BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Al Qur’an sebagai
mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW yang
dijadikan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia, sejatinya tidak hanya berisi
tentang hukum-hukum menyoal permasalahan agama saja. Kitab suci umat Islam ini juga
memuat tentang tanda-tanda kebesaran Tuhan yang bisa kita lihat di sekeliling
kita. Tanda-tanda tersebut berupa segala bentuk ciptaan Allah berupa alam
semesta dan semua yang ada di dalamnya. Yang kesemuanya itu disebut dengan ayat
kauniyah. Jadi ayat kauniyah merupakan ayat atau tanda yang wujud di sekeliling
manusia yang diciptakan oleh Allah.
Selain mengambil
hukum-hukum dari dalam Al Qur’an, sudah selayaknya kita mengkaji pula ayat-ayat
kauniyah yang terkandung dalam Al Qur’an. Karena dengan merenungi ayat-ayat
kauniyah ini kita akan dapat merasakan keagungan dan ke-Mahabesaran Allah. Dan
menyadari betapa lemah dan tak berdayanya diri ini di hadapan Rabb Sang
Pencipta. Ayat-ayat kauniyah ini juga dapat menginspirasi manusia dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan untuk kemaslahatan
hidupnya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakanag di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.
Apa yang
dimaksud dengn ayat-ayat kauniyah?
2.
Bagaimana
penjelasan mengenai malaika dan mahluk ghaib lainya?
3.
Bagaimana
penjelasan mengenai nabi, rasul dan kitab suci?
4.
Bagaimana
pejelasan mengenai hari akhir, qada dan qadar?
C.
Tujuan
Tujuan pembahasan makalah ini adalah :
1. Untuk memahami pengertian ayat-ayat kauniyah
2.
Untuk
memahami penelasan mengenai malaikat dan mahluk ghaib lainya
3.
Untuk
memahami penjelasan mengenai nabi, rasul dan kitab suci
4.
Untuk
memahami pejelasan mengenai hari akhir, qada dan qadar
5.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ayat-ayat
Kauniyah
1.
Pengertian
Ayat-ayat Kauniyah
Ayat kauniyah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling manusia
yang diciptakan oleh Allah. Ayat-ayat ini adalah ayat-ayat dalam bentuk segala
ciptaan Allah berupa alam semesta dan semua yang ada di dalamnya. [1]
Ayat-ayat ini meliputi segala macam ciptaan Allah, baik itu yang kecil
(mikrokosmos) ataupun yang besar (makrokosmos). Bahkan diri kita baik secara
fisik maupun psikis juga merupakan ayat kauniyah. Oleh karena alam ini hanya
mampu dilaksanakan oleh Allah dengan segala sistem dan peraturannya yang unik,
maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan Penciptanya. Allah berfirman
dalam Al Qur’an Surat Fushshilat ayat 53.
óOÎgÎã\y $uZÏF»t#uä Îû
É-$sùFy$#
þÎûur
öNÍkŦàÿRr& 4Ó®Lym
tû¨üt7oKt öNßgs9 çm¯Rr& ,ptø:$#
3 öNs9urr&
É#õ3t
y7În/tÎ/
¼çm¯Rr& 4n?tã Èe@ä.
&äóÓx«
îÍky ÇÎÌÈ
Artinya : “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda
(kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga
jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa
Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”
Demikian pula keindahannya, kerapian, dan kekokohannya yang
membuat kagum orang yang berakal. Semua itu menunjukkan keluasaan ilmu Allah
SWT dan keluasan hikmahNya.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata, “ apabila anda
memperhatikan seruan Allah SWT untuk tafakur, hal itu akan mengantar pada ilmu
tentang Allah, tentang keesaan-Nya, sifat-sifat keagungan-Nya, dan
kesempurnaan-Nya, seperti qudrat, ilmu, hikmah, rahmat, ihsan, keadilan, ridho,
murka, pahala, dan siksaNya “.
Begitulah cara Dia memperkenalkan diri kepada
hamba-hambaNya dan mengajak mereka untuk merenungi ayat-ayatNya.
Oleh karena itu, Al-Qur’an banyak menyebutkan perintah
untuk merenungi ayat-ayat kauniyah dan bukti-bukti kekuasaanNya ini. Mengajak
mereka untuk berfikir dan memperhatikan, karena manfaatnya sangat banyak bagi
hamba.
2.
Manfaat
Ayat-Ayat Kauniyah
Manfaat dan nikmat dari ayat-ayat kauniyah yang menunjukkan keluasaan
rahmat Allah, kemahamurahan, dan kebaikan-Nya, diantaranya:
a.
