BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kecerdasan merupakan
salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya
sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan
meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir
dan belajar secara terus menerus.
Selama ini tingkat intelegensia menjadi bagian
terpenting dalam perkembangan seseorang.
Jika seseorang memiliki orangtua yang cerdas kelak anak
mewarisinya. Sebaliknya, jika orang tua
berenang di tempat dangkal kemungkinan anak tidak berkesempatan menyelam lebih
dalam. Asumsi tradisional ini menganggap
potensi kecerdasan intelegensia terbatas pada saat anak lahir. Kemudian lahirlah pandangan modern terhadap
intelegensia berdasarkan kapasitas otas seseorang. Artinya, anak akan belajar dari pengalaman
jika orangtua memfasilitasi anak yang kelak berdampak besar bagi intelegensia
dan potensinya.
Dikutip dari artikel
Kagan online magazine berjudul Raising Smarter Children Develop Your Child’s
Many Ways of Being Smart yang ditulis oleh duo bersaudara, Dr Spencer Kagan dan
Miguel Kagan, mengatakan bahwa ada transformasi pemahaman mengenai kecerdasan anak. Asumsi tradisional tentang kecerdasan adalah
ketika anak lahir dianugerahi tingkat inteligensia tertentu yang kemudian
dianggap sebagai harga mati. Dalam
artian anak cerdas adalah pemberian Tuhan namun tidak bisa diupayakan.
Gardner menemukan
delapan kecerdasan, yaitu cerdas bahasa, logika/matematika, visual-spasial,
musik, gerak, alam, sosial dan cerdas diri.
Setiap orang berpontensi memilikinya, namun perkembangannya
berbeda-beda.
Sebagai orangtua, Anda
mungkin bertanya, bagaimana cara membantu anak belajar? Jawabannya banyak! Anda
bisa membantu anak tumbuh lebih cerdas dengan mengeksplorasi anak dengan
berbagai aktifitas.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan kecerdasan majemuk ?
2.
Bagaimana
pengertian perkembangan kecerdasan eksistensial anak usia dini?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian kecerdasan majemuk
2.
Untuk
memahami perkembangan kecerdasan eksistensial anak usia dini
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kecerdasan Majemuk
Kecerdasan Majemuk
adalah kemampuan memecahkan masalah dan menciptakan produk yang bernilai budaya
(anak yang bisa menghasilkan sesuatu dan bisa dinikmati dalam kehidupan
manusia). Secara umum kecerdasan ini diartikan sebagai kemampuan seseorang
dalam berpikir, bertindak dan berperilaku sesuai dengan apa yang dihadapi.[1]
Menurut Gardner,
manusia itu, siapa saja--kecuali cacat atau punya kelainan otak—sedikitnya
memiliki 8 atau 9 kecerdasan. Kecerdasan manusia saat ini tidak hanya dapat
diukur dari kepandaiannya menguasai matematika atau menggunakan bahasa. Ada
banyak kecerdasan yang dapat diidentifikasi di dalam diri manusia. Berikut ini
9 macam kecerdasan yaitu:
Setiap orang memilki
kecerdasan yang berbeda. Prof. Howard Gardener seorang ahli riset dari Amerika
mengembangkan model kecerdasan "multiple intelligence". Multiple
intelligence artinya bermacam-macam kecerdasan. Ia mengatakan bahwa setiap
orang memilki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang
berbeda. Yang di maksud kecerdasan menurut Gardener adalah suatu kumpulan
kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuhkembangkan.
Pokok-pokok
pikiran yang dikemukakan Garnerd adalah
:[2]
1.
Manusia
mempunyai kemampuan meningkatkan dan memperkuat kecerdasannya
2.
Kecerdasan
selain dapat berubah dapat pula diajarkan kepada orang lain
3.
Kecerdasan
merupakan realitas majemuk yang muncul di bagian-bagian yang berbeda pada
sistem otak atau pikiran manusia
4.
Pada
tingkat tertentu, kecerdasan ini merupakan suatu kesatuan yang utuh. Artinya
dalam memecahkan masalah atau tugas tertentu, seluruh macam kecerdasan manusia
bekerja bersama-sama, kompak dan terpadu.
5.
Kecerdasan
yang terkuat cenderung “memimpin”/”melatih” kecerdasan lainnya yang lebih
lemah. Dikatak juga bahwa manusia mempunyai berbagai cara untuk mendekati suatu
masalah dan hamper semuanya dipelajari secra alami.
6.
Kecerdasan
adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang
dibutuhkan di dalam latar budaya tertentu. Rentang masalah atau sesuatu yang
dihasilkan mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.[3]
Adapun Definisi Gardner tentang kecerdasan :
1.
Kecakapan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
2.
Kecakapan
untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan.
3.
Kecakapan
untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat didalam
kehidupannya.
