Wednesday, April 18, 2018

Makalah_Ayat-ayat Kauniyah


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Al Qur’an sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW  yang dijadikan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia, sejatinya tidak hanya berisi tentang hukum-hukum menyoal permasalahan agama saja. Kitab suci umat Islam ini juga memuat tentang tanda-tanda kebesaran Tuhan yang bisa kita lihat di sekeliling kita. Tanda-tanda tersebut berupa segala bentuk ciptaan Allah berupa alam semesta dan semua yang ada di dalamnya. Yang kesemuanya itu disebut dengan ayat kauniyah. Jadi ayat kauniyah merupakan ayat atau tanda yang wujud di sekeliling manusia yang diciptakan oleh Allah.
Selain mengambil hukum-hukum dari dalam Al Qur’an, sudah selayaknya kita mengkaji pula ayat-ayat kauniyah yang terkandung dalam Al Qur’an. Karena dengan merenungi ayat-ayat kauniyah ini kita akan dapat merasakan keagungan dan ke-Mahabesaran Allah. Dan menyadari betapa lemah dan tak berdayanya diri ini di hadapan Rabb Sang Pencipta. Ayat-ayat kauniyah ini juga dapat menginspirasi manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan untuk kemaslahatan hidupnya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakanag di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.      Apa yang dimaksud dengn ayat-ayat kauniyah?
2.      Bagaimana penjelasan mengenai malaika dan mahluk ghaib lainya?
3.      Bagaimana penjelasan mengenai nabi, rasul dan kitab suci?
4.      Bagaimana pejelasan mengenai hari akhir, qada dan qadar?

C.     Tujuan  
Tujuan pembahasan makalah ini adalah :
1.      Untuk memahami pengertian ayat-ayat kauniyah
2.      Untuk memahami penelasan mengenai malaikat dan mahluk ghaib lainya
3.      Untuk memahami penjelasan mengenai nabi, rasul dan kitab suci
4.      Untuk memahami pejelasan mengenai hari akhir, qada dan qadar


