Tuesday, May 29, 2018

Makalah Tentang Fenomena Fome Schooling


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Perkembangan zaman dan cara berpikir manusia Saat ini menyebabkan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang sungguh pesat sekali. Maka dari itu suatu bangsa tidak akan bisa maju selama belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia warganya. Kualitas hidup warga Negara salah satunya di bangsa kita (Indonesia) sebagai Negara berkembang maka dapat meningkat jika ditunjang dengan sistem pendidikan yang mapan. [1]
Dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan produktif. Pada saat ini, di Indonesia Menurut Undang-undang No.20 tahun 2003 pada Bab VI membahas mengenai Jalur pendidikan yakni jalur pendidikan Formal, pendidikan Nonformal, dan pendidikan Informal. Jalur pendidikan merupakan cara yang dilalui oleh peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan berbagai macam jalur pendidikan yang tersedia, semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu memberikan pengetahuan bagi peserta didiknya.
Jalur pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya dan mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal merupajkan jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang haya

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.      Apa yang dimaksud dengan home schooling?
2.      Bagaimana Homeschooling Menjadi Pilihan?
3.      Bagaimana Tantangan Penyelenggaraan Homeschooling?
4.      Masalah yang Dihadapi Penyelenggara Homeschooling

C.     Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah  
1.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan home schooling
2.      Untuk mengetahui Homeschooling Menjadi Pilihan
3.      Untuk mengetahui Tantangan Penyelenggaraan Homeschooling
4.      Untuk mengetahui yang Dihadapi Penyelenggara Homeschoolin


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Home Schooling
Istilah homeschooling sendiri berasal dari bahasa inggris berarti sekolah rumah. Homeschooling disebut juga dengan istilah home edukacation atau home-based learning. Secara resmi Kemendiknas menggunakan istilah “sekola rumah” atau “sekolah mandiri”.[2]
Menurut Sumardiono, pengertian homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya.[3]
Memilih untuk bertanggung jawab berarti orangtua terlibat langsung didalam menentukan proses penyelenggaraan pendidikan, penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang hendak dikembangka, kecerdasan dan keterampilan, kurikulum dan materi, serta metode dan praktek belajar. Secara etimologis homeschooling adalah sekolah yang diadakan di rumah, namun secara hakiki adalah sekolah alternatif yang menempatkan anak sebagai subyek dengan pendekatan pendidikan secara at home dalam
Homeschooling: Rumah Kelasku Dunia Sekolahku,  homeschooling atau sekolah rumah, adalah sebuah aktifitas untuk menyekolahkan anak di rumah secara penuh. Pemikirin seperti ini terjadi karena ada sebuah proses historis (terpotong dari sejarah) yang melupakan bahwa dulu sekolah memang di mulai dari rumah. Baru kemudian setelah guru menjadi sebuah profesi tertentu sekolah mulai berpindah ke sebuah gedung yang dinamai sekolah.[4]
Salah satu konsep kunci dari homeschooling adalah pelajaran yang tidak berlangsung melalui institusi sekolah formal. Konsep ini membawa kita kepada konsep yang lebih umum yaitu konsep belajar otodidak atau belajar mandiri. Homeschooling adalah proses pembelajaran dirumah dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dan menggunakan pendidikan rumah sebagai basis pendidikanya.
Jadi orangtua yang bertanggung jawab secara aktif atas peroses pendidikan anaknya,. Homeschooling termasuk model pendidikan yang digunakan sebagai alternatif institusi sekolah. Homeschooling bukanlah lawan pendidikan di sekolah formal dan bukanlah sebuah cara melarang anak untuk bersekolah di sekolah formal namun homeschooling adalah sebaliknya dari semua itu, ingin mendukung sekolah formal dengan alasan membantu kurangnya apa yang diharapkan disekolah formal, diharapkan dapat ditambahkan oleh pendidikan alternatif homeschooling ini dimana seperti anak-anak yang tidak mampu mengikuti pembelajaran di pendidikan formal dengan alasan tertentu serta anak-anak yang tidak diterima disekolah formal dengan berbagai alasan harus dapat memperoleh hak belajarnya di homeschooling.[5]
Dalam program homeschooling, syarat yang paling penting bukanlah kurikulum, teknik, atau tata cara pembelajaran, tetapi peran penuh tanggung jawab dan komitmen dari ayah dan ibu sebagai orangtua yang merupakan kunci keberadaan dan keberhasilannya.