B.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecerdasan
1.
Hereditas
atau Pembawaan
Salah satu faktor penentu tinggi rendahnya inteligensi
seseorang ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak
lahir.Pandangan ini dipengaruhi oleh aliran filsafat (nativisme) yang
beranggapan bahwa setiap manusia dilahirkan sudah membawa potensi-potensi
tertentu yang tidak dapat dipengaruhi lingkungan. Taraf Inteligensi seseorang ialah
75-80% keturunan, juga adanya rangkaian hubungan antara pertalian keluarga
dengan ukuran IQ. Dengan demikian, taraf inteligensi relatif sama ditentukan
pada individu-individu yang mempunyai pertalian keluarga yang kuat.[4]
2.
Lingkungan
Pemahaman tentang faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya inteligensi ditentukan oleh lingkungan
(pendidikan dan pengalaman) dipengaruhi teori empirisme John Locke.Ia
berpendapat bahwa manusia dilahirkan dalam kondisi suci (tabularasa).
Lingkungan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a.
Lingkungan
fisik, meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada di sekitar janin sebelum
lahir
b.
Lingkungan
sosial, meliputi seluruh manusia yang secara potensial mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh perkembangan individu.
C.
Kecerdasan
Existensial
Kecerdasan
Eksistensial adalah kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan –persoalan
terdalam eksistensi atau keberadaan manusia. Orang tidak puas hanya menerima
keadaanya, keberadaanya secara otomatis,tetapi mencoba menyadarinya dan mencari
jawaban yang terdalam. Pertanyaan itu antara lain :
1. Mengapa aku ada,[5]
2. mengapa aku mati,
3. apa makna dari hidup ini,
4. bagaimana kita sampai ke tujuan hidup.
Intelegensi ini tampaknya sangat berkembang pada banyak
filusuf, terlebih filusufeksistensialis yang selalu mempertanyakan dan mencoba
menjawab persoalan eksistensi
hidubmanusia. Filusuf-filusuf seperti Sokrates,Plato, Al-Farabi, Ibnu Sina,
Al-Kidi, Ibnu Rusyd, Thomas Aquinas, Descartes, Kant, Sartre, Nietzsche
termasuk mempunyai intelegensi eksistensial tinggi.
Anak yang menonjol dengan intelegensi eksistensial akan
mempersoalkan keberadaanya ditengah alam raya yang besar ini. Mengapa kita ada
di sini? Apa peran kita di dalam dunia yang besar ini? Mengapa aku ada di
sekolah, ditengah teman-teman, untuk apa ini semua? Anak yang menonjol di sini
serinf kali mengajukan pertanyaaan yang jarang di piirkan orang, termasuk
gurunya sendiri. Misalnya, tiba-tiba ia bertanya, “ manusia semua akan mati?
Kalau semuanya akan mati, Untuk apa aku hidup? “
Kecerdasan Eksistensial merupakan kemampuan untuk
menikmati pemikiran-pemikiran dan ingin tahu mengenai kehidupan, kematian dan
realita yang ada. Anak-anak dengan tingkat kecerdasan eksistensial yang tinggi
mungkin akan menunjukkan keingintahuan mengenai bagaiman bumi bertahun-tahun yang
lalu, mengapa kita ada di bumi, apakah ada kehidupan di planet lain, kemana
mahluk hidup setelah mati, apakah ada dimensi kehiduapn lain dan berbagai
pertanyaan sejenis.[6]
Ciri-ciri yang memiliki Kecerdasan Eksistensial :
1.
Mempertanyakan
hakekat segala sesuatu
2.
Mempertanyakan
keberadaan peran diri sendiri di alam/dunia
D.
Dimensi
Kecerdasan Eksistensi
Kecerdasan eksistensi
sangat berpengaruh atas sebuah
penghormatan. Kehormatan ,kewibawaan dan penghargaan atas seseorang sangat
ditentukan oleh seberapa besar orang tersebut menghargai orang lain. Semakin
orang menghargai dan menganggap keberadaan seseuatu,maka sebesar itu pula orang
dan lingkungan sekitar akan menghargai atas keberdaanya.Seseorang yang
mempunyai kecerdasan eksistensi yang tinggi dia akan mampu menempatkan dirinya
pada posisi dimana orang dan lingkungan sekitar senantiasa menghargai dan
menganggap keberadaanya.dalam hal ini Kecerdasan eksistensi dibagi dalam dua dimensi , yaitu Dimensi Internal
dan dimensi eksternal.[7]
1. Dimensi Internal
Dimana seseorang
harus menyadari jatidirinya sendiri. Seseorang harus paham dengan
sebenar-benarnya siapakah dirinya.apa yang di inginkanya,apa tujuan yang hendak
di capai.sebatas mana kemampuanya.dan mampu menempatkan dirinya di tempat yang
tepat sesuai dengan kemampuan dan tingkatanya.
