BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu aspek
psikologis yang berhubungan dengan perkembangan beragama yaitu motivasi.
Motivasi merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, salah satunya dalam melaksanakan
kegiatan agama seperti beribadah kepada Allah SWT. Disebabkan Motivasi itu sangat berperan
penting dalam kehidupan manusia yaitu dalam melaksanakan suatu aktivitas, oleh
karena itu kita selaku manusia yang tidak terlepas dari berbagai kegiatan dan
sangat memerlukan motivasi ( dukungan ) dari lingkungan sekitar kita seperti :
keluarga, masyarakat, dan yang paling penting motivasi itu kita tumbuhkan dari
diri kita sendiri.
Selain aspek motivasi
beragama dalam perkembangan beragama ada juga aspek inteligensi beragama yang tidak
kalah pentingnya dari motivasi beragama karena dengan adanya Inteligensi (
kecerdasan ) seseorang itu dapat memahami bagai mana cara-cara melaksanakan
perintah agama dengan yang baik dan benar, dan melalui inteligensi ( kecerdasan ) juga dapat mengatasi masalah-masalah yang
ada dalam kehidupan sesuai dengan ajaran agama. Karena inteligensi ( kecerdasan
) tidak hanya menyangkut bidang akademik akan tetapi menyangkut non akademik.
Selanjutnya yaitu sikap
keagamaan, sikap keagamaan yang timbul dalam diri seseorang itu tidak terlepas
dari factor internal dan eksternal, yang dapat dikatakan dengan factor internal
yaitu seperti inteligensi tadi, karena adanya inteligensi seseorang itu bisa
mengolah, memahami, mengaplikasikan, suatu konsep agama yang memang harus
diamalkan, karena inteligensi itu mang ada dalam diri seseorang itu. Dan yang
dapat dikatakan dengan paktor ekternal seperti motivasi (dukungan) karena
motivasi ini selain ada dalam diri kita juga dibutuhakn dari orang lain separti
keluarga.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan intelegensi beragama?
2.
Apa saja
macam-macam intelegnsi beragama?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian intelegensi beragama
2.
Untuk
memahami macam-macam intelegnsi beragama
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Intelegensi Beragama
Pengertian Inteligensi
(kecerdasan)
Kecerdasan dalam bahasa
Arab disebut al-dzaka, arti secara bahasa ialah pemahaman, kecepatan dan
kesempurnaan sesuatu, dalam arti kemampuan (al-qudhrah) dalam memahami sesuatu
secara cepat dan sempurna.
Crow and Crow : mengemukakan
kecerdasan ialah kapasitas umum dari seorang individu yang dapat dilihat pada
kesanggupan pikirannya dalam mengatasi tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru,
keadaan rohaniah secara umum dapat disesuaikan dengan problem-problem dan
kondisi-kondisi yang baru di dalam kehidupan.
B.
Macam-macam Inteligensi (Kecerdasan)
1. Kecerdasan
Intelektual
Ialah kecerdasan yang berhubungan dengan proses kognitif, daya
menghubungkan dengan proses kognitif,
daya menghbungkan dan menilai atau mempertimbangkan sesuatu. Kecerdasan
intelektual dari segi kuantitas tidak dapat dikembangkan karena pembawaan sejak
lahir, namun kualitasnya dapat dikembangkan.[1]
Kualitas kecerdasan intelektual dapat dikembangkan dengan beberapa
syarat;
a.
Kemampaun
tersebut hanya sampai batas kemampuan dan tidak dapat melebihinya
b.
Bahwa
pengembangan tersebut tergantung kepada cara berpikir yang metodis
Tinggi rendahnya kecerdasan intelektual seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a.
Pembawaan,
yaitu kesanggupan yang dibawa sejak lahir dan setiap orang tidak ada yang sama
b.
Kematangan,
yaitu saat munculnya daya intelek yang siap untuk dikembangkan mencapai
puncaknya
c.
Lingkungan,
faktor luar yang mempengaruhi intelegensi pada masa perkembangannya.
d.
