BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia adalah
makhluk-makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan
makhluk-makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada
manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik
perubahan-perubahan dalam segi fisologik maupun perubahan-perubahan dalam segi
psikologik.
Bahwa setiap anak secara
kodrat membawa variasi dan irama perkembangannya sendiri, perlu diketahui
setiap orang tua, agar ia tidak bertanya-tanya bahkan bingung atau bereaksi
negatif yang lain dalam menghadapi perkembangan anaknya. Bahkan ia harus
bersikap tenang sambil mengikuti terus menerus pertumbuhan anak, agar
pertumbuhan itu sendiri terhindar dari gangguan apap pun, yang tentu saja akan
merugikan. Dalam kesempatan ini akan kami paparkan mengenai pengertian
perkembangan, faktor-faktor yang akan menentukan dalam perkembangan manusia,
dan faktor-faktor perkembangan manusia menurut para ahli.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian perkembangan ?
2.
Apa
faktor-faktor yaang mempengaruhi perkembangan manusia ?
3.
Bagaimana
pendapat para ahli tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia
?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui pengertian perkembangan.
2.
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pada manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perkembangan
Perkembangan berarti
perubahan secara kualitatif. Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekadar
penambahan tiap senti pada tinggi badan seseorang atau kemampuan seseorang,
melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks.
Dalam Kamus Bahasa
Indonesia Kontemporer, perkembangan adalah perihal berkembang, mekar, terbuka
membentang, menjadi besar, luas, banyak, dan sebagainya. Kata berkembang tidak
saja meliputi aspek yang bersifat abstrak dalam hal kualitas, seperti pikiran
dan pengetahuan, namun juga bersifat konkret yang menunjukkan perkembangan
positif.
Perkembangan menurut
istilah adalah development, yang merupakan rangkaian yang bersifat progresif
dan teratur dari fungsi jasmaniah dan ruhaniah sebagai sebab pengaruh kerja
sama antara kematangan (maturation) dan pelajaran (learning).
Seorang ahli
interaksionimisme, Piaget (1947), berpendapat bahwa perkembangan mementingkan
perkembangan intelektual dan perkembangan moral yang saling berhubungan. Moral
dipandang dengan intelektual anak. Perkembangan berjalan melalui stadium fan
membawa anak dari tingkatan struktur yang lebih tinggi.[1]
Perkembangan
(development) adalah suatu proses tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju.
Perkembangan melibatkan proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu
fungsi-fungsi organ jasmaniah. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan
itu terletak pada pentyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh
organ-organ fisik.
Menurut Mussen dkk.
(1984), development in its most general psychological sense refers to certain
canges that occurs in human beings (or animals) between conception and death
(perkembangan merupakan suatu perubahan yang terjadi paa manusia atau hewan di
antara konsepsi sampai meninggal dunia).[2]
Dari beberapa pengertian
di atas, dapat disimpilkan bahwa perkembangan melibatkan aspek, yakni:
1.
Pengenalan
2.
Transmisi
sosial, yaitu penanaman nilai-nilai melalui pendidikan, belajar, penyesuaian
diri (adapptasi), serta bagaimana menghadapi realitas kehidupan.
3.
Kematanagn
yang dilakukan oleh individu dalam setiap aktivitasnya.
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia
1. Faktor
Turunan (Warisan)
Turunan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak. Ia lahir ke dunia ini membawa berbagai ragam warisan yang bersala dari
kedua ibu-bapak atau nenek dan kakek. Warisan (turunan atau pembawaan) tersebut
yang terpenting, antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, intelegensi,
bakat, sifat-sifat atau watak dan penyakit.
Warisan atau turunan yang dibawa anak sejak dari kandungan sebagian
besar berasal dari kedua orang tuanya dan selebihnya berasal dari nenek
moyangnya kedua belah pihak (ibu dan ayahnya).
2. Faktor
Lingkungan
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat
mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan
alam sekitar dengan iklimnya, flora, dan faunanya.
Besar kecil pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan
perkembangannya tergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta
jasmani dan rohaninya.
C.
Pendapat Para Ahli Tentang Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Manusia
Dalam menentukan faktor-faktor
yang memepengaruhi perkembangan siswa, para ahli berbeda pendapat karena sudut
pandang dan pendekatan mereka terhadap eksistensi siswa tidak sama.
1.