Merasakan
keagungan Allah dan kelemahan diri.[2]
Pengagungan akan
melahirkan kecintaan, rasa takut untuk mendurhakai-Nya, juga berharap hanya
kepada Allah. Sedangkan menyadari kelemahan diri akan membuat manusia inabah,
mengembalikan urusan kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya dan menjauhkan diri
dari sifat congkak dan sombong.
b.
Setiap
makhluk yang berada di muka bumi ini menjadi sumber inspirasi bagi manusia
untuk mendapatkan maslahat duniawi dan ukhrawi. Bukankah terciptanya pesawat dan
helikopter itu karena inspirasi dari burung dan capung? Manusia juga bisa
mendapat pelajaran dari mujahadahnya semut, tawakalnya seekor burung dan masih
banyak lagi. Setiap makhluk menjadi sumber inspirasi.
c.
Mendorong
manusia untuk bersyukur. Karena tidak satupun makhluk yang diciptakan oleh
Allah melainkan faedah bagi manusia. Satu contoh andai saja manusia harus
membayar pajak untuk penerangan matahari, berapa biaya harus dikeluarkan oleh
manusia? Kenyataan ini melahirkan rasa syukur dan pengakuan, “Wahai Rabb kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini sia-sia, Maha Suci Engkau maka jauhkanlah kami
dari siksa neraka” (QS. Ali Imran:191).
الذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى
جنوبهم ويتفكرون في خلق السماوات والأرض ربنا ما خلقت هذا باطلا سبحانك فقنا عذاب
النار
Artinya:
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
3.
Contoh
Ayat-Ayat Kauniyah
a. Surat Yunus ayat 101
È@è% (#rãÝàR$# #s$tB
Îû
ÅVºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 $tBur
ÓÍ_øóè? àM»tFy$# âäY9$#ur
`tã
7Qöqs%
w tbqãZÏB÷sã ÇÊÉÊÈ
Artinya: “Katakanlah: "Perhatikanlah
apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah
dan Rasul-Rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak
beriman".
Penjelasan ayat
Dalam ayat ini, Allah
SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta umatnya untuk memerhatikan
apa yang ada di langit dan di bumi secara lebih mendetail. Perintah ini
mengandung maksud agar manusia menggunakan akalnya untuk mempelajari, meneliti
dan mengelola sumber kekayaan alam dan ciptaan Allah yang lain, manusia harus
menguasai berbagai pengetahuan dan teknologi.[3]
b. Surah Ar Rahman ayat 33
u|³÷èyJ»t Çd`Ågø:$#
ħRM}$#ur
ÈbÎ) öNçF÷èsÜtGó$#
br&
(#räàÿZs? ô`ÏB Í$sÜø%r&
ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur (#räàÿR$$sù
4 w
cräàÿZs? wÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0 ÇÌÌÈ
Artinya: “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya kecuali dengan kekuatan.”
Penjelasan
ayat
Bahwa tidaklah mungkin bagi seseorang untuk menembus langit
kecuali setelah memperoleh kekuatan cukup. Ayat-ayat terdahulu memberi
peringatan yang sama. Akan tetapi setelah dicapai kemajuan dan perkembangan di
bidang ilmu pengetahuan dan setelah kita mempersiapkan diri untuk menjelajahi
planet-planet menjadi kewajiban kita sekarang untuk mencoba menelaah lebih
dalam lagi makna yang dikandung ayat ini. Sesungguhnya Al-Quran itu kitab
segala zaman dan selalu sesuai dengan nafas setiap zaman. Tiada keraguan lagi
dalam pengetahuan Allahlah bahwa suatu waktu manusia akan memperoleh tingkat
ilmu yang tinggi dan membuat kemajuan yang pesat dalam bidang ilmu pengetahuan.
Dan di zaman ruang angkasa ini sudah tepat waktunya mengingatkan manusia bahwa
kitab suci ini diturunkan oleh Allah SWT. [4]
Ungkapan tuhan bahwa manusia tidak dapat menembusnya
kecuali dengan kekuasaanpun perlu memperoleh penafsiran kembali. Dulunya mereka
menafsirkanya sebagai sesuatu yang tidak mungkin sama sekali dilakukan. Akan
tetapi sekarang kata-kata ini harus diartikan sebagai petunjuk dan kemudian
sebagai pendorong untuk berusaha. Demikianlah sekalipun kenyataan bahwa wilayah
langit dan bumi tidaklah ditentukan dengan mencapai bulan ataupun planet mars.
