BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Alquran
mengisyaratkan unsur kejadian manusia ada tiga, yaitu unsur badan atau jasad,
unsur nyawa (nafs), da unsur roh (ruh). Dalam Alquran, nyawa dan ruh berbeda.
Nyawa dimiliki tumbuh-tumbuhan dan binatang, tetapi unsur roh tidak dimiliki
keduanya, bahkan oleh seluruh makhluk Tuhan lainnya. Unsur roh inilah yang
membuat para malaikat dan seluruh makhluk lainnya sujud kepada manusia (Adam).[1]
Roh
yang merupakan unsur yang ketiga manusia ini menjadi potensi amat dasyat
baginya untuk mengakses alam puncak sekalipun. Unsur ketiga inilah yang disebut
sebagai ciptaaan khusus (khalqon akhar)di dalam Al quran.
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sø:$# ÇÊÍÈ
“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu sari
pati (berasal) dari tanah. Kemudian, kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang-belulang
itu kami bungkus dengan daging. Kemudian, kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, pencipta Yang paling baik”.(QS
al-mukmin [23]:12-14).
Kata
ansya’nahu khalqan akhar dalam ayat di atas, menurut para mufasir, maksudnya
adalah unsur rohani setelah unsur jasad dan nyawa (nafs). Hal ini sesuai dengan
riwayat ibnu Abbas yang menafsirka kata ansya’nahu dengan ja’ala ansya’al ruh
fih, atau penciptaan roh kedalam diri adam. Unsur ketiga ini kemudian disebut
unsur ruhani, atau lahut atau malakut, yang menjadikan manusia berbeda dengan
makhluk biologis lainnya.
Unsur
ketiga ini merupakan proses terakhir dan sekailgus penyempurnaan subtansi
manusia sebagaimana di tegaskan di dalam beberapa ayat, seperti dalam surah
al-Hijr: 28-29. Setelah pencitaan unsur ketiga ini selesai, para makhluk lain
termasuk para malaikat dan jin bersujud kepada Adam dan alam raya pun di
tundukkan (taskhir) untuknya. Unsur ketiga ini pulalah yang mendukung kapasitas
manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi (QS al-An’am [6]: 165) disamping sebagai
hamba (QA al Zariat [51]:56).
Meskipun
memiliki unsur ketiga, manusia akan tetap menjadi satu-satunya makhluk
eksistensialis karena hanya makhluk ini yang bisa turun naik derajatnya di sisi
Tuhan. Sekalipun manusia ciptaan terbaik (ahsan taqwim/QS at-tin [95]:4), ia
tidak mustahil akan turun kederajat paling rendah (asfala sa-filin)/Qs At-Tin
[95]:5), bahkan bisa lebih rendah dari pada binatang ( Qs –al A’raf [7]:179).
Eksistensi
kesempurnaan manusia dapat di capai manakala ia mampu menyinergikan secara
seimbang potensi berbagai kecerdasan yang di milikinya. Seperti orang sering
menyebutnya dengan kecerdasan unsur jasad (IQ), kecerdasan nafsni EQ), dan
kecerdasan ruhani (SQ). Tidak semua aspek manusia itu dapat dipahami secara
ilmiyah dan terukur oleh kekuatan panca indra manusia. Karena memang unsur
manusia memiliki unsur berlapis-lapis.
Dari
lapis mineral tubuh kasar sampai kepada roh (unsur Lahut/malakut) yang di
install Allah SWT sebagaimana di tegaskan lagi di dalam Alquran, “kemudian
apabila telah aku sempurnakan kejadiannya dan aku tiupkan roh-Ku kepadanya,
tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya. Lalu para malaikat itu bersujud
semuanya”.(QS Shad[38]:72-73).
