BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berbicara
masalah anak, tidak terlepas dari bayangan tentang manusia kecil yang berlarian
ke sana-kemari, dengan menunjukkan keriangannya mengisi hidup. Tapi benarkah
demikian? Secara fisiologis anak kecil memang memiliki segenap komponen fisik
yang dimiliki oleh orang dewasa. Tapi bagaimana dengan aspek yang lain, sebab
manusia bukan hanya terdiri dari aspek fisik saja. Ia juga memiliki aspek lain
yakni psikis yang perlu dikembangkan seiring dengan perkembangan fisiknya.
Pendidikan
di Taman Kanak-kanak dilakukan dengan pendekatan “bermain sambil belajar” dan
“belajar sambil bermain” dengan tujuan menimbulkan rasa senang pada anak
sebagaimana karakteristik anak usia dini. Bermain sebagai bentuk pembelajaran
dilakukan dengan memperhatikan teori perkembangan yang telah dibahas pada
bagian atas. Unsur bermain yang dilakukan dalam belajar anak diusahakan
berangsur-angsur dikurangi sehingga fokus anak dapat lebih tercurah pada
belajar.
Pendidikan
yang dilakukan pada anak usia dini pada hakikatnya adalah upaya memfasilitasi
perkembangan yang sedang terjadi pada dirinya. Perkembangan anak usia dini
merupakan peningkatan kesadaran dan kemampuan anak untuk mengenal dirinya dan
berinteraksi dengan lingkungannya seiring dengan pertumbuhan fisik yang
dialami.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana konsep bercerita
sebagai metode pendidikan di taman kanak-kanak?
2.
Apa pengertian, tujuan serta manfaat kegiatan
bercerita?
3.
Bagaimana peran cerita dalam belajar anak?
4.
Bagaimana konsep dasar bercerita?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui konsep cerita sebagai metode
pendidikan di taman kanak-kanak
2.
Mengetahui pengertian, tujuan serta manfaat
kegiatan bercerita
3.
Memahami peran cerita dalam belajar anak
4.
Memahami konsep dasar bercerita
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kegiatan Bercerita
1.
Bercerita Sebagai metode Pendidikan di Taman
Kanak-kanak
Program kegiatan di Taman Kanak-kanak dilaksanakan
dengan tujuan program: “untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan
sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya.
Program tersebut berpedoman pada Garis-garis
Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak (GBPKB-TK) dan peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun 1990 tentang pendidikan pra
sekolah, dengan program kegiatan belajar (Hidayat, 2003: 21) :
a.
Program
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di TK dalam rangka pembentukan sehari-hari
melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari yang meliputi
pengembangan agama, moral Pancasila, disiplin, perasaan emosi, dan kemampuan
bermasyarakat.
b.
Program
Kegiatan Belajar dalam rangka pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan
yang dipersiapkan oleh guru meliputi pengembangan kemampuan dasar melalui
kegiatan yang dipersiapkan oleh guru meliputi pengembangan kemampuan pendidikan
agama, berbahasa, daya pikir, daya cipta, keterampilan dan jasmani(GBPKB TK,
1994: 2)
Pendidikan di Taman Kanak-kanak
dikembangkan dengan berdasar pada teori-teori pembelajaran yang menggunakan
prosedur dan strategi ilmiah untuk belajar, diantaranya adalah dengan
menggunakan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang dapat diterapkan di
Taman Kanak-kanak adalah metode yang sesuai untuk belajar anak usia dini.
Dengan demikian tidak semua metode pembelajaran yang berhasil diidentifikasi
dan dikembangkan oleh para ahli pembelajaran dapat dipergunakan di Taman
Kanak-kanak. Metode itu adalah : (Hidayat, 2003: 21)
a.
Metode
bercerita
b.
Metode
bercakap-cakap
c.
Metode
diskusi
d.
Metode
tanya jawab
e.
Metode mengucapkan
syair
f.
Metode
dramatisasi
g.
Metode
pemberian tugas
h.
Metode
praktik langsung
i.
Metode
demonstrasi / eksperimen
j.
Metode
pantomim
|
k.
Metode
menyanyi
l.
Metode
skolatik / kinesteti
m.
Metode
bermain
n.
Metode
wisata bermain
o.
Metode
proyek / kerja kelompok
p.
Metode
gerak dan lagu
q.
Metode
senam
r.
Metode
menari
s.
Metode
permainan musik
t.