Minat, yaitu
motor penggerak dalam perkembangan intelegensi
2. Kecerdasan
Emosional
Salovey dan Mayor menggunakan kecerdasan emosi untuk menggambarkan
sejumlah kemampuan guna mengenali emosi diri sendiri, mengelola dan
mengeksplorasi emosi diri dengan tepat, mengenali dengan orang lain dan membina
hubungan dengan orang lain.
Mahmud al-Zaky mengemukakan bahwa kecerdasan emosional pada dasarnya
mempuanyai hubungan yang erat dengan kecerdasan uluhiyah (ketuhanan). Jika
seseorang memiliki tingkat pemahaman dan pengalaman nilai-nilai ketuhanan yang
tinggi dalam hidupnya, maka dapat diartikan bahwa dia telah memiliki kecerdasan
emosional yang tinggi pula.
Aspek-aspek Kecerdasan Emosional
Ary Ginanjar mengemukakan aspek-aspek yang berhubungan
dengan Kecerdasan Emosional dan Spiritual, seperti :
a)
Konsistensi
(Istiqomah)
b)
Kerendahan
hati (Tawadhu’)
c)
Berusaha dan
berserah diri (Tawakkal)
d)
Ketulusan
(Ikhlas) dan totalitas (Kaffah)
e)
Keseimbangan
(Tawazun)
f)
Intergitas
dan penyempurnaan (Ihsan)
Jalalludin Rahmat mengemukakan untuk memperoleh kecerdasan
emosional yang tinggi, harus dilakukan hal-hal berikut : [2]
a.
Musyarathah,
berjanji pada diri sendiri untuk membiasakan perbuatan baik dan membuang
perbuatan buruk.
b.
Murraqabah,
memonitor reaksi dan perilaku sehari-hari
c.
Muhasabah,
melakukan perhitungan baik buruk yang pernah dilakukan
d.
Mu’atabah dan
mu’aqabah, mengecam keburukan yang dikerjakan dan menghukum diri sendiri
Goleman menyatakan bahwa kecerdasan emosional pada dasarnya
memilki 5 aspek kemampuan, yaitu :
a.
Kemampuan
mengenali emosi diri
b.
Kemampuan
menguasai emosi diri
c.
Kemampuan
memotivasi diri
d.
Kemampuan
mengenali emosi orang lain
e.
Kemapuan
mengembangkan hubungan dengan orang lain
3. Kecerdasan
Moral
Ialah kemampuan untuk merenungkan mana yang benar dan mana yang salah,
dengan menggunakan sumber emosional dan intelektual pikiran manusia. Indikatornya
adalah pengetahuan tentang moral yang benar dan yang tidak, kemudian moral yang
benar diaplikaskan kedalam kehidupan yang nyata dan menghindarkan diri dari
moral yang buruk.
Kecerdasan moral tidak bisa dicapai dengan menghafal atau mengingat kaedah
atau aturan yang dipelajari di dalam kelas, melainkan membutuhkan interaksi
dengan lingkungan luar.
4. Kecerdasan
Spiritual
Zohar berpendapat bahwa pengenalan diri dan terutama kesadaran diri
adalah kesadaran internal otak. Menurutnya, proses yang berlangsung dalam otak
sendirilah-tanpa pengaruh panca indra dan dunia luar-yang membentuk kesadaran
sejati manusia. Karena itu, Spiritual Intelligence adalah Ultimate Intelligence.
Setidaknya ada empat bukti penelitian yang memperkuat dugaan adanya
potensi spiritual dalam otak manusia: [3]
a.
Osilasi 40 Hz
yang ditemukan oleh Denis Pare dan Rodolfo Llinas yang kemudian dikembangkan
menjadi spiritual intelligence oleh Danah Zohar dan Ian Marshall
b.
Alam bawah
sadar kognitif yang ditemukan oleh Joseph Deloux dan kemudian dikembangkan
menjadi Emotional Intelligence oleh Daniel Goleman dan Robert Cooper dengan
konsep suara hati
c.
God Spot pada
daerah temporal yang ditemukan oleh Michael Persinger dan Vilyanur
Ramachandran, serta bukti gangguan perilaku moral pada pasien dengan kerusakan
lobus prefrontal
d.