Para penghuni
alam malakut terdiri atas para jin dan malaikat, termasuk iblis. Alam ini tidak
bisa di akses dengan panca indra atau kekuatan-kekuatan fisik manusia. Alam ini
hanya bisa di akses manusia jika mereka mampu menggunakan potensi lahut dan
malakut yang dimilikinya. Hubungan interaktif antara para penghuni alam
dimungkinkan, mengingat berbagai alam itu sama-sama ciptaan Allah SWT.
Manusia
sebagai makhluk utama memiliki kemampuan untuk itu karena kedahsyatan unsur
ketiga tadi. Jika kita merujuk kepada pendapat Syekh Abdul qodir Jailani yang
membagi Roh itu dalam empat tingkatan, semakin mudah kita memahami kemungkinan
itu. Menurut Syekh Abdul Qodir Jailani dalam kitabnya sirr al – asrar, roh itu
memiliki empat tingkatan.
Tingkatan
itu adalah roh jasadi yang berinteraksi dengan alam mulk; roh ruhani yang
berinteraksi dengan alam malakut; roh sulthoni yang beriteraksi dengan alam
jabarut; dan roh al quds yang berinteraksi alam lahut. Namun perlu diingatkan
di sini kit asebagai hamba tidak boleh terkecoh oleh bayangan keindahan
alam-alam di atas manusia.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalaha pada makalah ini adalah :
1. Apa yang
dimaksud dengan alam mulki?
2. Apa yang
dimaksud dengan alam malakut?
3. Apa yang
dimaksud dengan alam jabarut?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui yang dimaksud dengan alam
mulki
2.
Untuk mengetahui yang dimaksud dengan alam
malakut
3.
Untuk mengetahui yang dimaksud dengan alam
jabarut
BAB II
PEMBAHASAN
A. Alam Nasut
Alam
nasut ialah : Alam yang terlihat oleh mata ahir (Alam jasmani) yang isinya :
Manusia, hewan asalnya dari unsur air, kejadiannya dari Nafsu Sawiah (bening),
keluarnya dari mata, wataknya bisa
mlihat, Ilmunya tingkat syareat, akalnya hasab (mencari).[2]
Dan
orang yang ilmu pengetahuannya masih di Alam Nasut, biasanya orang
tersebut,hatinya masih lalai atau masih tidur, ilmu pengtahuannya masih di
dapat dari orang lain (orang awam) bukan bersumber dari dirinya sendiri,
ibaratnya bak air, ada air kalau diisi saja tetapi kalu tidak diisi, ia akan
kosong dan kering,dan orang tersebut mudah sekali dihasut, hidupnya hanya
mengikuti umum saja tidak mempunyai pegangan sendiri.
Alam
nasut artinya alam dunia yakni alam yang dihuni manusia yang juga disebut alam
al-mulk ( alam kekuasaan ) , alam nasut merupakan alam kasat mata atau alam
syahadah. والحاصل : إنّ السالك إذا أخذ فى سيره إلى مولاه ، وجدّ فى سيره ، وتأدّب
مع الرقيق فى مسراه قطع العوالم حتّى يتشرف بالوصول إلى تلك المعالم
: (Dan hasilnya) bahwasanya seorang
salik itu apabila mengambil pada perjalanan kepada Tuhannya dan
bersungguh-sungguh ia pada perjalanannya dan beradab beserta Syaikhnya pada
zahir bathinnya, diputuskan segala ‘awaalim hingga hampir dengan sampai kepada