B.     Homeschooling Menjadi Pilihan     
Metode konvensional yang diterapkan pada pendidikan formal dianggap tidak tepat untuk menangani keberagaman karakter, kecerdasan, bakat dan minat peserta didik. Penyeragaman pada sistem pendidikan formal menyebabkan banyak peserta didik yang tidak dapat menyalurkan potensi kecerdasan dan bakat minatnya karena harus mengikuti aturan dan jadwal yang sudah terprogram secara sistematis lengkap dengan limit waktu yang harus ditempuh. Kenyataan ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi sebagain besar masyarakat khususnya orang tua yang sangat peduli terhadap perkembangan putra-putri mereka. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu faktor mengapa homeschooling atau sekolah rumah menjadi sebuah pilihan untuk menempuh pendidikan.[6]
Alasan lain mengapa sebagian masyarakat memilih homeschooling adalah: (1) gaya belajar setiap individu belum tentu sesuai dengan sistem pengajaran yang ada di sekolah formal, (2) keamanan sekolah yang perlu dipertimbangkan, (3) kurikulum sekolah dianggap sudah tidak sesuai dengan pandangan orang tua (world view), (4) sekolah tidak lagi menjadi wadah persiapan anak didik memasuki masyarakat dengan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan, melainkan menjadi wadah mendidik anak dengan pandangan dunia sesuai dengan kebutuhan pemilik modal dan penguasa.
Homeschooling atau sekolah rumah menawarkan berbagai keunggulan dibanding dengan sekolah formal diantaranya yaitu: (1) coustomized, sesuai dengan kebutuhan anak dan keluarga, (2) lebih memberikan peluang untuk kemandirian dan kreativitas individual yang tidak di dapatkan dalam model sekolah umum atau sekolah formal, (3) memaksimalkan potensi anak sejak usia dini, tanpa harus mengikuti standar waktu yang telah ditetapkan sekolah, (4) lebih siap unutk terjun di dunia nyata (real world) karena proses pembelajarannya berdasarkan kegiatan sehari- hari yang ada di sekitar peserta didik, (5) kesesuaian pertumbuhan nilai- nilai anak dengan keluarga. Relatif terlindung dari paparan nilai dan pergaulan yang menyimpang seperti tawuran, narkoba, mencontek,(6) kemampuan bergau dengan orang tua dan yang berbeda umur  (vertical socialization), (7) biaya pendidikan dapat menyesuaikan dengan keadaan orang tua. [7]
Meskipun homeschooling menawarkan banyak keunggulan dibanding dengan sekolah formal, masih banyak pertanyaan yang timbul dan keraguan yang muncul dari sistem pendidikan homeschooling. Seperti  bagaimana kurikulum dari pendidikan homeschooling atau apakah anak yang mengikuti pendidikan homeschooling dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi di sekolah formal? Pertanyaan seperti itu merupakan pertanyaan yang sering diungkapkan orang tua ketika mempertimbangkan apakah anaknya akan mengikuti pendidikan homeschooling atau akan mengikuti pendidikan formal. Selain pertanyaan tadi, pertanyaan yang sering muncul adalah tentang sosialisasi anak terhadap dunia luar dan legalitas.
Menteri Pendidikan Nasional, anak yang mengikuti pendidikan homeschooling dapat mengikuti jalur ujian paket A, B, dan C untuk mendapatkan ijazah guna melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di sekolah formal, atau dapat pula anak-anak homeschooling mengikuti ujian bergabung bersama dengan pendidikan formal. Mengenai standar kurikulum, Muhamad Nuh menegaskan homeschooling tetap memiliki kurikulum dasar yang pendekatannya diserahkan pada pendamping atau pembimbing homeschooling dan orang tua dan didasarkan pada perkembangan dan kebutuhan anak. Mengenai sosialisasi anak, homeschooling bukan berarti steril dari masyarakat. Homeschooling justru mengadakan pembelajaran langsung pada sumber balajarnya, sehingga memungkinkan peserta didik mengasah kemampuan bersosialisasi mereka sehingga mereka menjadi lebih aktif dan kritis terhadap permasalahan yang mereka hadapi.[8]
Pendidikan nonfromal seperti homeschooling tetap diatur dan dijamin pelaksanaannya oleh pemerintah melalui peraturan perundang-undangan asal pelaksanaan pendidikan terserbut tetap sejalan dengan makna pendidikan dalam Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pemerintah juga memfasilitasi terselenggaranya ujian nasional bagi peserta yng terdaftar di komunitas belajar. Lembaga-lembaga pendidikan alternatif juga mendapat Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) atau semacam Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam sekolah formal.

