BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam perkembangan
manusia mulai dari prenatal hingga lanjut usia mengalami perkembangan agama
yang selalu mengikuti seperti pada saat manusia itu dilahirkan pasti akan
mengikuti agama yang dianut oleh orang tuanya karena hanya orang tuanya yang
menjadikan anak itu islam, majusi, yahudi atau nasrani tetapi ketika manusia
itu sudah menginjak usia remaja maka dia akan mulai berpikir secara mandiri
bagaimana cara mengimplementasikan ajaran agama yang dianutnya dalam khidupan sehari-harinya
hingga dia menginjak usia dewasa maka dia akan lebih matang dalam beragama.
Manusia dilahirkan di
dunia ini dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis. Walaupun dalam keadaan yang
demikian ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi bawaan
ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap
lebih-lebih pada usia dini. Fisik atau jasmani manusia baru akan berfungsi
secara sempurna jika dipelihara dan dilatih. Akal dan fungsi mental lainnya pun
baru akan berfungsi jika kematangan dan pemeliharaan serta bimbingan dapat
diarahkan kepada pengeksplorasian perkembangannya. Kemampuan itu tidak dapat
dipenuhi secara sekaligus melainkan melalui pentahapan. Demikian juga
perkembangan agama pada diri anak.
Perasaan anak terhadap
orang tuanya sebenarnya sangat kompleks. Ia merupakan campuran dari bermacam-
macam emosi dan dorongan yang saling bertentangan. Menjelang usia 3 tahun yaitu
umur dimana hubungan dengan ibunya tidak lagi terbatas pada kebutuhan akan
bantuan fisik, akan tetapi meningkat lagi pada hubungan emosi dimana ibu
menjadi objek yang dicintai dan butuh akan kasih sayangnya, bahkan mengandung
rasa permusuhan bercampur bangga, butuh, takut dan cinta padanya sekaligus.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas, masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu
1.
Bagaimana
perkembangan beragama pada anak, remaja dan dewasa?
2.
Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan keagamaan?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui perkembangan beragama
2.
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan keagamaan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Beragama
Jiwa beragama atau
kesadaran beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan
keimanan kepada Tuhan yang direfleksikan kedalam pribadaan kepadanya.
Perkembangan beragama dipengaruhi oleh faktor-faktor pembawaan dan lingkungan.
Faktor pembawaan dan lingkungan yang mempengaruhinya yaitu: [1]
1.
Faktor
endogen yaitu faktor atau sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan
hingga kelahiran, jadi faktor endogen merupakan factor keturunan/ faktor
pembawaan.
2.
Faktor
eksogen yaitu faktor yang datang dari luar individu, merupakan pengalaman alam
sekitar, pendidikan dan sebagainya.
B.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Keagamaan
Ada beberapa faktor
dominan yang mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan pada anak , antara lain :
1.
Menurut Teori
four wishes yang dikemukakan oleh perkembangan jiwa keagamaan anak adalah “rasa
ketergantungan (sense of defence)”. Menurut teori ini, manusia dilahirkan
kedunia memiliki empat keinginan, yaitu :
a.
Security
yaitu keinginan untuk mendapatkan perlindungan
b.
New
experience yaitu keinginan untuk mendapat pengalaman
c.
Response yaitu
keinginan untuk mendapatkan tanggapan
d.
Recognition
yaitu keinginan untuk dikenal
Kerjasama dalam rangka memenuhi keinginan-keinginan itu,
maka bayi sejak dilahirkan hidup dalam ketergantungan, terutama orang-orang
dewasa dalam lingkungannya itu maka terbentuklah rasa keagamaan pada diri anak.
2.
Instink
keagamaan
Pendapat ini dikemukakan
oleh Woodworth, menurutnya, bayi yang dilahirkan sudah memiliki instink,
diantaranya instink keagamaan, namun instink ini pada saat bayi belum terlihat,
hal itu dikarenakan “beberapa fungsi kejiwaan yang menopang kematangan
berfungsinya instink itu belum sempurna”. Pandangan Woodworth ini mendapat
sanggahan dari sekelompok ahli dengan mengajukan argumentasi:
a.
Jika anak
sudah memiliki instink keagamaan, mengapa orang tidak terhayati secara
ototmatis ketika mendengar lonceng gereja dibunyikan.
b.
Jika anak
sudah memiliki instink keagamaan, mengapa terdapat perbedaan agama di dunia
ini? Bukankah cara berenang itik dan cara brung membuat sarang yang didasari
pada tingkahlaku instingtif akan sama caranya disetiap penjuru duia ini?.
Pada remaja dan dewasa[2]
Jiwa keagamaan juga mengalami proses perkembangan dalam
mencapai tingkat kematangan. Dengan demikian jiwa keagamaan tidak luput dari
berbagai gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangannya. Pengaruh tersebut
baik yang bersumber dari dalam diri seseorang (intern) maupun yang bersumber
dari faktor luar (ekstern).
a.
Faktor intern
Secara garis besarnya faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap
perkembangan jiwa keagamaan antara lain :
1.
Faktor
kognitif, mengacu pada remaja yang memiliki mental masih abstrak, mereka hanya
mengkaji isu-isu agama dengan berpatokan pada dasar-dasar agama tanpa
memperdalaminya lebih lanjut.