5.       
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Ayat-ayat Kauniyah
1.      Pengertian Ayat-ayat Kauniyah
Ayat kauniyah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling manusia yang diciptakan oleh Allah. Ayat-ayat ini adalah ayat-ayat dalam bentuk segala ciptaan Allah berupa alam semesta dan semua yang ada di dalamnya. [1]
Ayat-ayat ini meliputi segala macam ciptaan Allah, baik itu yang kecil (mikrokosmos) ataupun yang  besar  (makrokosmos). Bahkan diri kita baik secara fisik maupun psikis juga merupakan ayat kauniyah. Oleh karena alam ini hanya mampu dilaksanakan oleh Allah dengan segala sistem dan peraturannya yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan Penciptanya. Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat Fushshilat ayat 53.
óOÎgƒÎŽã\y $uZÏF»tƒ#uä Îû É-$sùFy$# þÎûur öNÍkŦàÿRr& 4Ó®Lym tû¨üt7oKtƒ öNßgs9 çm¯Rr& ,ptø:$# 3 öNs9urr& É#õ3tƒ y7În/tÎ/ ¼çm¯Rr& 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« îÍky­ ÇÎÌÈ  
Artinya : “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”
Demikian pula keindahannya, kerapian, dan kekokohannya yang membuat kagum orang yang berakal. Semua itu menunjukkan keluasaan ilmu Allah SWT dan keluasan hikmahNya.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata, “ apabila anda memperhatikan seruan Allah SWT untuk tafakur, hal itu akan mengantar pada ilmu tentang Allah, tentang keesaan-Nya, sifat-sifat keagungan-Nya, dan kesempurnaan-Nya, seperti qudrat, ilmu, hikmah, rahmat, ihsan, keadilan, ridho, murka, pahala, dan siksaNya “.
Begitulah cara Dia memperkenalkan diri kepada hamba-hambaNya dan mengajak mereka untuk merenungi ayat-ayatNya.
Oleh karena itu, Al-Qur’an banyak menyebutkan perintah untuk merenungi ayat-ayat kauniyah dan bukti-bukti kekuasaanNya ini. Mengajak mereka untuk berfikir dan memperhatikan, karena manfaatnya sangat banyak bagi hamba.
2.      Manfaat Ayat-Ayat Kauniyah
Manfaat dan nikmat dari ayat-ayat kauniyah yang menunjukkan keluasaan rahmat Allah, kemahamurahan, dan kebaikan-Nya, diantaranya:
a.       Merasakan keagungan Allah dan kelemahan diri.[2]
Pengagungan akan melahirkan kecintaan, rasa takut untuk mendurhakai-Nya, juga berharap hanya kepada Allah. Sedangkan menyadari kelemahan diri akan membuat manusia inabah, mengembalikan urusan kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya dan menjauhkan diri dari sifat congkak dan sombong.
b.      Setiap makhluk yang berada di muka bumi ini menjadi sumber inspirasi bagi manusia untuk mendapatkan maslahat duniawi dan ukhrawi. Bukankah terciptanya pesawat dan helikopter itu karena inspirasi dari burung dan capung? Manusia juga bisa mendapat pelajaran dari mujahadahnya semut, tawakalnya seekor burung dan masih banyak lagi. Setiap makhluk menjadi sumber inspirasi.
c.       Mendorong manusia untuk bersyukur. Karena tidak satupun makhluk yang diciptakan oleh Allah melainkan faedah bagi manusia. Satu contoh andai saja manusia harus membayar pajak untuk penerangan matahari, berapa biaya harus dikeluarkan oleh manusia? Kenyataan ini melahirkan rasa syukur dan pengakuan, “Wahai Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini sia-sia, Maha Suci Engkau maka jauhkanlah kami dari siksa neraka” (QS. Ali Imran:191).
الذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى جنوبهم ويتفكرون في خلق السماوات والأرض ربنا ما خلقت هذا باطلا سبحانك فقنا عذاب النار
Artinya:
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
3.      Contoh Ayat-Ayat Kauniyah
a.       Surat Yunus ayat 101
È@è% (#rãÝàR$# #sŒ$tB Îû ÅVºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 $tBur ÓÍ_øóè? àM»tƒFy$# âäY9$#ur `tã 7Qöqs% žw tbqãZÏB÷sムÇÊÉÊÈ  
Artinya: “Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-Rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".
Penjelasan ayat
Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta umatnya untuk memerhatikan apa yang ada di langit dan di bumi secara lebih mendetail. Perintah ini mengandung maksud agar manusia menggunakan akalnya untuk mempelajari, meneliti dan mengelola sumber kekayaan alam dan ciptaan Allah yang lain, manusia harus menguasai berbagai pengetahuan dan teknologi.[3]
b.      Surah Ar Rahman ayat 33
uŽ|³÷èyJ»tƒ Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ÈbÎ) öNçF÷èsÜtGó$# br& (#räàÿZs? ô`ÏB Í$sÜø%r& ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur (#räàÿR$$sù 4 Ÿw šcräàÿZs? žwÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0 ÇÌÌÈ  
Artinya: “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”
Penjelasan ayat
Bahwa tidaklah mungkin bagi seseorang untuk menembus langit kecuali setelah memperoleh kekuatan cukup. Ayat-ayat terdahulu memberi peringatan yang sama. Akan tetapi setelah dicapai kemajuan dan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan setelah kita mempersiapkan diri untuk menjelajahi planet-planet menjadi kewajiban kita sekarang untuk mencoba menelaah lebih dalam lagi makna yang dikandung ayat ini. Sesungguhnya Al-Quran itu kitab segala zaman dan selalu sesuai dengan nafas setiap zaman. Tiada keraguan lagi dalam pengetahuan Allahlah bahwa suatu waktu manusia akan memperoleh tingkat ilmu yang tinggi dan membuat kemajuan yang pesat dalam bidang ilmu pengetahuan. Dan di zaman ruang angkasa ini sudah tepat waktunya mengingatkan manusia bahwa kitab suci ini diturunkan oleh Allah SWT. [4]
Ungkapan tuhan bahwa manusia tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuasaanpun perlu memperoleh penafsiran kembali. Dulunya mereka menafsirkanya sebagai sesuatu yang tidak mungkin sama sekali dilakukan. Akan tetapi sekarang kata-kata ini harus diartikan sebagai petunjuk dan kemudian sebagai pendorong untuk berusaha. Demikianlah sekalipun kenyataan bahwa wilayah langit dan bumi tidaklah ditentukan dengan mencapai bulan ataupun planet mars. Lingkunganya lebih banyak lagi. Sebelum kita mengutip ayat-ayat yang sama artinya dan yang menerangkan bagaimana penjelajah angkasa luar akan menghadapi bahaya penghancuran dalam upaya pengembaraanya.