C.     Tantangan Penyelenggaraan Homeschooling
Dalam penyelenggaraan homeschooling bukan berarti tidak mengalami banyak tantangan. Ada beberapa tantangan bagi penyelenggara homeschooling tunggal, yaitu: (1) sulitnya memperoleh dukungan atau tempat bertanya, (2) kurangnya tempat sosialisasi dan orang tua harus trampil memfasilitasi proses pembelajaran, dan (3) evaluasi dan penyetaraannya. Tidak berbeda jauh dengan penyelenggaraan hoemscooling tunggal, dalam penyelenggaraan homeschooling majemuk atau komunitas homeschooling juga harus mengahadapi beberapa tantangan, seperti: (1) perlu kompromi dan fleksibilitas jadwal, suasana, fasilitas, dan kegiatan tertentu; (2) perlu ahli dalam bidang tertentu walaupun “kehadiran” orang tua harus tetap ada, (3) anak-anak dengan keahlian/kegiatan khusus harus menyesuaikan/menerima lingkungan lainnya dengan dan menerima “perbedaan-perbedaan” lainnya sebagai pembentukan jati diri, (4) orang tua masing-masing penyelenggara homeschooling harus menyelenggarakan sendiri penyetaraannya.[9]

D.    Masalah yang Dihadapi Penyelenggara Homeschooling
Meskipun homeschooling dapat dikatakan lebih efektif dibanding dengan sekolah formal, bukan berarti homeschooling tidak mengalami kendala atau masalah dalam pelaksanaannya ataupun tidak memiliki kekurangan. Pelaksanaan homeschooling juga memiliki kekurangan, diantaranya yaitu: (a) butuh keterlibatan yang tinggi dari orang tua, (b) sosialisasi seumur (peer-group socialization) relatif  rendah, (c) ada risiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (team work), organisasi, dan kepemimpinan; dan (d) perlindungan orang tua memberikan efek samping ketidakmampuan menyelesaikan situasi sosial dan masalah yang kompleks yang tidak terprediksi.
Pelaksanaan pendidikan alternatif, khususnya homeschooling sangat dibutuhkan faktor-faktor pendukung demi kelancaran pelaksanaannya. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari proses pembelajaran yang dilakukan. Faktor-faktor pendukung tersebut diantaranya faktor emosional seperti keingintahuan yang tinggi dari peserta didik, motivasi yang diberikan kepada peserta didik, komitmen yang baik antara pendidik dengan peserta didik, adanya konsep pembelajaran konstruktivisme (pembelajaran dibangun dari sebuah pengalaman), serta adanya konsep pembelajaran kontekstual (konsep belajar yang menghubungkan isi materi pembelajaran dengan dunia nyata).[10]           
          


BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa masih banyak masalah pendidikan yang belum terselesaikan di Indonesia.Pendidikan nonformal atau pendidikan alternatif seperti homeschooling dapat mengurangi permasalahan pendidikan yang ada, dan terbukti lebih efektif dibandingkan dengan pendidikan formal karena pendidikan alternatif seperti homeschooling menggunakan pendekatan yang bergantung pada kebutuhan peserta didik sehingga dapat memantau perkembangan peserta didik lebih baik.
Meskipun pendidikan nonformal lebih efektif, namun tetap saja pendidikan dengan metode ini memiliki kekurangan seperti kurangnya kemampuan bekerja dalam kerjasama tim, dan lain-lain hal tersebut dapat diminimalisir dengan banyaknya latihan-latihan yang diberikan pada perserta didik. Keunggulan yang dimiliki lembaga pendidikan nonformal bisa menjadi acuan untuk melakukan perbaikan sistem pendidikan formal yang dirasa masih kurang cocok dengan perkembangan peserta didik yang kompleks.