maksudnya daripada segala ‘awaalim itu. فأوّل عالم يُقَطِّعهُ عالم الملك وهو ما يدرك بالبصر من
الأجسام وغيرها وهو عالم النفس ، Maka pertama yang diputuskan ‘Alam Mulk dan yaitu yang didapat akan dia
dengan mata kepala, daripada segala ajsam dan lainnya, maka dinamakan dia ‘alam
an-Nafs. ثمّ عالم الملكوت وهو ما يدرك
بالبصيرة وهو عالم القلب Kemudian maka ‘alam
malakut dan yaitu barang yang dapat akan dia dengan mata hati dan dinamakan dia
‘alam al-Qalb. ثمّ عالم
الجبروت وهو عالم الروح Kemudian maka ‘alam
jabaruut dan yaitu dinamakan ‘alam arwah. ثمّ عالم اللاهوت وهو عالم السر وعنده يذهب الإسم والرسم
، ولايشهد هناك إلا الأحد وهذا غاية الفناء ، ومنه يرجع العارف إلى البقاء ويصير
مرشدا ومقتدى ، Kemudian
maka alam lahuut dan dinamakan ‘alam as-Sir dan padanya hilang nama dan segala
musamma dan tiada dilihat disana melainkan Tuhan Yang Waahidul Ahad. Dan inilah
sehingga-hingga fana` dan daripadanya kembali orang yang ‘arif itu kepada
baqa`nya, dan jadi ia mursyid, yakni yang menunjukkan muridin dan tempat
ikutan, seperti kata syair: ولتخلع النعلين
خلع محقق – وخلا عن الكونين في مسراه ولتفن حتى عن فنائك إنه – عين البقاء فعند
ذاك تراه Dan tanggalkan olehmu dua kaus kamu yakni ilmu dan
‘amal itu sebagai tanggal yang sebenar-benarnya, Dan sucikan di dalam hatimu
daripada dua kaun [yakni] dunia dan akhirat Dan fana`kan olehmu hingga daripada
fana`mu, bahwasanya ialah dinamakan maqam baqa` Maka pada ketika itu melihat
engkau akan Dia
B. Alam Jabarut
Alam
jabarut ialah alam kekuasaan Allah Swt. Alam jabarut juga merupakan realitas
yang disebut singgasana ( Al-Arsy ) hal ini merupakan bagian supra formal atau
manifestasi kemalaikatan, yang diliputi dan terdiri dari ciptaan formal sedang
ia sendiri diliputi oleh being dan being dibalik being.[3]
Alam
Jabarut ialah : Yaitu Alam yang tidak terlihat oleh mata lahir (Alam Rohani)
isinya : Jin, Syetan, Merkayangan dan Bangsa Siluman, asalnya dari unsur api,
kejadiannya dari Nafsu Amarah (panas), keluarnya dari telinga, wataknya bisa
mendengar, ilmunya tingkat thorikot, akalnya a'to (yang melakukan)
Orang
ilmu pengetahuannya sudah masuk Alam Jabarut, pada umumnya orang tersebut di
katakan jadab, karena dia sudah melihat dua Alam (Alam nyata dan alam tidak
nyata), sehingga kelakuannya orang tersebut itu agak aneh, tidak umum dengan
orang ain. Dan biasanya orang tersebut hatinya hidup. Dia bisa melihat dan
mendengar susuatu yang sifatnya ghoib walaopun masih tahapan (tipuan) artinya
apa yang dia lihat atau di dengar tidak semua benar, kadang bisa menjatuhkan
dan menyesatkan. Sehingga orang yang masuk Alam Jabarut harus hati-hati dan
waspda, jangan sampai terpedaya, dan menjadi sibuk lupa dngan tujuan hidup, ia
mempunyai ilmu pengetahuannya dari orang lain juga dari dirinya sendiri
(petunjuk dari Allah).