Nativisme
Para ahli yang mengikuti aliran nativisme berpendapat bahwa
perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa
sejak lahir. Natus berarti lahir, perkembangan individu semata-mata tergantung
dari pembawaannya. Menurut teori ini, pengalaman dan pendidikan tidak
berpengaruh apa-apa. Pandangan seperti ini disebut dengan "pesimisme
paedagogis". Menurut teori ini sewaktu individu dilahirkan telah membawa
sifat-sifat tertentu, dan sifat-sifat inilah yang akan menentukan keadaan
individu yang bersangkutan, sedangkan faktor lain yaitu lingkungan termasuk di
dalamnya pendidikan dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan
individu itu. Teori ini dikemukakan oleh Schopenhauer.[3]
Teori ini menimbulkan pandangan seakan-akan manusia telah ditentukan
oleh sifat-sifat sebelumnya, yang tidak dapat diubah sehingga individu akan
sangat tergantung kepada sifat-sifat yang diturunkan oleh orang tuany. Aliran
ini diperkuat oleh Chomsky, seorang ahli linguistic bahwa perkembangan bahasa
pada manusia tidak dapat dipengaruhi semata-mata oleh proses belajar, tetapi
yang lebih penting adalah "biological predisposition" (kecenderungan
biologi) yang dibawa sejak lahir.
Chomsky tidak menafikan sama sekali
peran belajar dan pengalaman berbahasa, juga lingkungan. Baginya semua
ini ada pengaruhnya, tetapi pengaruh bawaan bertata bahasa jauh lebih besar
lagi bagi perkembangan bahasa manusia.
Sebagai Contoh, jika sepasang orang tua ahli musik, maka anak-anak yang
mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimau pun akan melahirkan harimau,
tidak akan melahirkan domba.
2.
Empirisme
Aliran ini bertentangan dengan nativisme, aliran empirisme berpendapat
bahwa perkembangan itu semata-mata berasal dari faktor lingkungan. Tokoh utama
aliran ini adalah John Locke (1632-1704). Doktrin aliran empirisme terkenal
dengan teori "tabula rasa". Doktrin tabula rasa ini menekankan
pentingnya arti pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti perkembangan
manusia itu semata-mata bergantung dari lingkungan dalam pengalaman
pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan ssejak lahir dianggap tidak ada
pengaruhnya. Aliran ini telah memunculkan "optimisme paedagogis".
Individu yang dilahirkan sebagai kertas itu sebagai kertas atau meja
putih bersih yang belum ada tulisan-tulisannya. Akan menjadi apakah individu
itu kemudian tergantung kepada apa yang akan dituliskan di atasnya. Karena itu
peranan pendidikan dalam hal ini sangat besar, pendidikanlah yang akan
menetukan keadaan individu itu di kemudian hari. Karena itu aliran atau teori
ini dalam lapangan pendidikan menimbilkan pandangan optimis yang memandang
bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk membentuk pribadi
individu.[4]
Apabila aliran empirisme ini teruji dan konsepi ini memang bettul-betul
benar, maka kita akan menciptakan manusia ideal sebagaimana yang kita
cita-citakan asal kita dapat menyediakan kondisi-kondisi yang diperlukan itu.
Namun dalam realitasnya, yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari berbeda
dari apa yang kita gambarkan. Banyak anak orang kaya atau orang pandai yang
mengecewakan orang tuanya karena kurang berhasil dalam belajar, sekalipun
mereka dilengkapi dengan bermacam fasilitas beragam. Sebaliknya, banyak kita
jumpai anak-anak orang kurang mampu sangat berhasil dalam belajar walaupn
fasilitas-fasilitas yang mereka punya sangat terbatas dan kurang mencukupi.
3.
Konvergensi
Aliran ini merupakan gabungan antara aliran empirisme dan aliran
nativisme yang mengggabungkan arti nereditas (pembawaan) dengan lingkungan
sebagai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Louis
William stern (1871-1938) menganggap bahwa bakat sebagai kemungkinan yang telah
ada pada masing masing individu yang dapat dikembangkan apabila ditunjang
dengan pengaruh lingkungan. Bakat yang sudah ada sebagai kemungkinan jika
mendapat pengaruh lingkungan yang serasi, belum tentu dapat berkembang, kecuali
bakat itu memang sudah matang.