2.
Faktor
personal, mengacu pada konsep individual dan identitas, individual maksudnya
seseorang itu selalu menyendiri sedangkan identitas maksudnya proses menuju
pada kestabilan jiwa.
3.
Faktor
hereditas, perbuatan yang buruk dan tercela jika dilakukan akan menimbulkan
rasa bersalah dalam diri pelakunya. Bila pelanggaran yang dilakukan terhadap
larangan agama maka akan timbul rasa berdosa dan perasaan seperti ini yang ikut
mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan seseorang.
4.
Tingkat usia,
pada usia remaja saat mereka menginjak usia kematangan seksual mempengaruhi
perkembangan jiwa keagamaan mereka. Tingkat perkembangan usia dan kondisi yang
dialami para remaja ini menimbulkan konflik kejiwaan yang cenderung
mempengaruhi terjadinya konversi agama. Bahkan pada usia adolesensi sebagai
rentang umur tipikal terjadinya konversi agama meskipun konversi cenderung
dinilai sebagai produk sugesti dan bukan akibat dari perkembangan kehidupan
spiritual seseorang. [3]
5.
Kepribadian,
dalam kondisi normal secara individu manusia memiliki perbedaan dalam
kepribadian dan perbedaan ini diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan
aspek-aspek kejiwaan termasuk jiwa keagamaan. Di luar itu dijumpai pula kondisi
kepribadian yang menyimpang seperti kepribadian ganda dan sebagainya kondisi
seperti ini juga ikut mempengaruhi perkembangan berbagai aspek kejiwaan
termasuk jiwa keagamaan.
6.
Kondisi
kejiwaan, seorang yang mengidap schizoprenia akan mengisolasi diri dari
kehidupan sosial serta persepsinya tentang agama akan dipengaruhi oleh berbagai
halusinasi.
Demikian pula pengidap phobia akan dicekam oleh perasaan takut
yang irasional sedangkan penderita infantil autisme (berperilaku seperti
anak-anak) akan berperilaku seperti anak-anak di bawah usia sepuluh tahun.
b.
Faktor
ekstern
Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa
keagamaan dapat dilihat dari lingkungan di mana seseorang itu hidup. Umumnya
lingkungan tersebut dibagi menjadi tiga yaitu:
1.
Lingkungan
keluarga, konsep father image (citra kebapaan) menyatakan bahwa perkembangan
jiwa keagamaan dipengaruhi oleh citra terhadap bapaknya. Kehidupan keluarga
menjadi fase sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa keagamaan. Pengaruh kedua
orang tua terhadap perkembangan jiwa keagamaan dalam pandangan Islam sudah lama
disadari. Oleh karena itu sebagai intervensi terhadap perkembangan jiwa
keagamaan tersebut kedua orang tua diberikan beban tanggung jawab. Keluarga
dinilai sebagai faktor yang paling dominan dalam meletakkan dasar bagi
perkembangan jiwa keagamaan.
2.
Lingkungan
institusional, yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa kegamaan dapat berupa
institusi formal seperti sekolah ataupun yang nonformal seperti berbagai
perkumpulan dan organisasi. Kurikulum, hubungan guru dan murid serta hubungan
antar teman dilihat dari kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan tampaknya
ketiga kelompok tersebut ikut berpengaruh sebab pada prinsipnya perkembangan
jiwa keagaman tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk membentuk kepribadian
yang luhur. Pembiasaan yang baik merupakan bagian dari pembentukan moral yang
erat kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang.
3.
Lingkungan
masyarakat, yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat akan berpengaruh positif
bagi perkembangan jiwa keberagamaan sebab kehidupan keagamaan terkondisi dalam
tatanan nilai maupun institusi keagamaan. Keadaan seperti ini akan berpengaruh
dalam pembentukan jiwa keagamaan warganya.[4]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Agama pada masa
anak-anak terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diterima dari lingkungan
lalu terbentuk sifat keagamaan pada anak, Woodwort berpendapat bahwa bayi
memiliki insting keagamaan, akan tetapi disanggah oleh pemikir Islam bahwa bayi
tidak mempunyai insting keagamaan melainkan itu merupakan fitrah yang cenderung
kearah potensi keagamaan.
Tahap perkembangan
keagamaan pada anak melalui tiga tahapan yaitu tingkat dongeng, tingkat
kepercayaan, dan tingkat individu. Sifat Agama pada anak mengikuti pola concept
on authority yaitu konsep keagamaan yang dipengaruhi oleh faktor dari luar diri
mereka (anak) itu sendiri. Memahami sifat agama pada anak berarti memahami
sifat agama itu sendiri.
B.
Saran
Demikianlah pembahasan
mengenai, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran sangat
pemakalah harapkan demi untuk perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008)
Jalaludin. Psikologi agama, (Raja Grafindo Persada
Jakarta 2011)
[1] Yusuf, Syamsu, Psikologi
Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008) h. 32
[2] Jalaludin. Psikologi agama, (Raja
Grafindo Persada Jakarta 2011) h. 65
[3] Jalaludin. Psikologi agama, (Raja
Grafindo Persada Jakarta 2011) h. 66
No comments:
Post a Comment