Metode
atraktif
|
Dari berbagai metode dalam pendidikan
anak usia dini sebagaimana disebutkan di atas nampak bahwa salah satu metode
yang dipergunakan adalah metode bercerita
yang sesuai dengan tujuan pengembangan anak di Taman Kanak-kanak.
2.
Pengertian Kegiatan Bercerita
Aspek
pengembangan anak usia dini pada lembaga Taman Kanak-kanak sangat luas dan hal
tersebut dapat dicapai dengan pendekatan yang beragam. Salah satu diantaranya
adalah dengan melakukan kegiatan bercerita sebagai implementasi metode
bercerita. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman Kanak-kanak melalui
cerita yang disampaikan secara lisan. (Moeslichatun, 1999: 157)
Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan
atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.
Dengan demikian bercerita dalam konteks komunikasi dapat dikatakan sebagai
upaya mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang sesuatu
(ide). Sementara dalam konteks pembelajaran
anak usia dini bercerita dapat dikatakan sebagai upaya untuk
mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian
menuturkannya kembali dengan tujuan melatih keterampilan anak dalam
bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan.
Kegiatan bercerita memberikan sumbangan besar
pada perkembangan anak secara keseluruhan sebagai implikasi dari perkembangan
bahasanya sehingga anak akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan aspek
perkembangan yang lain dengan modal kemampuan berbahasa yang sudah baik.
3.
Tujuan Kegiatan Bercerita
Sebagaimana
dijelaskan bahwa kegiatan bercerita, dilakukan terutama untuk mengembangkan ranah
kemampuan perkembangan berbahasa pada
anak usia dini. Melalui bercerita anak akan dapat mengembangkan :
1.
Kemampuan
dan keterampilan mendengarkan
2.
Kemampuan
dan keterampilan berbicara
3.
Kemampuan
dan keterampilan berasosiasi
4.
Kemampuan
dan keterampilan berekspresi
5.
Kemampuan
dan keterampilan berimajinasi
6.
Kemampuan
dan keterampilan berfikir / logika
Adapun tujuan pembelajaran dengan
bercerita dalam program kegiatan di Taman Kanak-kanak, adalah : (Hidayat, 2003:
45)
a.
Mengembangkan
kemampuan dasar untuk pengembangan daya cipta, dalam pengertian membuat anak
kreatif, yaitu lancar, fleksibel dan orosinal dalam bertutur kata, berfikir,
serta berolah tangan dan tubuh sebagai latihan motorik halus maupun kasar.
b.
Pengembangan
kemampuan dasar dalam pengembangan bahasa agar anak didik mampu berkomunikasi
secara lisan dengan lingkungan.
4.
Manfaat Kegiatan
Bercerita
Kegiatan bercerita dapat memperluas
wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam kegiatan bercerita anak dapat
tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya, atau jika
seandainya bukan merupakan hal baru tentu akan mendapatkan kesempatan untuk mengulang
kembali ingatan akan hal yang pernah didapat atau dialaminya. Tambahan
pengalaman tersebut tentu akan memperluas wawasan anak. Sementara itu, cara
berfikir anak juga akan mendapat tambahan dengan pengenalan dan penambahan
logika-logika atas cerita yang didenagrkannya. Dengan semakin terlatih
kemampuan berlogika melalui cerita yang didengarkannya anak akan memiliki cara
berfikir yang lebih luas.
Kegiatan bercerita juga dapat
mewariskan nilai-nilai budaya dan kemanusiaan pada anak. Moeslichatoen (1992:
26) menjelaskan: bercerita mempunyai makna penting bagi perkembangan Taman
Kanak-kanak, melalui kegiatan bercerita guru dapat melakukan hal untuk :
1.
Mengkomunikasikan
nilai-nilai budaya
2.
Mengkomunikasikan
nilai-nilai sosial
3.
Mengkomunikasikan
nilai-nilai keagamaan
4.
Menanamkan
etos kerja, etos waktu dan etos alam
5.
Membantu
mengembangkan fantasi anak
6.
Membantu
mengembangkan dimensi kognitif anak
7.
Membantu
mengembangkan dimensi bahasa anak
Melalui bercerita pola kerja dan
semangat hidup sebagai manusia juga akan tertanam pada anak. Hal tersebut
disebabkan karena salah satu bentuk belajar manusia adalah dengan belajar
melalui pengalaman orang lain. Penyampaian dan pengadopsian pengalaman tersebut
didapatkan salah satunya melalui bercerita yang disampaikan dalam pembelajaran.
