Wednesday, April 18, 2018

MAKALAH_KECERDASAN EKSISTENSIAL


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus.
Selama ini tingkat intelegensia menjadi bagian terpenting dalam perkembangan seseorang.  Jika seseorang memiliki orangtua yang cerdas kelak anak mewarisinya.  Sebaliknya, jika orang tua berenang di tempat dangkal kemungkinan anak tidak berkesempatan menyelam lebih dalam.  Asumsi tradisional ini menganggap potensi kecerdasan intelegensia terbatas pada saat anak lahir.  Kemudian lahirlah pandangan modern terhadap intelegensia berdasarkan kapasitas otas seseorang.  Artinya, anak akan belajar dari pengalaman jika orangtua memfasilitasi anak yang kelak berdampak besar bagi intelegensia dan potensinya.
Dikutip dari artikel Kagan online magazine berjudul Raising Smarter Children Develop Your Child’s Many Ways of Being Smart yang ditulis oleh duo bersaudara, Dr Spencer Kagan dan Miguel Kagan, mengatakan bahwa ada transformasi pemahaman mengenai kecerdasan anak.  Asumsi tradisional tentang kecerdasan adalah ketika anak lahir dianugerahi tingkat inteligensia tertentu yang kemudian dianggap sebagai harga mati.  Dalam artian anak cerdas adalah pemberian Tuhan namun tidak bisa diupayakan.
Gardner menemukan delapan kecerdasan, yaitu cerdas bahasa, logika/matematika, visual-spasial, musik, gerak, alam, sosial dan cerdas diri.  Setiap orang berpontensi memilikinya, namun perkembangannya berbeda-beda.

Sebagai orangtua, Anda mungkin bertanya, bagaimana cara membantu anak belajar? Jawabannya banyak! Anda bisa membantu anak tumbuh lebih cerdas dengan mengeksplorasi anak dengan berbagai aktifitas.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kecerdasan majemuk ?
2.      Bagaimana pengertian perkembangan kecerdasan eksistensial anak usia dini?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian kecerdasan majemuk
2.      Untuk memahami perkembangan kecerdasan eksistensial anak usia dini


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Kecerdasan Majemuk
Kecerdasan Majemuk adalah kemampuan memecahkan masalah dan menciptakan produk yang bernilai budaya (anak yang bisa menghasilkan sesuatu dan bisa dinikmati dalam kehidupan manusia). Secara umum kecerdasan ini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam berpikir, bertindak dan berperilaku sesuai dengan apa yang dihadapi.[1]
Menurut Gardner, manusia itu, siapa saja--kecuali cacat atau punya kelainan otak—sedikitnya memiliki 8 atau 9 kecerdasan. Kecerdasan manusia saat ini tidak hanya dapat diukur dari kepandaiannya menguasai matematika atau menggunakan bahasa. Ada banyak kecerdasan yang dapat diidentifikasi di dalam diri manusia. Berikut ini 9 macam kecerdasan yaitu:
Setiap orang memilki kecerdasan yang berbeda. Prof. Howard Gardener seorang ahli riset dari Amerika mengembangkan model kecerdasan "multiple intelligence". Multiple intelligence artinya bermacam-macam kecerdasan. Ia mengatakan bahwa setiap orang memilki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda. Yang di maksud kecerdasan menurut Gardener adalah suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuhkembangkan.
Pokok-pokok pikiran  yang dikemukakan Garnerd adalah :[2]
1.      Manusia mempunyai kemampuan meningkatkan dan memperkuat kecerdasannya
2.      Kecerdasan selain dapat berubah dapat pula diajarkan kepada orang lain
3.      Kecerdasan merupakan realitas majemuk yang muncul di bagian-bagian yang berbeda pada sistem otak atau pikiran manusia
4.      Pada tingkat tertentu, kecerdasan ini merupakan suatu kesatuan yang utuh. Artinya dalam memecahkan masalah atau tugas tertentu, seluruh macam kecerdasan manusia bekerja bersama-sama, kompak dan terpadu.
5.      Kecerdasan yang terkuat cenderung “memimpin”/”melatih” kecerdasan lainnya yang lebih lemah. Dikatak juga bahwa manusia mempunyai berbagai cara untuk mendekati suatu masalah dan hamper semuanya dipelajari secra alami.
6.      Kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar budaya tertentu. Rentang masalah atau sesuatu yang dihasilkan mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.[3]
Adapun Definisi Gardner tentang kecerdasan :
1.      Kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
2.      Kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan.
3.      Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat didalam kehidupannya.