Somatic
Marker oleh Antonio Damasio. Keempat
bukti ini memberikan informasi tentang adanya hati nurani atau intuisi dalam
otak manusia
Dengan kata lain, penelitian ini memperkuat keyakinan bahwa
manusia tidak mungkin lari dari tuhan.
Kcerdasan
spiritual meliputi :
a.
Hasrat untuk
hidup bermakna
b.
Motivasi
untuk mencari makna hidup
c.
Mendambakan
hidup bermakna.
5. Kecerdasan
Qalbiah
Ialah sejumlah kemampuan diri secara cepat dan sempurna, untuk mengenal
kalbu dan berbagai aktivitasnya, mengelola serta mengekspresikannya secara
benar, memotivasi kalbu untuk membina hubungan moralitas dengan orang lain dan
hubungan ubudiyah dengan Tuhan.
¢OèO çm1§qy yxÿtRur ÏmÏù `ÏB
¾ÏmÏmr ( @yèy_ur
ãNä3s9
yìôJ¡¡9$#
t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur
4 WxÎ=s% $¨B
crãà6ô±n@ ÇÒÈ
“Kemudian
dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur.” (QS As-Sajadah; 9)
Abdul Mujid menyatakan pengertian kecerdasan Qalbiah dapat dijabarkan
dalam beberapa jenis:
1.
Kecerdasan
intelektual (intuitif) ; kecerdasan qalbu yang berkaitan dengan penerimaan dan
pembenaran pengetahuan yang bersifat intuitif–ilahiah seperti wahyu (untuk para
rasul dan nabi) dan ilham atau firasat (untuk manusia biasa yang salih)
2.
Kecerdasan
emosional ; kecerdasan qalbu yang berkaitan dengan pengendalian nafsu-nafsu
implusif dan agresif. Mengarahkan seseorang untuk bertindak secara hati-hati,
waspada, tenang dan sabar
3.
Kecerdasan
moral ; kecerdasan qlbu yang berkaitan
dengan hubungan kepada sesame manusia dan alam semesta[4]
4.
Kecerdasan
spiritual ; kecerdasan qalbu yang berhubungan dengan kualitas batin seseorang
5.
Kecerdasan
beragama ; kecerdasan qalbu yang berhubungan dengan kualitas beragama dan
bertuhan. Mengarahkan seseorang untuk berperilaku secara benar, yang puncaknya
menghasilkan ketakwaan secara mendalam dengan dilandasi Iman, Islam, dan Ihsan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasrkan pembahasan
pada bab II dapat pemakalah simpulkan bahwa kecerdasan ialah kapasitas umum
dari seorang individu yang dapat dilihat pada kesanggupan pikirannya dalam
mengatasi tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru, keadaan rohaniah secara umum dapat
disesuaikan dengan problem-problem dan kondisi-kondisi yang baru di dalam
kehidupan.
Selanjutnya aspek
psikologis yang berhubungan dengan perkembangan keagaman adalah :
1.
Kecerdasan
intelektual
2.
Kecerdasan
emosional
3.
Kecerdasan
moral
4.
Kecerdasasan
spiritual
5.
Kecerdasan
qalbiah
B.
Saran
Demikianlah pembahasan
mengenai aspek-aspek psikologis yang berhubungan dengan perkembangan keagamaan,
semoga dapat menjadi tambahan penambah ilmu pengetahuan kita bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Pasiak Taufiq, 2008
REVOLUSI IQ/EQ/SQ, PT. Mizan Pustaka: Bandung
Jalaludin, 2010,
Psikologi Agama, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Ramayulis, 2002,
Psikologi Agama, Kalam Mulia: Jakarta
[1] Ramayulis, Psikologi Agama, (Kalam
Mulia: Jakarta, 2002) h. 21
[2] Jalaludin, Psikologi Agama, (PT.
Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2010) h. 53
[3] Jalaludin, Psikologi Agama, ....h. 55
[4] Pasiak Taufiq, Revolusi IQ/EQ/SQ,
(PT. Mizan Pustaka: Bandung, 2008) h. 41
No comments:
Post a Comment