Lingkunganya lebih banyak lagi. Sebelum kita mengutip ayat-ayat yang sama
artinya dan yang menerangkan bagaimana penjelajah angkasa luar akan menghadapi
bahaya penghancuran dalam upaya pengembaraanya.
B.
Malaikat
dan Mahluk Ghaib Lainya
Malaikat adalah makhluk
Allah yang berjisim, tidak dapat dilihat, dirasa dan dilihat oleh mata.
Malaikat diciptakan dari nur atau cahaya dan selalu patuh kepada Allah Swt.
Oleh karena itu alam malaikat berbeda dengan alam manusia dengan sifat-sifatnya
pasti berbeda pula dengan manusia. Beriman kepada malaikat adalah percaya bahwa
malaikat itu benar-benar ada, diciptakan oleh Allah Swt dalam alam ghaib, yaitu
dari nur atau cahaya dan mempunyai tugas yang berbeda-beda sesuai dengan
ketentuan Allah.[5]
Beriman kepada malaikat
ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk yang dinamai “malaikat”, yang
tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa melaksanakan tugasnya dengan
sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih tegas, iman kepada malaikat ialah
beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara antara Allah dengan rasul-Nya,
yang membawa wahyu kepada Rasul-Nya itu.
Selain malaikat, Allah
juga menciptakan makhluk ghaib lainnya seperti yang sering kita dengar atau
kita ketahui yaitu Jin, Iblis dan Setan.
Beriman kepada yang
ghaib adalah termasuk salah satu asas dari akidah Islam, bahkan ianya merupakan
sifat yang pertama dan utama yang dimiliki oleh Allah SWT Justru itu, bagi
setiap orang Muslim, mereka wajib beriman kepada yang ghaib, tanpa sedikitpun
ada rasa ragu. Dalam perkara ini Ibn Mas’ud mengatakan: Yang dimaksudkan dengan
yang ghaib itu ialah segala apa saja yang ghaib dari kita dan perkara itu
diberitahukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Begitu juga jin. Jin termasuk makhluk
ghaib yang wajib kita imani, kerana banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi
yang menerangkan tentang wujudnya.
Walaupun jin itu tidak
dapat dilihat, maka bukanlah bererti ia tidak ada. Sebab berapa banyaknya
sesuatu yang tidak dapat kita lihat di dunia ini, akan tetapi benda itu ada.
Angin misalnya, kita tidak dapat melihatnya, tetapi hembusannya dapat kita
rasakan. Begitu juga roh yang merupakan hakikat dari kehidupan kita, kita tidak
dapat melihatnya serta tidak dapat mengetahui tentang hakikatnya akan tetapi
kita tetap meyakini wujudnya.
Jin, iblis dan setan
masih menyisakan kontroversi hingga kini. Namun yang jelas, eksistensi mereka
diakui dalam syariat. Sehingga, jika masih ada dari kalangan muslim yang
meragukan keberadaan mereka, teramat pantas jika diragukan keimanannya. Dengan
adanya berbagai pendapat tentang Jin, iblis dan setan maka kami pemakalah
berusaha untuk mejelaskan tentang makhluk ghaib ini sesuai dengan apa yang kami
ketahui.
Jin termasuk makhluk
halus yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia.Diciptakan dari api yang
panas.Sebagaimana firman Allah SWT dalam (QS. Al-Rahman: 15).
t,n=yzur ¨b!$yfø9$# `ÏB
8lÍ$¨B `ÏiB 9$¯R ÇÊÎÈ
Artimya: Dan dia
menciptakan Jin dari nyala api.
Manusia
dan jin diciptakan oleh Allah untuk beribadah. Hal ini tercantum dalam (QS.
Adz-Dzariyaat: 56).
Artinya: Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Dari
ayat ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Jin dan Manusia sama derajat dan
kedudukannya di sisi Allah, yaitu untuk menyembah dan beribadah kepadaNya.
Jin dicipatakan oleh
Allah dari api yang sangat panas, sedangkan iblis dan setan merupakan golongan
dari jin. Kata iblis berasal dari bahasa Arab Iblas yang artinya putus dari
rahmat atau kasih sayang Allah. Sedangkan kata setan berasal dari bahasa arab
syithana yang artinya jauh. Jadi, setan artinya sangat jauh, yaitu sangat jauh
dari kebajikan dan sangat dekat dengan kejahatan.