B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan
1.      Hereditas atau Pembawaan
Salah satu faktor penentu tinggi rendahnya inteligensi seseorang ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir.Pandangan ini dipengaruhi oleh aliran filsafat (nativisme) yang beranggapan bahwa setiap manusia dilahirkan sudah membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi lingkungan. Taraf Inteligensi seseorang ialah 75-80% keturunan, juga adanya rangkaian hubungan antara pertalian keluarga dengan ukuran IQ. Dengan demikian, taraf inteligensi relatif sama ditentukan pada individu-individu yang mempunyai pertalian keluarga yang kuat.[4]
2.      Lingkungan
Pemahaman tentang faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya inteligensi ditentukan oleh lingkungan (pendidikan dan pengalaman) dipengaruhi teori empirisme John Locke.Ia berpendapat bahwa manusia dilahirkan dalam kondisi suci (tabularasa). Lingkungan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Lingkungan fisik, meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada di sekitar janin sebelum lahir
b.      Lingkungan sosial, meliputi seluruh manusia yang secara potensial mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perkembangan individu.

C.     Kecerdasan Existensial
Kecerdasan Eksistensial adalah kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan –persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya menerima keadaanya, keberadaanya secara otomatis,tetapi mencoba menyadarinya dan mencari jawaban yang terdalam. Pertanyaan itu antara lain :
1.      Mengapa aku ada,[5]
2.      mengapa aku mati,
3.      apa makna dari hidup ini,
4.      bagaimana kita sampai ke tujuan hidup.
Intelegensi ini tampaknya sangat berkembang pada banyak filusuf, terlebih filusufeksistensialis yang selalu mempertanyakan dan mencoba menjawab  persoalan eksistensi hidubmanusia. Filusuf-filusuf seperti Sokrates,Plato, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Kidi, Ibnu Rusyd, Thomas Aquinas, Descartes, Kant, Sartre, Nietzsche termasuk mempunyai intelegensi eksistensial tinggi.
Anak yang menonjol dengan intelegensi eksistensial akan mempersoalkan keberadaanya ditengah alam raya yang besar ini. Mengapa kita ada di sini? Apa peran kita di dalam dunia yang besar ini? Mengapa aku ada di sekolah, ditengah teman-teman, untuk apa ini semua? Anak yang menonjol di sini serinf kali mengajukan pertanyaaan yang jarang di piirkan orang, termasuk gurunya sendiri. Misalnya, tiba-tiba ia bertanya, “ manusia semua akan mati? Kalau semuanya akan mati, Untuk apa aku hidup? “
Kecerdasan Eksistensial merupakan kemampuan untuk menikmati pemikiran-pemikiran dan ingin tahu mengenai kehidupan, kematian dan realita yang ada. Anak-anak dengan tingkat kecerdasan eksistensial yang tinggi mungkin akan menunjukkan keingintahuan mengenai bagaiman bumi bertahun-tahun yang lalu, mengapa kita ada di bumi, apakah ada kehidupan di planet lain, kemana mahluk hidup setelah mati, apakah ada dimensi kehiduapn lain dan berbagai pertanyaan sejenis.[6]
Ciri-ciri yang memiliki Kecerdasan Eksistensial :
1.      Mempertanyakan hakekat segala sesuatu
2.      Mempertanyakan keberadaan peran diri sendiri di alam/dunia