B.     Malaikat dan Mahluk Ghaib Lainya
Malaikat adalah makhluk Allah yang berjisim, tidak dapat dilihat, dirasa dan dilihat oleh mata. Malaikat diciptakan dari nur atau cahaya dan selalu patuh kepada Allah Swt. Oleh karena itu alam malaikat berbeda dengan alam manusia dengan sifat-sifatnya pasti berbeda pula dengan manusia. Beriman kepada malaikat adalah percaya bahwa malaikat itu benar-benar ada, diciptakan oleh Allah Swt dalam alam ghaib, yaitu dari nur atau cahaya dan mempunyai tugas yang berbeda-beda sesuai dengan ketentuan Allah.[5]
Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk yang dinamai “malaikat”, yang tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih tegas, iman kepada malaikat ialah beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara antara Allah dengan rasul-Nya, yang membawa wahyu kepada Rasul-Nya itu.
Selain malaikat, Allah juga menciptakan makhluk ghaib lainnya seperti yang sering kita dengar atau kita ketahui yaitu Jin, Iblis dan Setan.
Beriman kepada yang ghaib adalah termasuk salah satu asas dari akidah Islam, bahkan ianya merupakan sifat yang pertama dan utama yang dimiliki oleh Allah SWT Justru itu, bagi setiap orang Muslim, mereka wajib beriman kepada yang ghaib, tanpa sedikitpun ada rasa ragu. Dalam perkara ini Ibn Mas’ud mengatakan: Yang dimaksudkan dengan yang ghaib itu ialah segala apa saja yang ghaib dari kita dan perkara itu diberitahukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Begitu juga jin. Jin termasuk makhluk ghaib yang wajib kita imani, kerana banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang menerangkan tentang wujudnya.
Walaupun jin itu tidak dapat dilihat, maka bukanlah bererti ia tidak ada. Sebab berapa banyaknya sesuatu yang tidak dapat kita lihat di dunia ini, akan tetapi benda itu ada. Angin misalnya, kita tidak dapat melihatnya, tetapi hembusannya dapat kita rasakan. Begitu juga roh yang merupakan hakikat dari kehidupan kita, kita tidak dapat melihatnya serta tidak dapat mengetahui tentang hakikatnya akan tetapi kita tetap meyakini wujudnya.
Jin, iblis dan setan masih menyisakan kontroversi hingga kini. Namun yang jelas, eksistensi mereka diakui dalam syariat. Sehingga, jika masih ada dari kalangan muslim yang meragukan keberadaan mereka, teramat pantas jika diragukan keimanannya. Dengan adanya berbagai pendapat tentang Jin, iblis dan setan maka kami pemakalah berusaha untuk mejelaskan tentang makhluk ghaib ini sesuai dengan apa yang kami ketahui.
Jin termasuk makhluk halus yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia.Diciptakan dari api yang panas.Sebagaimana firman Allah SWT dalam (QS. Al-Rahman: 15).
t,n=yzur ¨b!$yfø9$# `ÏB 8lÍ$¨B `ÏiB 9$¯R ÇÊÎÈ  
Artimya: Dan dia menciptakan Jin dari nyala api.
Manusia dan jin diciptakan oleh Allah untuk beribadah. Hal ini tercantum dalam (QS. Adz-Dzariyaat: 56).

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Dari ayat ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Jin dan Manusia sama derajat dan kedudukannya di sisi Allah, yaitu untuk menyembah dan beribadah kepadaNya.
Jin dicipatakan oleh Allah dari api yang sangat panas, sedangkan iblis dan setan merupakan golongan dari jin. Kata iblis berasal dari bahasa Arab Iblas yang artinya putus dari rahmat atau kasih sayang Allah. Sedangkan kata setan berasal dari bahasa arab syithana yang artinya jauh. Jadi, setan artinya sangat jauh, yaitu sangat jauh dari kebajikan dan sangat dekat dengan kejahatan.
Setan sebenarnya dari nafsu jelek dari manusia maupun Jin. Iblis adalah nama jin yang dulunya di Surga yang pernah tidak menyukai Adam dan Hawa. Iblis adalah sebutan nama jin seperti nama orang. Sedangkan Jin adalah bangsa jin yang dari keturunan Iblis seperti bangsa manusia yang dari keturunan Adam dan Hawa.
Jin diciptakan dari api, ada jin yang Islam dan ada yang kafir.  Iblis dan syetan diciptakan dari api, memiliki sifat mendurhakai Allah SWT.