C. Alam Malakut
Alam
malakut ialah Alam Qolbi (hati) isinya para malaikat, asalnya dari unsur angin,
kejadiannya dari Nafsu Mutmainah (tenang), keluarnya dari hidung, wataknya bisa
mencium, ilmunya tingkt hakekat, Akalnya Huda (menjedi wayang) artinya orang
itu sudah betul-betul pasrah (tawakal) bagaimana yang mengatur saja, dan ia
merasakan kehadiran Allah, dan orang yang ilmu pengetahuannya sudan mencapai Alam
Malakut, maka ia akan bisa melihat suatu Alam yang mana makhluknya serba putih
yang sedang berdiri, ruku, sujud,dan duduk. Dan orang yang mencapai tingkat ini
hatinya di penuhi oleh Nur (Cahaya) sehingga di kehidupannya tenang dan
tentram.[4]
Alam
malakut ialah alam kegaiban merupakan alam malaikat dan alam jin yang sebagian
menjelma dari intelek, oleh karena itu jin berpotensi mencapai pengetahuan
Allah Swt. Wahyu yang disampaikan kea lam manusia ( alam nasut ) juga
disampaikan ke alam malakut.[5]
D. Alam Lahut
(Latain / Ahadiah)
Lahut
berasal dari kata al-llah atau ketuhanan, lahut adalah being dan pribadi tuhan
Alam lahut terkadang disebut pula alam `izzah (alam keagungan) sebagai bagian
dari nama-nama aifat allah Swt. Ia merupakan Al-Kholiq ( pencipta ) dalam
kaitanya dengan dunia dan akhirat dan sebagai Tuhan pribadi atau sebagai
Pribadi, yang mendengarkan permohonan , yang mematikan , yang menghidupkan,
yang member penghidupan, yang mencipta, yang menerima tobat dsb.[6]
Adapun
Alam Lahut itu adalah mertabat Latain artinya tidak ada pernyataan, maka
dinamakan Alam Lahut itu adalah Asma 'Zat, artinya Isma' Zat Allah Taala Zat
yang belum bernama Allah, hanya dengan bernama Zat Ahadiah.
Di
dalam mertabat Alam Lahut, Asma 'Zat yang Maha Suci itu adalah tujuh Asma'nya
yaitu: -
1.
HU artinya Zat Tuhan yang Esa semata-mata
2.
GHAIBUL GHUYUB artinya, tidak ada berpihak dan
tidak bertempat, tidak Ia diatas, di bawah, di kiri, di kanan, di depan dan di
belakang.
3.
AHADIAH artinya dari pihak yang tidak sampai ke
pengenalan para-para Nabi, apa lagi yang lain dari Nabi-nabi, yang mengetahui
hanya dia.
4.
GHAIBUL HAWIAH artinya, dari pihak Ia tidak
berzat, berisma 'dan berakal seperti manusia.
5.
UJUDUL MUTLAK artinya tidak semua yang Hakiki
hanya DIA
6.
ABADAN ABADA artinya tidak ada yang mengetahui
wujudnya sesuatu semuanya
7.
LATAIN artinya tidak dapat dipikirkan oleh
akal, Makrifat orang-orang yang Arifin Billah. Alam Lahut pada mertabat Latain,
DIAlah Zatul, MUTLAK yang tidak bercerai dan tidak berkumpul, semata-mata DIA,
belum lagi bernama ALLAH, karena belum ada NUR MUHAMMAD SAW. Berkenaan dengan
ILMU Tajali Alam Lahut tidak ada Ilmu pada Nur Muhammad, hanya DIA yang
bertajali semata.
8.
Martabat ITHLAQ artinya gaib yang sepenuhnya
9.
Zatul BUHTI artinya zat semata-mata
10. GAHIBUL MUTLAK
artinya gahib yang sepenuhnya
11. 'ZIHIN' artinya
tatkala sunyi ia dari sesuatu
12. ALAM sirr
artinya rahasia Allah
E. Alam Ghoibi
Alam
ghoibi ialah Alam Qolbin salim (hati yang selamet) isinya : Arwah-arwah para
Nabi, para Sahabat, para Wali, dan orang-orang sholeh. Asalnya dari unsur bumi
kejadiannya dari nafsu Luamah (lemas), keluarnya dari mulut, wataknya bisa
berbicara, Ilmunya tingkat ma'rifat, akalnya falsafah (menjadi dalang) artinya
orang tersebut mencapai pangkat Insan Kamil, manusia yang sempuna (sejati ing
manusia) di hatinya hanya ada Allah.[7]
D. Alam Mulki,
Malakutdan Jabarutdalam Perspektif Sufi
Para ulama tasawuf yang
kasyaf mengabarkan bahwa secara garis besar alam terdiri dari
1. alam nasut
(alam mulk / alam jasad)
2. alam malakut
(alam mitsal)
3. alam jabarut
(alam ruh)
4. alam lasut
Alam lasut adalah alam
derajat/tingkatan/maqom nya di atas Alam Jabarut. Alam Jabarut, adalah alam
yang “paling dekat” dengan aspek-aspek Ketuhanan, penghuni alam Jabarut adalah
‘sesuatu yang bukan Allah dalam aspek Ahadiyyah’, melainkan derivasi (turunan)
dari aspek Ahadiyyah yang tertinggi selain apa pun yang ada. Misal penghuni
alam ini adalah Nafakh Ruh (Tiupan Ruh Allah) yang mampu manghidupkan jasad,
Ruh Al-Quds.
