Wednesday, April 18, 2018

Makalah_Aspek-aspek yang Berhubungan dengan Perkembangan


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Salah satu aspek psikologis yang berhubungan dengan perkembangan beragama yaitu motivasi. Motivasi merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam setiap kegiatan  manusia, salah satunya dalam melaksanakan kegiatan agama seperti beribadah kepada Allah SWT.  Disebabkan Motivasi itu sangat berperan penting dalam kehidupan manusia yaitu dalam melaksanakan suatu aktivitas, oleh karena itu kita selaku manusia yang tidak terlepas dari berbagai kegiatan dan sangat memerlukan motivasi ( dukungan ) dari lingkungan sekitar kita seperti : keluarga, masyarakat, dan yang paling penting motivasi itu kita tumbuhkan dari diri kita sendiri.
Selain aspek motivasi beragama dalam perkembangan beragama ada juga aspek inteligensi beragama yang tidak kalah pentingnya dari motivasi beragama karena dengan adanya Inteligensi ( kecerdasan ) seseorang itu dapat memahami bagai mana cara-cara melaksanakan perintah agama dengan yang baik dan benar, dan melalui inteligensi ( kecerdasan  ) juga dapat mengatasi masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sesuai dengan ajaran agama. Karena inteligensi ( kecerdasan ) tidak hanya menyangkut bidang akademik akan tetapi menyangkut non akademik.
Selanjutnya yaitu sikap keagamaan, sikap keagamaan yang timbul dalam diri seseorang itu tidak terlepas dari factor internal dan eksternal, yang dapat dikatakan dengan factor internal yaitu seperti inteligensi tadi, karena adanya inteligensi seseorang itu bisa mengolah, memahami, mengaplikasikan, suatu konsep agama yang memang harus diamalkan, karena inteligensi itu mang ada dalam diri seseorang itu. Dan yang dapat dikatakan dengan paktor ekternal seperti motivasi (dukungan) karena motivasi ini selain ada dalam diri kita juga dibutuhakn dari orang lain separti keluarga.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan intelegensi beragama?
2.      Apa saja macam-macam intelegnsi beragama?

C.     Tujuan 
1.      Untuk mengetahui pengertian intelegensi beragama
2.      Untuk memahami macam-macam intelegnsi beragama


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Intelegensi Beragama
Pengertian Inteligensi (kecerdasan)
Kecerdasan dalam bahasa Arab disebut al-dzaka, arti secara bahasa ialah pemahaman, kecepatan dan kesempurnaan sesuatu, dalam arti kemampuan (al-qudhrah) dalam memahami sesuatu secara cepat dan sempurna.
Crow and Crow : mengemukakan kecerdasan ialah kapasitas umum dari seorang individu yang dapat dilihat pada kesanggupan pikirannya dalam mengatasi tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru, keadaan rohaniah secara umum dapat disesuaikan dengan problem-problem dan kondisi-kondisi yang baru di dalam kehidupan.