Dalam kegiatan bercerita yang disampaikan dalam pembelajaran.
Berdasarkan cerita yang di dengarnya ia
mampu membuat imajinasi yang bersifat fantasi sebagai akibat dari pengaruh
mental dari penceritaan. Peningkatan ketrampilan komunikasi lisan melalui
berbahasa akan dapat ditingkatkan dengan terlatihnya anak melalui kegiatan
mendengarkan, memberikan respon, memberi jawaban dan lain-lain sebagai
aktivitas dalam kegiatan bercerita.
B.
Peran Cerita Dalam Belajar Anak
Tujuan
dan manfaat kegiatan bercerita mempunyai kedudukan yang jelas, jelas dalam
belajar anak usia dini. Selain tujuan
utama bagi pengembangan kemampuan berbahasa anak melalui mendengar dan
berbicara bercerita juga berpengaruh pada kondisi psikologis bagi anak secara
keseluruhan. Sebagai kegiatan pembelajaran, cerita memiliki peranan alam
belajar anak. Terdapat beberapa pencapaian tujuan dan dampak pembelajaran yang
bisa diperoleh. Hal ini akan diketahui dengan mencermati bagaimana proses
belajar yang terjadi pada anak.
Menurut
proses belajar yang dikembangkan oleh Robert M. Gagne (Nasution, 1990: 140)
terdapat empat fase dalam belajar :
1.
Fase Apprehending (pengalaman)
2.
Fase Acquisition (perolehan)
3.
Fase Storage (Penyimpanan)
4.
Fase Retreival (Penampilan)
Ke empat fase tersebut berlangsung secara
berturut-turut.
Fase apprehending terjadi ketika seorang anak memperhatikan stimulus
tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami maknanya. Dengan demikian
sebuah sebuah stimulus dapat diapresiasikan dengan berbagai cara, misalnya
ketika mendengar kata “syukur” anak akan memperhatikan semua konteks cerita
untuk menangkap arti dan memahami makna tersebut adakah merupakan ungkapan
terima kasih atau mengolok orang lain atas perbuatan jelek yang dilakukan.
Fase acquisition terjadi sebagai kelanjutan fase apprehending untuk memberikan “kesanggunpan” yang diperoleh
seseorang untuk melakukan sesuatu yang belum diketahui sebelumnya. Dalam fase
ini setelah makna dan arti diketahui, siswa akan melakukan sejumlah kalkulasi
sebagai akibat dari pemahaman makna sebelumnya misalnya kata “syukur” setelah diterjemahkan
sebagai ungkapan terima kasih siswa akan menyatakan kesanggupannya untuk
mengetahui bahwa ungkapan kata tersebut dilakukan setelah pengucap mendapatkan
sesuatu di luar dugaanya.
Fase Storage terjadi apabila kemampuan dan pengalaman baru hasil dari
fase sebelumnya kemudian kemudian di simpan. Penyimpanan ini memiliki 2 jenis yakni penyimpanan
ingatan jangka pendek (short term memory)
dan penyimpanan ingatan jangka panjang (long
term memory), tergantung pada seberapa besar informasi yang disimpan dan
seberapa besar pula pengaruhnya bagi kehidupan siswa. Untuk kegiatan
pembelajaran, upaya penyimpanan sampai pada long
term memory sangat diperlukan karena cenderung bersifat menetap pada siswa.
Fase Retrival terjadi seandainya ingatan yang telah disimpannya
dibutuhkan dan kemudian dikeluarkan lagi untuk dimanfaatkan dalam berbagai
bentuk, biasanya untuk memberikan jawaban atas pengalaman hidup yang terjadi.
C.
Konsep Dasar Cerita
Cerita
merupakan sarana menyampaikan ide/pesan melalui serangkaian penataan yang baik
dengan tujuan agar pesan menjadi lebih mudah diterima dan memberikan dampak yang
lebih luas dan banyak pada sasaran. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka
upaya penataan cerita perlu mendapatkan perhatian.
Sebuah
cerita tentu disampaikan dengan harapan agar ide/pesan yang dimaksud dapat
tersampaikan. Penataan dalam hal ini lebih mempermudah hal tersebut dilakukan.
1.