C.     Nabi, Rasul dan Kita Suci
Allah menyatakan, bahwa segala sesuatu yang ada didalam alam ini diciptakannya bukanlah untuk main-main dan bukan pula sia-sia. Akal manusia pun tidaklah dapat menerima, bahwa Allah yang bersifat dengan segala macam sifat kesempurnaan itu menciptakan segala sesuatu itu dengan sia-sia untuk main-main. Menurut akal, setiap orang yang bersifat dengan sifat kesempurnaan, mustahil mengerjakan sesuatu dengan berencana. Berencana berarti juga mempunyai tujuan tertentu. Allah adalah Maha sempurna, karena itu tentulah Ia menciptakan segala sesuatu dengan tujuan tertentu.[6]
Karena tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk mengabdikan diri kepada-Nya, maka haruslah ada aturan untuk mengabdikan diri tersebut.Tanpa aturan mustahilah pengabdian diri tersebut dapat dilaksanakan. Dan aturan ini haruslah datangnya dari Allah sendiri. Sebab mustahil manusia akan dapat membuat aturan tersebut yang sesuai dengan keinginan Allah. Karena manusia tidaklah mungkin untuk dapat mengetahui apa yang diinginkan (keinginan)Allah itu. Jangankan keinginan Allah, keinginan manusia yang lain saja tak dapat diketahui oleh manusia sehingga ada pepatah yang mengatakan: Dalam laut dapat diduga, dalam hati siapa tahu. Karena itulah Allah yang Maha tahu mengirimkan aturan kepada manusia dengan perantaraan Rasul-Nya dalam bentuk kitab suci.
Dan karena itu pula manusia harus meyakini adanya kitab suci tersebut dan mempelajarinya serta mengamalkannya dengan baik, agar pengabdian diri itu terlaksana dengan baik pula dan sesuai dengan kehendak Allah sendiri.
Di samping itu Allah menyatakan pula, bahwa manusia dikirim-Nya ke bumi ini adalah dalam rangka:
1.      Melaksanakan tugas sebagai Khalifah Allah
2.      Mengemban amanat Allah
3.      Memenuhi janji dengan Allah
Manusia  diciptakan sebagai sebaik-baik makhluk yang mempunyai akal pikiran dan perasaan. Allah menyampaikan peraturan-Nya kepada manusia dengan mengutus beberapa manusia yang dipilih sebagai nabi dan rasul, agar manusia dapat mempergunakan pancaindera serta akal pikirannya untuk mengamati petunjuk-petunjuk hidup dan tanda-tanda kekuasaan Allah yang disampaikan melalui para nabi dan rasul tersebut.
Allah berfirman: Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari Malaikat dan dari manusia; Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.
Rasul dalam arti bahasa adalah orang yang diutus untuk menyampaikan sesuatu hal. Sedang dalam arti syara’ Rasul adalah orang yang diberi wahyu oleh Allah lewat perantaraan malaikat Jibril untuk membimbing hidup dan kehidupan umat manusia menuju hidup bahagia sejahtera yang hakiki baik di dunia dan di akhirat. Sedangkan pengertian nabi secara bahasa adalah orang yang memberi kabar atau orang yang mengabarkan hal-hal ghaib. Secara agama ialah orang yang mengabarkan sesuatu dari Allah dengan wahyu atau dengan ilham.
Para nabi dan rasul adalah manusia biasa, makhluk Allah yang tidak mempunyai sedikitpun keistimewaan rububiyah ataupun uluhiyah. Dan sebagai manusia biasa para mereka juga mengalami berbagai pengalaman, sebagaimana yang biasa dialami oleh manusia biasa. Nabi dan Rasul juga makan dan minum, sering terlihat keluar masuk pasar sebagaimana layaknya manusia biasa.[7]
Adapun perbedaan antara nabi dan rasul adalah rasul diberi wahyu oleh Allah dan diwajibkan untuk menyampaikan kepada manusia. Tetapi nabi diberi wahyu oleh Allah dan tidak diwajibkan untuk menyampaikan kepada manusia. Sedangkan perbedaan nabi dan rasul dengan manusia biasa terletak pada satu hal saja, yaitu para Nabi dan Rasul diberi wahyu oleh Allah swt yang isi intinya adalah untuk mentauhidkan Allah serta hidup menurut tuntunan syari’at Islam.