Setan sebenarnya dari
nafsu jelek dari manusia maupun Jin. Iblis adalah nama jin yang dulunya di
Surga yang pernah tidak menyukai Adam dan Hawa. Iblis adalah sebutan nama jin
seperti nama orang. Sedangkan Jin adalah bangsa jin yang dari keturunan Iblis
seperti bangsa manusia yang dari keturunan Adam dan Hawa.
Jin diciptakan dari api,
ada jin yang Islam dan ada yang kafir.
Iblis dan syetan diciptakan dari api, memiliki sifat mendurhakai Allah
SWT.
C.
Nabi,
Rasul dan Kita Suci
Allah menyatakan, bahwa
segala sesuatu yang ada didalam alam ini diciptakannya bukanlah untuk main-main
dan bukan pula sia-sia. Akal manusia pun tidaklah dapat menerima, bahwa Allah
yang bersifat dengan segala macam sifat kesempurnaan itu menciptakan segala sesuatu
itu dengan sia-sia untuk main-main. Menurut akal, setiap orang yang bersifat
dengan sifat kesempurnaan, mustahil mengerjakan sesuatu dengan berencana.
Berencana berarti juga mempunyai tujuan tertentu. Allah adalah Maha sempurna,
karena itu tentulah Ia menciptakan segala sesuatu dengan tujuan tertentu.[6]
Karena tujuan Allah
menciptakan manusia adalah untuk mengabdikan diri kepada-Nya, maka haruslah ada
aturan untuk mengabdikan diri tersebut.Tanpa aturan mustahilah pengabdian diri
tersebut dapat dilaksanakan. Dan aturan ini haruslah datangnya dari Allah
sendiri. Sebab mustahil manusia akan dapat membuat aturan tersebut yang sesuai
dengan keinginan Allah. Karena manusia tidaklah mungkin untuk dapat mengetahui
apa yang diinginkan (keinginan)Allah itu. Jangankan keinginan Allah, keinginan
manusia yang lain saja tak dapat diketahui oleh manusia sehingga ada pepatah
yang mengatakan: Dalam laut dapat diduga, dalam hati siapa tahu. Karena itulah
Allah yang Maha tahu mengirimkan aturan kepada manusia dengan perantaraan
Rasul-Nya dalam bentuk kitab suci.
Dan karena itu pula
manusia harus meyakini adanya kitab suci tersebut dan mempelajarinya serta
mengamalkannya dengan baik, agar pengabdian diri itu terlaksana dengan baik
pula dan sesuai dengan kehendak Allah sendiri.
Di samping itu Allah
menyatakan pula, bahwa manusia dikirim-Nya ke bumi ini adalah dalam rangka:
1.
Melaksanakan
tugas sebagai Khalifah Allah
2.
Mengemban
amanat Allah
3.
Memenuhi
janji dengan Allah
Manusia diciptakan sebagai sebaik-baik makhluk yang
mempunyai akal pikiran dan perasaan. Allah menyampaikan peraturan-Nya kepada
manusia dengan mengutus beberapa manusia yang dipilih sebagai nabi dan rasul,
agar manusia dapat mempergunakan pancaindera serta akal pikirannya untuk
mengamati petunjuk-petunjuk hidup dan tanda-tanda kekuasaan Allah yang
disampaikan melalui para nabi dan rasul tersebut.
Allah berfirman:
Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari Malaikat dan dari manusia; Sesungguhnya
Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.
Rasul
dalam arti bahasa adalah orang yang diutus untuk menyampaikan sesuatu hal.
Sedang dalam arti syara’ Rasul adalah orang yang diberi wahyu oleh Allah lewat
perantaraan malaikat Jibril untuk membimbing hidup dan kehidupan umat manusia
menuju hidup bahagia sejahtera yang hakiki baik di dunia dan di akhirat.
Sedangkan pengertian nabi secara bahasa adalah orang yang memberi kabar atau
orang yang mengabarkan hal-hal ghaib. Secara agama ialah orang yang mengabarkan
sesuatu dari Allah dengan wahyu atau dengan ilham.