Oleh karena itu, yang perli dipertimbangkan adalah kematangan. Dalam
pendidikan, kematangan ataupun kondisi fisik akan memperoleh pengakuan sosial
apabila individu yang bersangkutan mengusahakan social learning (belajar
berinteraksi dengan orang lain atau kelompok serta menyesuaikan diri dengan
nilai-nilai serta minat-minat kelompok). [5]
Untuk lebih konkretnya, marilah kita ambil sebuah contoh. Seorang anak
yang normal pasti memiliki bakat untuk berdiri tegak di atas kedua kakinya.
Tetapi apabila anak tersebut tidak hidup di lingkungan masyarakat manusia
misalnya kalau dia dibuang ke tengah hutan belantara dan tinggal bersama hewan,
maka bakat berdiri yang ia miliki secara turun temurun dari orang tuanya itu
akan sulit diwujudkan. Jika anak tersebut diasuh oleh sekelompok serigala,
tentu ia akan berjalan diatas kedua kaki dan tangannya. Dia kan merangkak
seperti serigala pula. jadi, bakat dan pembawaan dalam hal ini jelas tidak ada
pengaruhnya apabila lingkungan atau pengalaman tidak mengembangkannya.
Dari bermacam-macam teori perkembangan seperti tersebut di atas, teori
yang dikemukakan oleh W. Stern-lah merupakan teori yang dapat diterima oleh
para ahli pada umumnya, sehingga teori yang dikemukakan oleh W. Stern merupakan
salah satu hukum perkembangan individu di samping adanya hukum-hukum
perkembangan yang lain. Di Indonesia teori konvergensi inilah yang dapat
diterima, seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara: “Tentang hubungan
antara dasar dan keadaan ini menurut ilmu pendidikan ditetapkan adanya
“konvergensi” yang berarti bahwa kedua-duanya saling mempengaruhi, hingga garis
dasar keadaan itu selalu tarik menarik dan akhirnya menjadi satu. Mengenai
perlu tidaknya tuntutan di dalam tumbuhnya manusia, samalah keadaannya dengan
soal perlu atau tidaknya pemeliharaan dalam tumbuhnya tanam-tanaman. Misalnya,
kalau sebutir jagung yang baik dasarnya jatuh pada tanah baik, banyak airnya
dan dapat sinar matahari, maka pemeliharaan dari bapak tani tentu akan menambah
baiknya tanaman. Kalau tidak ada pemeliharaan, sedangkan tanahnya tidak baik,
atau tempat jatuhnya biji jagung itu tidak mendapat sinar matahari atau
kekurangan air, maka biji jagung itu walaupun dasarnya baik, tak akan dapat
tumbuh baik karena pengaruh keadaan . Sebaliknya kalau sebutir jagunng tidak
baik dasarnya, akan tetapi ditanam dengan pemeliharaan yang sebaik-baiknya oleh
bapak tani, maka biji itu akan dapat tumbuh lebih baik daripada biji lain-lainya
yang tidak baik dasarnya”.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Perkembangan berarti
perubahan secara kualitatif. Ini berarti bahwa perkembangan bukan sekadar
penambahan tiap senti pada tinggi badan seseorang atau kemampuan seseorang,
melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan:
1.
Faktor
Turunan (Warisan)
2.
Faktor
Lingkungan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan menurut para ahli:
1.
Aliran
nativisme
2.
Aliran
empirisme
3.
Aliran
konvergensi
B.
Saran
Dengan eksistensi
makalah ini dapat menjadi ajuan dalam meningkatkan wawasan kita tentang
faktor-faktor perkembangan manusia, serta menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun dalam kesempurnaan makalah kami ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Abu H. Psikologi Umum. Cet. III; Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2003.
Ahmadi Abu H, Sholeh Munawar. Psikologi Perkembangan. Cet. I; Jakarta:
PT. Rineka Cipta. 2005.
Baharuddin H. Pendidikan & Psikologi Perkembangan. Cet. I;
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2009.
[1] Ahmad Abu H. Psikologi Umum.
Cet. III; (Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2003) h. 37
[2] Ahmad Abu H. Psikologi Umum.
Cet. III; ... h. 38
[3] Ahmadi Abu H, Sholeh Munawar. Psikologi
Perkembangan. (Cet. I; Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2005)
[4] Ahmadi Abu H, Sholeh Munawar. Psikologi
Perkembangan. ... h. 146
[5] Baharuddin H. Pendidikan &
Psikologi Perkembangan. (Cet. I; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2009) h. 71
No comments:
Post a Comment