B.     Saran
Demikianlah pembahasan makalah mengenai Fenomena home scholing, semoga dapat bermanfaat bagi rekan sekalian dalam menambah wawasan, kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Ajeng Fitriana, Efektivitas Pelaksanaan Pendidikan Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif Dalam Mengembangkan Potensi Anak Di Homeschooling Kak Seto Jakarta Selatan, (Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Vol.1.No.1, Hlm. 79 - 95. Februari 2016 ISSN 2541-1462)

Arifin, Kamil Alfi. Homeschooling Pendidikan Multikultural Untuk. Remaja.  (UII: Impuls. 2010)

Diwinda Okta Puspitarini, Homeschooling Sebagai Alternatif Pembelajaran, (Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, tahun 2013)

Lutfi Ariefianto, Homeschooling : Persepsi, Latar Belakang dan Problematikanya (Studi Kasus pada Peserta Didik di Homeschooling Kabupaten Jember) (Homeschooling : Perception, Background and Problematic (Case Study in Student Homeschooling District of Jember), (Jurnal Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, FKIP, Universitas Jember (UNEJ) tahun JURNAL EDUKASI 2017, IV (2): 21-26)

Rifai, Achmad dan Catharina. Psikologi Pendidikan. (Semarang : Pusat Pengembangan MKU, 2012)

Sumardiono. Homeschooling: Lompatan Cara Belajar. (Jakarta: PT. Gramedia. 2007)


[1] Lutfi Ariefianto, Homeschooling : Persepsi, Latar Belakang dan Problematikanya (Studi Kasus pada Peserta Didik di Homeschooling Kabupaten Jember) (Homeschooling : Perception, Background and Problematic (Case Study in Student Homeschooling District of Jember), (Jurnal Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, FKIP, Universitas Jember (UNEJ) tahun JURNAL EDUKASI 2017, IV (2): 21-26), h. 2
[2] Ajeng Fitriana, Efektivitas Pelaksanaan Pendidikan Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif Dalam Mengembangkan Potensi Anak Di Homeschooling Kak Seto Jakarta Selatan, (Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Vol.1.No.1, Hlm. 79 - 95. Februari 2016 ISSN 2541-1462), h. 3
[3] Sumardiono. Homeschooling: Lompatan Cara Belajar. (Jakarta: PT. Gramedia. 22007),   h. 4
[4] Arifin, Kamil Alfi. Homeschooling Pendidikan Multikultural Untuk. Remaja.  (UII: Impuls. 2010), h. 18
[5] Sumardiono. Homeschooling: Lompatan Cara Belajar.  ...  h. 30
[6] Diwinda Okta Puspitarini, Homeschooling Sebagai Alternatif Pembelajaran, (Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, tahun 2013), h. 5
[7] Ajeng Fitriana, Efektivitas Pelaksanaan Pendidikan Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif Dalam Mengembangkan Potensi Anak Di Homeschooling Kak Seto Jakarta Selatan, (Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Vol.1.No.1, Hlm. 79 - 95. Februari 2016 ISSN 2541-1462), h. 3
[8] Diwinda Okta Puspitarini, Homeschooling Sebagai Alternatif Pembelajaran, (Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, tahun 2013), h. 5
[9] Diwinda Okta Puspitarini, Homeschooling Sebagai Alternatif Pembelajaran, (Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, tahun 2013), h. 5
[10] Rifai, Achmad dan Catharina. Psikologi Pendidikan. (Semarang : Pusat Pengembangan MKU, 2012), h. 23

No comments:

Post a Comment