Para
nabi dan rasul adalah manusia biasa, makhluk Allah yang tidak mempunyai
sedikitpun keistimewaan rububiyah ataupun uluhiyah. Dan sebagai manusia biasa
para mereka juga mengalami berbagai pengalaman, sebagaimana yang biasa dialami
oleh manusia biasa. Nabi dan Rasul juga makan dan minum, sering terlihat keluar
masuk pasar sebagaimana layaknya manusia biasa.[7]
Adapun
perbedaan antara nabi dan rasul adalah rasul diberi wahyu oleh Allah dan
diwajibkan untuk menyampaikan kepada manusia. Tetapi nabi diberi wahyu oleh
Allah dan tidak diwajibkan untuk menyampaikan kepada manusia. Sedangkan
perbedaan nabi dan rasul dengan manusia biasa terletak pada satu hal saja,
yaitu para Nabi dan Rasul diberi wahyu oleh Allah swt yang isi intinya adalah
untuk mentauhidkan Allah serta hidup menurut tuntunan syari’at Islam.
D.
Hari
Akhir, Qada’ dan Qadar
Hari akhir disebut juga
dengan hari kiamat, artinya hari kebangkitan. Pada hari kebangkitan ini semua
manusia yang telah meninggal dibangkitkan kembali untuk mempertanggung-jawabkan
semua amal perbuatannya selama hidup di dunia. Tanda Terjadinya Kiamat :[8]
1.
Terbitnya
matahari dari arah barat dan terbenam dari arah timur. Hal ini terjadi karena
perubahan besar dalam susunan alam semesta.
2.
Keluarnya
suatu binatang yang sangat aneh. Binatang ini dapat bercakap-cakap kepada semua
orang dan menunjukkan kepada manusia bahwa kiamat sudah sangat dekat.
3.
Datangnya
Al-Mahdi. Beliau termasuk keturunan dari Rasulullah SAW. Oleh karena itu,
beliau serupa benar akhlak dan budi pekertinya dengan Rasulullah SAW.
4.
Munculnya
Dajal. Dajal adalah seorang yang muncul sebagai tanda semakin dekat datangnya
kiamat. Dajal bermata buta sebelah dan mengaku sebagai “Tuhan”.
5.
Hilang dan
lenyapnya Al-Qur’an dan mushaf, hafalan dalam hati. Bahkan lenyap pulalah yang
ada di dalam hati seseorang.
6.
Berkumpulnya
manusia, seperti selamatan kelahiran, khitanan, perkawinan, ulang tahun, dll.
Akan tetapi tidak pernah sedikit pun dijalankan perintah-perintah-Nya serta
dijauhi larangan-Nya.
7.
Turunnya Nabi
Isa as. Beliau akan turun ke bumi ini di tengah-tengah merajalela pengaruh
Dajal.
Dalam
Al-Quran kata qada berarti hukum atau keputusan (Q.S. An-Nisa : 65), perintah
(Q.S. Al-Isra : 23), kehendak ( Q.S. Ali Imran : 47), dan mewujudkan atau
menjadikan (Q.S. Fusillat : 12). Sedangkan kata qadar berarti kekuasaan atau
kemampuan (Q.S. Al-Baqoroh : 236), ketentuan atau kepastian (Q.s. Al Mursalat :
23), Ukuran (Q.S. Ar Ra’d :17), dengan mengatur serta menentukan suatu menurut
batas-batasnya (Q.S. Fussilat : 10).
Ulama
Asy’ariah, yang di pelopori oleh Abu Hasan Al Asy’Ari (wafat di basrah Tahun
330 H), berpendapat bahwa qada ialah kehendak Allah SWT mengenai segala hal dan
keadaan, kebaikan dan keburukan, yang sesuai dengan apa yang akan di ciptakan
dan tidak akan berubah-ubah sampai terwujudnya kehendak tersebut. Sedangkan
qadar adalah perwujudan kehendak Allah SWT terhadap semua mahkluknya dalam
bentu-bentuk dan batasan-batasan tertentu, baik mengenai zat-zatnya ataupun
sipat-sipatnya.
Menurut
ulama Asy’ariah ini, jelaslah bahwa hubungan qada dengan qadar merupakan satu
kesatuan, karena qada merupakan kehendak Allah SWT, sedangkan qadar merupakan
perwujudan dari kehendak itu. Qada bersifat Qadim (lebih dulu ada) sedangkan
qadar bersipat hadis (baru).
Selain
itu, ada pula ulama yang berpendapat bahwa hubungan antara qada dan qadar
merupakan dwi tunggal, karena dapat di katakan bahwa pengertian qada sama
dengan pengertian qadar.[9]
Rasulullah
SAW ketika di tanya oleh malaikat Jibril tentang dasar-dasar iman, beliau hanya
menyebutkan (iman kepada qadar”, tanpa menyebutkan iman kepada qada dan qadar.