D.    Hari Akhir, Qada’ dan Qadar
Hari akhir disebut juga dengan hari kiamat, artinya hari kebangkitan. Pada hari kebangkitan ini semua manusia yang telah meninggal dibangkitkan kembali untuk mempertanggung-jawabkan semua amal perbuatannya selama hidup di dunia. Tanda Terjadinya Kiamat :[8]
1.      Terbitnya matahari dari arah barat dan terbenam dari arah timur. Hal ini terjadi karena perubahan besar dalam susunan alam semesta.
2.      Keluarnya suatu binatang yang sangat aneh. Binatang ini dapat bercakap-cakap kepada semua orang dan menunjukkan kepada manusia bahwa kiamat sudah sangat dekat.
3.      Datangnya Al-Mahdi. Beliau termasuk keturunan dari Rasulullah SAW. Oleh karena itu, beliau serupa benar akhlak dan budi pekertinya dengan Rasulullah SAW.
4.      Munculnya Dajal. Dajal adalah seorang yang muncul sebagai tanda semakin dekat datangnya kiamat. Dajal bermata buta sebelah dan mengaku sebagai “Tuhan”.
5.      Hilang dan lenyapnya Al-Qur’an dan mushaf, hafalan dalam hati. Bahkan lenyap pulalah yang ada di dalam hati seseorang.
6.      Berkumpulnya manusia, seperti selamatan kelahiran, khitanan, perkawinan, ulang tahun, dll. Akan tetapi tidak pernah sedikit pun dijalankan perintah-perintah-Nya serta dijauhi larangan-Nya.
7.      Turunnya Nabi Isa as. Beliau akan turun ke bumi ini di tengah-tengah merajalela pengaruh Dajal.
Dalam Al-Quran kata qada berarti hukum atau keputusan (Q.S. An-Nisa : 65), perintah (Q.S. Al-Isra : 23), kehendak ( Q.S. Ali Imran : 47), dan mewujudkan atau menjadikan (Q.S. Fusillat : 12). Sedangkan kata qadar berarti kekuasaan atau kemampuan (Q.S. Al-Baqoroh : 236), ketentuan atau kepastian (Q.s. Al Mursalat : 23), Ukuran (Q.S. Ar Ra’d :17), dengan mengatur serta menentukan suatu menurut batas-batasnya (Q.S. Fussilat : 10).
Ulama Asy’ariah, yang di pelopori oleh Abu Hasan Al Asy’Ari (wafat di basrah Tahun 330 H), berpendapat bahwa qada ialah kehendak Allah SWT mengenai segala hal dan keadaan, kebaikan dan keburukan, yang sesuai dengan apa yang akan di ciptakan dan tidak akan berubah-ubah sampai terwujudnya kehendak tersebut. Sedangkan qadar adalah perwujudan kehendak Allah SWT terhadap semua mahkluknya dalam bentu-bentuk dan batasan-batasan tertentu, baik mengenai zat-zatnya ataupun sipat-sipatnya.
Menurut ulama Asy’ariah ini, jelaslah bahwa hubungan qada dengan qadar merupakan satu kesatuan, karena qada merupakan kehendak Allah SWT, sedangkan qadar merupakan perwujudan dari kehendak itu. Qada bersifat Qadim (lebih dulu ada) sedangkan qadar bersipat hadis (baru).
Selain itu, ada pula ulama yang berpendapat bahwa hubungan antara qada dan qadar merupakan dwi tunggal, karena dapat di katakan bahwa pengertian qada sama dengan pengertian qadar.[9]
Rasulullah SAW ketika di tanya oleh malaikat Jibril tentang dasar-dasar iman, beliau hanya menyebutkan (iman kepada qadar”, tanpa menyebutkan iman kepada qada dan qadar. Rasulullah SAW bersabda :
االإ يمان أ ن تو من با لله وملا ئكته وكتبه ورسله واليوم الا خر وتومن با لقد ر خيره وسره (رواه مسلم)
Artinya : “Iman itu ialah engkau percaya kepada Allah, para malaikatnya, kitab-kitabnya, para Rasulnya, hari akhirat, dan engkau percaya kepada qadar yang baiknya ataupun yang buruk”. (H.R. Muslim)
Iman kepada qada dan qadar dalam ungkapan sehari-hari lebih popular dengan sebutan iman kepada takdir. Iman kepada takdir berarti percaya bahwa segala apa yang terjadi di alam semesta ini, seperti adanya siang dan malam, adanya tanah yang subur dan yang tandus, hidup dan mati, rezeki dan jodoh seseorang merupakan kehendak dan ketentuan Allah SWT.


BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab II dapat pemakalah simpulkan bahwa  Iman adalah keyakinan yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dilaksanakan dengan amal perbuatan.
Ayat kauniyah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling manusia yang diciptakan oleh Allah. Ayat-ayat ini adalah ayat-ayat dalam bentuk segala ciptaan Allah berupa alam semesta dan semua yang ada di dalamnya.
Kalau kita melihat qada’menurut bahasa artinya Ketetapan.Qada’artinya ketatapan Allah swt kepada setiap mahluk-Nya yang bersifat Azali.Azali Artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnya keberadaan atau kelahiran mahluk.
Malaikat adalah makhluk Allah yang berjisim, tidak dapat dilihat, dirasa dan dilihat oleh mata. Malaikat diciptakan dari nur atau cahaya dan selalu patuh kepada Allah Swt. Oleh karena itu alam malaikat berbeda dengan alam manusia dengan sifat-sifatnya pasti berbeda pula dengan manusia. Beriman kepada malaikat adalah percaya bahwa malaikat itu benar-benar ada, diciptakan oleh Allah Swt dalam alam ghaib, yaitu dari nur atau cahaya dan mempunyai tugas yang berbeda-beda sesuai dengan ketentuan Allah
Sedangkan Qadar artinya menurut bahasa berarti ukuran.Qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentuan sebelumnya. Qaqda’ Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir.

B.     Saran
Demikianlah pembahasan mengenai aqidah akhlak, semoga dapat bermafat bagi kita semua. Kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

El-Fandy, Muhammad Jamaluddin. Al-Quran Tentang Alam Semesta. (Jakarta : Amzah, 2000)

Fauziyah, Lilis dan Andi Setyawan. Kebenaran al-Quran dan Hadis. (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007)

Soepardjo,  dan Ngadiyanto, Mutiara Akhlak dalam Pendidikan Agama Islam, (Solo: Tiga Serangkai, 2004)

Syahminan Zaini, Kuliah Aqidah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983)

Musthafa Kamal Pasha, Aqidah Islam, (Jogjakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003)

Subki. A’la. Junaidi dkk. Akidah akhlak, (gema Nusa. Klaten utara, 2008)


[1] El-Fandy, Muhammad Jamaluddin. Al-Quran Tentang Alam Semesta. (Jakarta : Amzah, 2000) h. 36
[2] El-Fandy, Muhammad Jamaluddin. Al-Quran Tentang Alam Semesta.  ... h. 38
[3] Fauziyah, Lilis dan Andi Setyawan. Kebenaran al-Quran dan Hadis. (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007) h. 45
[4] Fauziyah, Lilis dan Andi Setyawan. Kebenaran al-Quran dan Hadis.  h. 47
[5] Soepardjo,  dan Ngadiyanto, Mutiara Akhlak dalam Pendidikan Agama Islam, (Solo: Tiga Serangkai, 2004), h. 45
[6] Syahminan Zaini, Kuliah Aqidah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) hal.213
[7] Musthafa Kamal Pasha, Aqidah Islam, (Jogjakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003) hal 135
[8] Subki. A’la. Junaidi dkk. Akidah akhlak, (gema Nusa. Klaten utara, 2008) h. 75
[9] Subki. A’la. Junaidi dkk. Akidah akhlak, (gema Nusa. Klaten utara, 2008) h. 77

No comments:

Post a Comment