Alam Malakut adalah suatu alam yang
tingkat kedekatan dengan aspek Allahnya lebih rendah dari Alam Jabarut, namun
masih lebih tinggi dari Alam Mulk. Baik Alam Jabarut maupun Alam Malakut,
keduanya adalah realitas/wujud yang tidak dapat ditangkap oleh indera jasadiah
kita. Indera jasad biasanya hanya bisa menangkap sesuatu yang terukur secara
jasad, sedang Alam Jabarut dan Alam Malakut memiliki ukuran melampui ukuran
jasad. Misal penghuni Alam Malakut adalah malaikat, An-nafs(jiwa).[8]
Alam Mulk, adalah alam yang tingkat
kedekatannya dengan aspek Allah adalah yang paling rendah. Dalam wujudnya
terbagi menjadi 2, yang tertangkap oleh indera jasad dan yang gaib (dalam arti
tidak tertangkap/terukur) bagi indera jasad. Jadi karena keterbatasan indera
jasad kita, ada wujud yang sebetulnya bukan penghuni alam-alam yang lebih
tinggi dari alam Mulk, tetapi juga tidak tertangkap kemampuan indera jasad.
Yang terukur oleh indera jasad
contohnya tubuh/jasad manusia, jasad hewan, jasad tumbuhan. Penghuni alam Mulk
yang tidak terukur oleh indera jasad contohnya adalah jin dengan segala
kehidupannya. Jin dengan segala kehidupannya bisa dimengerti oleh indera-indera
malakuti (indera-indera an-nafs/jiwa)
Manusia hidup di dua alam sekaligus,
tubuh (jasad) kita hidup di alam fisik, terikat dalam ruang dan waktu. Para
ulama menyebut alam fisik ini sebagai alam nasut, alam yang bisa kita lihat dan
kita raba, Kita dapat menggunakan pancaindera kita untuk mencerapnya. Sementara
itu, ruh kita hidup di alam ghaib (metafisik), tidak terikat dalam ruang dan
waktu. Para ulama menyebut alam ini alam malakut. Bukan hanya manusia, segala
sesuatu mempunyai malakutnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tasawuf adalah
suatu bidang ilmu keislaman untuk
memasuki atau menghiasi diri dengan akhlak yang luhur dan keluar dari akhlak
yang rendah. Tasawuf juga dapat diartikan sebagai kebebasan, kemuliaan,
meninggalkan perasaan terbebani alam setiap melaksanakan perbuatan syara’,
dermawan, dan murah hati. Secara garis besar tasawuf terbagi menjadi tasawuf
sunni dan tasawuf falsafi. Tasawuf falsafi ialah tasawuf yang ajaran-ajarannya
disusun secara kompleks dan mendalam dengan bahasa-bahasa simbolik filosofis.
Sementara, tasawuf sunni adalah tasawuf yang didasarkan pada Al-Qur’an dan
sunnah. Tasawuf sunni dibagi dalam dua tipe, yaitu tasawuf akhlaqi, dan tasawuf
amali.