2. Dimensi eksternal
Dimana seseorang
mampu mengetahui dan menyadari segala sesuatu di sekelilingnya dan menganggap
keberadaan nya.Sesuai dengan tingkatanya masing-masing.sehingga tidakterjadi
permasalahan mendalam dan
ketersinggungan.
3. Pengembangan Kecerdasan Eksistensi
Kecerdasan eksistensial dapat diwujudakan dengan
mengajak siwa mempertanyakan soal keberadaanya,Misalnya,dalam topic evolusi,
mengajak siswa untuk mempersoalkan apakah kejadian manusia dan kita ini juga
melalui evolusitersebut? Dalam topic keadilan, siswa diajak untuk
mempertanyakan apakah sitasi ketidak adilan itu sesuai dengan hidup manusia dan
membantu manusia untuk sampai ke tujuanya?
Banyak-banyak mmbaca buku
agama, filsafat, dan buku-buku rohani dapat membantu mengembangkan kecerdasan
eksistensial
Ciri – cirri
Kecerdasan Eksistensi
Inteligensi eksistensial lebih menyangkut pada kepekaan
dan kemampuan seseorang dalam menjawab persoalan-persoalan terdalam mengenai
eksistensi manusia. Orang yang mempunyai kecerdasan eksistensi mencoba
menyadari dan mencari jawaban yang terdalam.
Ciri-ciri :[8]
1.
Mempertanyakan
hakekat segala sesuatu
2.
Mempertanyakan
keberadaan peran diri sendiri di alam/ dunia
3.
Kalau
bekerja sering bicara dengan diri sendiri.
4.
Lebih
tenang danmenguasai diri
5.
Lebih
cenderung mengutamakan kepentingan keyakinan atau agama
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan di
atas dapat kami simpulkan bahwa kecerdasan majemuk adalah suatu kemampuan ganda
untuk memecahkan suatu masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Adapun
manfaat dari kecerdasan majemuk dalam proses pembelajaran yaitu sebagai masukan
berupa teori, metode dan praktek tentang pembelajaran itu sendiri.
Kecerdasan
Eksistensial merupakan kemampuan untuk menikmati pemikiran-pemikiran dan ingin
tahu mengenai kehidupan, kematian dan realita yang ada. Anak-anak dengan
tingkat kecerdasan eksistensial yang tinggi mungkin akan menunjukkan
keingintahuan mengenai bagaiman bumi bertahun-tahun yang lalu, mengapa kita ada
di bumi, apakah ada kehidupan di planet lain, kemana mahluk hidup setelah mati,
apakah ada dimensi kehiduapn lain dan berbagai pertanyaan sejenis.
Kecerdasan eksistensi
sangat berpengaruh atas sebuah
penghormatan. Kehormatan ,kewibawaan dan penghargaan atas seseorang sangat
ditentukan oleh seberapa besar orang tersebut menghargai orang lain. Semakin
orang menghargai dan menganggap keberadaan seseuatu,maka sebesar itu pula orang
dan lingkungan sekitar akan menghargai atas keberdaanya
B.
Saran
Saran yang dapat kami berikan yaitu
agar teori tentang kecerdasan majemuk itu dapat digunakan dalam proses
pembelajaran, tanpa membedakan antara kecerdasan siswa yang satu dengan yang
lain. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal dan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Julie Erika, Delapan Kecerdasan dan
Cara-cara Mengembangkannya, ( 2005)
Aryanti dan Wahyuni, Multiple Intelligences
& Application, (Salatiga,2003)
Meilania, S.E, Diktat HCD Mltiple
Intelegences, (Salatiga:2006)
Stefanus Soejanto Sandjaja, Teori Multiple
Intelligences dan Aplikasinya di Pendidikan Anak Usia Dini ( Semarang, 2006)
[1] Julie Erika, Delapan Kecerdasan dan Cara-cara Mengembangkannya, ( 2005),hal.
3
[2] Aryanti dan Wahyuni, Multiple Intelligences & Application,
(Salatiga,2003), hal 6
[3] Aryanti dan Wahyuni, Multiple Intelligences & Application … hal
8
[4] Azwar, Saifuddin. Pengantar Psikologi Inteligensi. Edisi I, Cetakan
V. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006) h. 36
[5] Meilania, S.E, Diktat HCD Mltiple Intelegences,
(Salatiga:2006),hal. 2
[6] Meilania, S.E, Diktat HCD Mltiple Intelegences, … hal. 4
[7] Stefanus Soejanto Sandjaja, Teori Multiple Intelligences dan
Aplikasinya di Pendidikan Anak Usia Dini ( Semarang, 2006), hal.5
[8] Stefanus Soejanto Sandjaja, Teori Multiple Intelligences dan
Aplikasinya … hal.7
No comments:
Post a Comment