Rasulullah SAW bersabda :
االإ
يمان أ ن تو من با لله وملا ئكته وكتبه ورسله واليوم الا خر وتومن با لقد ر خيره
وسره (رواه مسلم)
Artinya : “Iman
itu ialah engkau percaya kepada Allah, para malaikatnya, kitab-kitabnya, para
Rasulnya, hari akhirat, dan engkau percaya kepada qadar yang baiknya ataupun
yang buruk”. (H.R. Muslim)
Iman
kepada qada dan qadar dalam ungkapan sehari-hari lebih popular dengan sebutan
iman kepada takdir. Iman kepada takdir berarti percaya bahwa segala apa yang
terjadi di alam semesta ini, seperti adanya siang dan malam, adanya tanah yang
subur dan yang tandus, hidup dan mati, rezeki dan jodoh seseorang merupakan
kehendak dan ketentuan Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada
bab II dapat pemakalah simpulkan bahwa
Iman adalah keyakinan yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan
lisan, dan dilaksanakan dengan amal perbuatan.
Ayat kauniyah adalah
ayat atau tanda yang wujud di sekeliling manusia yang diciptakan oleh Allah.
Ayat-ayat ini adalah ayat-ayat dalam bentuk segala ciptaan Allah berupa alam
semesta dan semua yang ada di dalamnya.
Kalau kita melihat
qada’menurut bahasa artinya Ketetapan.Qada’artinya ketatapan Allah swt kepada
setiap mahluk-Nya yang bersifat Azali.Azali Artinya ketetapan itu sudah ada
sebelumnya keberadaan atau kelahiran mahluk.
Malaikat adalah makhluk
Allah yang berjisim, tidak dapat dilihat, dirasa dan dilihat oleh mata.
Malaikat diciptakan dari nur atau cahaya dan selalu patuh kepada Allah Swt.
Oleh karena itu alam malaikat berbeda dengan alam manusia dengan sifat-sifatnya
pasti berbeda pula dengan manusia. Beriman kepada malaikat adalah percaya bahwa
malaikat itu benar-benar ada, diciptakan oleh Allah Swt dalam alam ghaib, yaitu
dari nur atau cahaya dan mempunyai tugas yang berbeda-beda sesuai dengan
ketentuan Allah
Sedangkan Qadar artinya
menurut bahasa berarti ukuran.Qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan
ukuran atau timbangan yang telah ditentuan sebelumnya. Qaqda’ Qadar dalam
keseharian sering kita sebut dengan takdir.
B.
Saran
Demikianlah pembahasan
mengenai aqidah akhlak, semoga dapat bermafat bagi kita semua. Kritik dan saran
sangat pemakalah harapkan demi untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
El-Fandy, Muhammad Jamaluddin. Al-Quran
Tentang Alam Semesta. (Jakarta : Amzah, 2000)
Fauziyah, Lilis dan Andi Setyawan. Kebenaran
al-Quran dan Hadis. (Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007)
Soepardjo,
dan Ngadiyanto, Mutiara Akhlak dalam Pendidikan Agama Islam,
(Solo: Tiga Serangkai, 2004)
Syahminan Zaini, Kuliah Aqidah Islam,
(Surabaya: Al-Ikhlas, 1983)
Musthafa Kamal Pasha, Aqidah Islam,
(Jogjakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003)
Subki. A’la. Junaidi dkk. Akidah akhlak,
(gema Nusa. Klaten utara, 2008)
[1] El-Fandy, Muhammad Jamaluddin. Al-Quran Tentang Alam Semesta. (Jakarta
: Amzah, 2000) h. 36
[2] El-Fandy, Muhammad Jamaluddin. Al-Quran Tentang Alam Semesta. ... h. 38
[3] Fauziyah, Lilis dan Andi Setyawan. Kebenaran al-Quran dan Hadis.
(Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007) h. 45
[5] Soepardjo, dan Ngadiyanto, Mutiara
Akhlak dalam Pendidikan Agama Islam, (Solo: Tiga Serangkai, 2004), h. 45
[6] Syahminan Zaini, Kuliah Aqidah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas,
1983) hal.213
[7] Musthafa Kamal Pasha, Aqidah Islam, (Jogjakarta: Citra Karsa
Mandiri, 2003) hal 135
[8] Subki. A’la. Junaidi dkk. Akidah akhlak, (gema Nusa. Klaten
utara, 2008) h. 75
[9] Subki. A’la. Junaidi dkk. Akidah akhlak, (gema Nusa. Klaten
utara, 2008) h. 77
No comments:
Post a Comment