D.    Dimensi Kecerdasan Eksistensi
Kecerdasan eksistensi sangat berpengaruh  atas sebuah penghormatan. Kehormatan ,kewibawaan dan penghargaan atas seseorang sangat ditentukan oleh seberapa besar orang tersebut menghargai orang lain. Semakin orang menghargai dan menganggap keberadaan seseuatu,maka sebesar itu pula orang dan lingkungan sekitar akan menghargai atas keberdaanya.Seseorang yang mempunyai kecerdasan eksistensi yang tinggi dia akan mampu menempatkan dirinya pada posisi dimana orang dan lingkungan sekitar senantiasa menghargai dan menganggap keberadaanya.dalam hal ini Kecerdasan eksistensi dibagi  dalam dua dimensi , yaitu Dimensi Internal dan dimensi eksternal.[7]
1.      Dimensi Internal
Dimana seseorang harus menyadari jatidirinya sendiri. Seseorang harus paham dengan sebenar-benarnya siapakah dirinya.apa yang di inginkanya,apa tujuan yang hendak di capai.sebatas mana kemampuanya.dan mampu menempatkan dirinya di tempat yang tepat sesuai dengan kemampuan dan tingkatanya.
2.      Dimensi eksternal
Dimana seseorang mampu mengetahui dan menyadari segala sesuatu di sekelilingnya dan menganggap keberadaan nya.Sesuai dengan tingkatanya masing-masing.sehingga tidakterjadi permasalahan  mendalam dan ketersinggungan.
3.      Pengembangan Kecerdasan Eksistensi
Kecerdasan  eksistensial dapat diwujudakan dengan mengajak siwa mempertanyakan soal keberadaanya,Misalnya,dalam topic evolusi, mengajak siswa untuk mempersoalkan apakah kejadian manusia dan kita ini juga melalui evolusitersebut? Dalam topic keadilan, siswa diajak untuk mempertanyakan apakah sitasi ketidak adilan itu sesuai dengan hidup manusia dan membantu manusia untuk sampai ke tujuanya?
Banyak-banyak mmbaca buku agama, filsafat, dan buku-buku rohani dapat membantu mengembangkan kecerdasan eksistensial
Ciri – cirri Kecerdasan Eksistensi
Inteligensi eksistensial lebih menyangkut pada kepekaan dan kemampuan seseorang dalam menjawab persoalan-persoalan terdalam mengenai eksistensi manusia. Orang yang mempunyai kecerdasan eksistensi mencoba menyadari dan mencari jawaban yang terdalam.
Ciri-ciri :[8]
1.      Mempertanyakan hakekat segala sesuatu
2.      Mempertanyakan keberadaan peran diri sendiri di alam/ dunia
3.      Kalau bekerja sering bicara dengan diri sendiri.
4.      Lebih tenang danmenguasai diri
5.      Lebih cenderung mengutamakan kepentingan keyakinan atau agama





BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa kecerdasan majemuk adalah suatu kemampuan ganda untuk memecahkan suatu masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Adapun manfaat dari kecerdasan majemuk dalam proses pembelajaran yaitu sebagai masukan berupa teori, metode dan praktek tentang pembelajaran itu sendiri.
Kecerdasan Eksistensial merupakan kemampuan untuk menikmati pemikiran-pemikiran dan ingin tahu mengenai kehidupan, kematian dan realita yang ada. Anak-anak dengan tingkat kecerdasan eksistensial yang tinggi mungkin akan menunjukkan keingintahuan mengenai bagaiman bumi bertahun-tahun yang lalu, mengapa kita ada di bumi, apakah ada kehidupan di planet lain, kemana mahluk hidup setelah mati, apakah ada dimensi kehiduapn lain dan berbagai pertanyaan sejenis.
Kecerdasan eksistensi sangat berpengaruh  atas sebuah penghormatan. Kehormatan ,kewibawaan dan penghargaan atas seseorang sangat ditentukan oleh seberapa besar orang tersebut menghargai orang lain. Semakin orang menghargai dan menganggap keberadaan seseuatu,maka sebesar itu pula orang dan lingkungan sekitar akan menghargai atas keberdaanya

B.     Saran
            Saran yang dapat kami berikan yaitu agar teori tentang kecerdasan majemuk itu dapat digunakan dalam proses pembelajaran, tanpa membedakan antara kecerdasan siswa yang satu dengan yang lain. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal dan optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Julie Erika, Delapan Kecerdasan dan Cara-cara Mengembangkannya, ( 2005)

Aryanti dan Wahyuni, Multiple Intelligences & Application, (Salatiga,2003)

Meilania, S.E, Diktat HCD Mltiple Intelegences, (Salatiga:2006)

Stefanus Soejanto Sandjaja, Teori Multiple Intelligences dan Aplikasinya di Pendidikan Anak Usia Dini ( Semarang, 2006)


[1] Julie Erika, Delapan Kecerdasan dan Cara-cara Mengembangkannya, ( 2005),hal. 3
[2] Aryanti dan Wahyuni, Multiple Intelligences & Application, (Salatiga,2003), hal 6
[3] Aryanti dan Wahyuni, Multiple Intelligences & Application … hal 8
[4] Azwar, Saifuddin. Pengantar Psikologi Inteligensi. Edisi I, Cetakan V. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006) h. 36
[5] Meilania, S.E, Diktat HCD Mltiple Intelegences, (Salatiga:2006),hal. 2
[6] Meilania, S.E, Diktat HCD Mltiple Intelegences,  … hal. 4
[7] Stefanus Soejanto Sandjaja, Teori Multiple Intelligences dan Aplikasinya di Pendidikan Anak Usia Dini ( Semarang, 2006), hal.5
[8] Stefanus Soejanto Sandjaja, Teori Multiple Intelligences dan Aplikasinya  … hal.7

No comments:

Post a Comment