Patologi Anatomi edisi 2. (Jakarta:
EGC, 2005)
[1] Kaplan H. I, Saddock B. J, Grabb J. A. Sinopsis Psikiatri,
Edisi Tujuh, Jilid 2, (Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1997),h. 187
[2] Hetty krisnani, Gangguan Makan Anorexia Nervosa Dan Bulimia
Nervosa Pada Remaja,(Jurnal Pdf,Jurusan Psikologi, Universitas Airlangga,
2015), h. 5
[3] Davidson, C Gerald, Neale, John M, Kring, Ann M, Psikologi
Abnormal Edisi ke-9, (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. 2006), h. 54
[4] M.D, Evelyn Attia,
M.D, B. Timothy Walsh (2007) Treatment in Psychiatry, Jurnal Anorexia
Nervosa.
[5] Vivi Ratnawati, Percaya Diri, Body Image dan Kecenderungan Anorexia
Nervosa Pada Remaja Putri, (Jurnal pdf, Jurnal Psikologi Indonesia,
September 2012, Vol. 1, No. 2), hal 130-142
[6] Chandrasoma,Parakrama. Ringkasan Patologi Anatomi edisi 2. (Jakarta: EGC, 2005), h.77
[7] Chandrasoma,Parakrama. Ringkasan Patologi Anatomi edisi 2. (Jakarta: EGC, 2005), h.79
No comments:
Post a Comment