Alam lasut adalah alam
derajat/tingkatan/maqom nya di atas Alam Jabarut. Alam Jabarut, adalah alam
yang “paling dekat” dengan aspek-aspek Ketuhanan, penghuni alam Jabarut adalah
‘sesuatu yang bukan Allah dalam aspek Ahadiyyah’, melainkan derivasi (turunan)
dari aspek Ahadiyyah yang tertinggi selain apa pun yang ada. Misal penghuni
alam ini adalah Nafakh Ruh (Tiupan Ruh Allah) yang mampu manghidupkan jasad,
Ruh Al-Quds.
Alam Malakut adalah suatu alam yang
tingkat kedekatan dengan aspek Allahnya lebih rendah dari Alam Jabarut, namun
masih lebih tinggi dari Alam Mulk. Baik Alam Jabarut maupun Alam Malakut,
keduanya adalah realitas/wujud yang tidak dapat ditangkap oleh indera jasadiah
kita. Indera jasad biasanya hanya bisa menangkap sesuatu yang terukur secara
jasad, sedang Alam Jabarut dan Alam Malakut memiliki ukuran melampui ukuran
jasad. Misal penghuni Alam Malakut adalah malaikat, An-nafs(jiwa).
Alam Mulk, adalah alam yang tingkat
kedekatannya dengan aspek Allah adalah yang paling rendah. Dalam wujudnya
terbagi menjadi 2, yang tertangkap oleh indera jasad dan yang gaib (dalam arti
tidak tertangkap/terukur) bagi indera jasad. Jadi karena keterbatasan indera
jasad kita, ada wujud yang sebetulnya bukan penghuni alam-alam yang lebih
tinggi dari alam Mulk, tetapi juga tidak tertangkap kemampuan indera jasad.
B. Saran
Demikianlah
pembahasan makalah mengenai alam mulki, malakut, jabarut dan lahut. Semoga
dapat bermanfaat bagi kita semoga dapat bermanfaat bagi kita sekalian. Kritik
dan saran sangat pemakalah harapkan demi untuk perbaikan makalah kami
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
M. Amin Syukur, Tasawuf Kontekstual,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012)
Sokhi Huda, Tasawuf Kultural,
(Yogyakarta: LKiS, 2008)
Nasaruddin
Umar, Alam Malakut, (sumber: http://sufiroad.blogspot.co.id diunggah
pada 03/02/2013 dan diakses pada 16/01/2018 pukul 09.00 Wib
Majelis
Sayyidul Arwah, Alam Sufi, (sumber: http://majelissayyid.blogspot.co.id diunggah
pada 10/03/2013 pukul 13.00Wib, dan diakses pada 14/01/2018pukul 09.00 Wib
[1] Nasaruddin Umar, Alam Malakut, (sumber:
http://sufiroad.blogspot.co.id diunggah pada 03/02/2013 dan diakses
pada 16/01/2018 pukul 09.00 Wib
[3] Majelis Sayyidul Arwah, Alam Sufi, (sumber: http://majelissayyid.blogspot.co.id diunggah pada 10/03/2013 pukul 13.00Wib, dan diakses
pada 14/01/2018pukul 09.00 Wib
[5] Majelis Sayyidul Arwah, Alam
Sufi, (sumber: http://majelissayyid.blogspot.co.id diunggah pada 10/03/2013 pukul 13.00Wib, dan diakses
pada 14/01/2018pukul 09.00 Wib
[6] Majelis Sayyidul Arwah, Alam
Sufi, (sumber: http://majelissayyid.blogspot.co.id diunggah pada 10/03/2013 pukul 13.00Wib, dan diakses
pada 14/01/2018pukul 09.00 Wib
[8] Majelis Sayyidul
Arwah, Alam Sufi, (sumber: http://majelissayyid.blogspot.co.id diunggah pada 10/03/2013 pukul 13.00Wib, dan diakses
pada 14/01/2018pukul 09.00 Wib
No comments:
Post a Comment