B.     Macam-macam Inteligensi (Kecerdasan)
1.      Kecerdasan Intelektual
Ialah kecerdasan yang berhubungan dengan proses kognitif, daya menghubungkan  dengan proses kognitif, daya menghbungkan dan menilai atau mempertimbangkan sesuatu. Kecerdasan intelektual dari segi kuantitas tidak dapat dikembangkan karena pembawaan sejak lahir, namun kualitasnya dapat dikembangkan.[1]
Kualitas kecerdasan intelektual dapat dikembangkan dengan beberapa syarat;
a.       Kemampaun tersebut hanya sampai batas kemampuan dan tidak dapat melebihinya
b.      Bahwa pengembangan tersebut tergantung kepada cara berpikir yang metodis
Tinggi rendahnya kecerdasan intelektual seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a.       Pembawaan, yaitu kesanggupan yang dibawa sejak lahir dan setiap orang tidak ada yang sama
b.      Kematangan, yaitu saat munculnya daya intelek yang siap untuk dikembangkan mencapai puncaknya
c.       Lingkungan, faktor luar yang mempengaruhi intelegensi pada masa perkembangannya.
d.      Minat, yaitu motor penggerak dalam perkembangan intelegensi
2.      Kecerdasan Emosional
Salovey dan Mayor menggunakan kecerdasan emosi untuk menggambarkan sejumlah kemampuan guna mengenali emosi diri sendiri, mengelola dan mengeksplorasi emosi diri dengan tepat, mengenali dengan orang lain dan membina hubungan dengan orang lain.
Mahmud al-Zaky mengemukakan bahwa kecerdasan emosional pada dasarnya mempuanyai hubungan yang erat dengan kecerdasan uluhiyah (ketuhanan). Jika seseorang memiliki tingkat pemahaman dan pengalaman nilai-nilai ketuhanan yang tinggi dalam hidupnya, maka dapat diartikan bahwa dia telah memiliki kecerdasan emosional yang tinggi pula.
Aspek-aspek Kecerdasan Emosional
Ary Ginanjar mengemukakan aspek-aspek yang berhubungan dengan Kecerdasan Emosional dan Spiritual, seperti :
a)      Konsistensi (Istiqomah)
b)      Kerendahan hati (Tawadhu’)
c)      Berusaha dan berserah diri (Tawakkal)
d)      Ketulusan (Ikhlas) dan totalitas (Kaffah)
e)      Keseimbangan (Tawazun)
f)        Intergitas dan penyempurnaan (Ihsan)
Jalalludin Rahmat mengemukakan untuk memperoleh kecerdasan emosional yang tinggi, harus dilakukan hal-hal berikut : [2]
a.       Musyarathah, berjanji pada diri sendiri untuk membiasakan perbuatan baik dan membuang perbuatan buruk.
b.      Murraqabah, memonitor reaksi dan perilaku sehari-hari
c.       Muhasabah, melakukan perhitungan baik buruk yang pernah dilakukan
d.      Mu’atabah dan mu’aqabah, mengecam keburukan yang dikerjakan dan menghukum diri sendiri
Goleman menyatakan bahwa kecerdasan emosional pada dasarnya memilki 5 aspek kemampuan, yaitu :
a.       Kemampuan mengenali emosi diri
b.      Kemampuan menguasai emosi diri
c.       Kemampuan memotivasi diri
d.      Kemampuan mengenali emosi orang lain
e.       Kemapuan mengembangkan hubungan dengan orang lain
3.      Kecerdasan Moral
Ialah kemampuan untuk merenungkan mana yang benar dan mana yang salah, dengan menggunakan sumber emosional dan intelektual pikiran manusia. Indikatornya adalah pengetahuan tentang moral yang benar dan yang tidak, kemudian moral yang benar diaplikaskan kedalam kehidupan yang nyata dan menghindarkan diri dari moral yang buruk.
Kecerdasan moral tidak bisa dicapai dengan menghafal atau mengingat kaedah atau aturan yang dipelajari di dalam kelas, melainkan membutuhkan interaksi dengan lingkungan luar.
4.      Kecerdasan Spiritual
Zohar berpendapat bahwa pengenalan diri dan terutama kesadaran diri adalah kesadaran internal otak. Menurutnya, proses yang berlangsung dalam otak sendirilah-tanpa pengaruh panca indra dan dunia luar-yang membentuk kesadaran sejati manusia. Karena itu, Spiritual Intelligence adalah Ultimate Intelligence.
Setidaknya ada empat bukti penelitian yang memperkuat dugaan adanya potensi spiritual dalam otak manusia: [3]
a.       Osilasi 40 Hz yang ditemukan oleh Denis Pare dan Rodolfo Llinas yang kemudian dikembangkan menjadi spiritual intelligence oleh Danah Zohar dan Ian Marshall
b.      Alam bawah sadar kognitif yang ditemukan oleh Joseph Deloux dan kemudian dikembangkan menjadi Emotional Intelligence oleh Daniel Goleman dan Robert Cooper dengan konsep suara hati
c.       God Spot pada daerah temporal yang ditemukan oleh Michael Persinger dan Vilyanur Ramachandran, serta bukti gangguan perilaku moral pada pasien dengan kerusakan lobus prefrontal
d.      Somatic Marker  oleh Antonio Damasio. Keempat bukti ini memberikan informasi tentang adanya hati nurani atau intuisi dalam otak manusia
Dengan kata lain, penelitian ini memperkuat keyakinan bahwa manusia tidak mungkin lari dari tuhan.
Kcerdasan spiritual meliputi :
a.       Hasrat untuk hidup bermakna
b.      Motivasi untuk mencari makna hidup
c.       Mendambakan hidup bermakna.
5.      Kecerdasan Qalbiah
Ialah sejumlah kemampuan diri secara cepat dan sempurna, untuk mengenal kalbu dan berbagai aktivitasnya, mengelola serta mengekspresikannya secara benar, memotivasi kalbu untuk membina hubungan moralitas dengan orang lain dan hubungan ubudiyah dengan Tuhan.
¢OèO çm1§qy yxÿtRur ÏmŠÏù `ÏB ¾ÏmÏmr ( Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur 4 WxÎ=s% $¨B šcrãà6ô±n@ ÇÒÈ  
“Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS As-Sajadah; 9)
Abdul Mujid menyatakan pengertian kecerdasan Qalbiah dapat dijabarkan dalam beberapa jenis:
1.      Kecerdasan intelektual (intuitif) ; kecerdasan qalbu yang berkaitan dengan penerimaan dan pembenaran pengetahuan yang bersifat intuitif–ilahiah seperti wahyu (untuk para rasul dan nabi) dan ilham atau firasat (untuk manusia biasa yang salih)
2.      Kecerdasan emosional ; kecerdasan qalbu yang berkaitan dengan pengendalian nafsu-nafsu implusif dan agresif. Mengarahkan seseorang untuk bertindak secara hati-hati, waspada, tenang dan sabar
3.      Kecerdasan moral ;  kecerdasan qlbu yang berkaitan dengan hubungan kepada sesame manusia dan alam semesta[4]
4.      Kecerdasan spiritual ; kecerdasan qalbu yang berhubungan dengan kualitas batin seseorang
5.      Kecerdasan beragama ; kecerdasan qalbu yang berhubungan dengan kualitas beragama dan bertuhan. Mengarahkan seseorang untuk berperilaku secara benar, yang puncaknya menghasilkan ketakwaan secara mendalam dengan dilandasi Iman, Islam, dan Ihsan.


BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Berdasrkan pembahasan pada bab II dapat pemakalah simpulkan bahwa kecerdasan ialah kapasitas umum dari seorang individu yang dapat dilihat pada kesanggupan pikirannya dalam mengatasi tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru, keadaan rohaniah secara umum dapat disesuaikan dengan problem-problem dan kondisi-kondisi yang baru di dalam kehidupan.
Selanjutnya aspek psikologis yang berhubungan dengan perkembangan keagaman adalah :
1.      Kecerdasan intelektual
2.      Kecerdasan emosional
3.      Kecerdasan moral
4.      Kecerdasasan spiritual
5.      Kecerdasan qalbiah

B.     Saran
Demikianlah pembahasan mengenai aspek-aspek psikologis yang berhubungan dengan perkembangan keagamaan, semoga dapat menjadi tambahan penambah ilmu pengetahuan kita bersama.


DAFTAR PUSTAKA

Pasiak Taufiq, 2008 REVOLUSI IQ/EQ/SQ, PT. Mizan Pustaka: Bandung
Jalaludin, 2010, Psikologi Agama, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Ramayulis, 2002, Psikologi Agama, Kalam Mulia: Jakarta


[1] Ramayulis, Psikologi Agama, (Kalam Mulia: Jakarta, 2002) h. 21
[2] Jalaludin, Psikologi Agama, (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2010) h. 53
[3] Jalaludin, Psikologi Agama,  ....h. 55
[4] Pasiak Taufiq, Revolusi IQ/EQ/SQ, (PT. Mizan Pustaka: Bandung, 2008) h. 41

No comments:

Post a Comment