Keterlibatan
Keterlibatan
menjadi kunci bagi upaya penarikan dan mengikat perhatian anak dalam kegiatan
bercerita. Melalui perhatian yang terpusat pada guru yang menyampaikan cerita
anak akan mudah mengikuti pembelajaran yang disampaikan melalui bercerita.
2.
Berada
dalam Dunia Anak (Dunia Fikir dan Realita)
Salah satu esensi pembelajaran adalah
mempengaruhi orang lain dengan tujuan meningkatkan potensi an sumber daya orang
lain tersebut. Dalam kegiatan bercerita, seorang guru harus dapat melakukan
pembelajatan dengan memperhatikan prinsip ini. Seorang guru harus dapat
mempengaruhi muridnya terhadap pembelajaran yang dikakukannya. Melalui cerita
yang disampaikan seorang guru berupaya membelajarkan yang dalam konteks
komunikasi dimaksud “mempengaruhi orang lain” tersebut.
3.
Memiliki
Nilai Pesan
Dalam
konteks kegiatan bercerita, seorang guru mempunyai keinginan untuk menyampaikan
materi pembelajaran kepada murid. Dengan memperhatikan karakteristik sasaran
(murid) dan variabel jenis bidang pembelajaran yang akan disampaikan maka
ditentukanlah format kegiatan bercerita.
Dengan demikian, guru bertindak sebagai penyampai pesan, murid bertindak sebagai
penerima pesan dan bercerita dipergunakan sebagai saluran komunikasinya dan
yang pasti tidak tertinggal adalah materi pembelajaran sebagai pesan yang
disampaikan dalam komunikasi tersebut.
D.
Jenis Cerita
1.
Prosa
(Cerita) Lama
Prosa
lama pada umumnya mengisahkan kehidupan klasik yang mencerminkan struktur
kehidupan sosial manusia dijaman lama, meskipun patokan lama dan baru masih
bersifat subyektif jika dilihat pada
gaya kehidupan manusia pada jaman sekarang.
Prosa
lama mencerminkan jaman lama yakni adanya kerajaan, kehidupan para penghuni
istana serta segala yang menjadi ciri khas kehidupan lama tersebut. Namun prosa
lama menitik beratkan pada disampaikannya pesan-pesan yang bersifat positif,
artinya berupa kebaikan-kebaikan dengan tujuan menjadi petuah atau
nasehat-nasehat yang dapat diteladani. Sebagai
contoh prosa (cerita) lama adalah cerita tentang timun mas yang dikejar raksasa
untuk dimakan.
Jenis-jenis Prosa Lama :
1.
Dongeng
2.
Hikayat
3.
Cerita
berbingkai
4.
Cerita
panji
5.
tambo
2.
Prosa
(cerita) baru
Prosa
baru adalah bentuk karangan bebas yang tidak terkait dengan sistem sosial dan
struktur kehidupan lama. Maksud dari digulirkannya prosa baru adalah untuk
menyampaikan sisi kehidupan secara utuh tanpa menutupinya dengan alasan apapun.
Sebab bagaimanapun secara realita dunia ini terdiri dari dua hal yang
bertentangan yakni baik dan buruk, kebaikan dan kejahatan, miskin dan kaya,
hitam dan putih, dan sebagainya.
E.
Klasifikasi Cerita
1.
Drama
Darama merupakan salah satu klasifikasi cerita
yang populer karena banyak digunakan dan mudah penggunaannya. Drama merupakan
cerita yang diangkat dari kehidupan sehari-hari, sehingga drama dapat
diangakat dari kehidupan sehari-hari.
2.
Kisah Nyata
Sebuah cerita
dapat diangkat dari kisah kehidupan nyata menjadi bahan cerita. Berbeda dngan
drama, kisah nyata merupakan kisah yang benar-benar terjadi yang kemudian
disampaikan menjadi sebuah cerita.
3.
Futuristik
Cerita mengenai
kehidupan masa yang akan datang itu dikenal dengan cerita yang futuristik. Ia
merupakan penggambaran kehidupan dimasa datang namun merupakan perkembangan
kreativitas dan imajinatif kehidupan dimasa sekarang.
4.
Imajinatif
5.
Teka-teki (misteri)
6.
Humor
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari bab pembahasan pada bab II dapat pemakalah
simpulkan bahwa Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan
disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.
Bercerita dalam konteks komunikasi dapat dikatakan sebagai upaya mempengaruhi
orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang sesuatu (ide).
Kegiatan bercerita memberikan sumbangan besar
pada perkembangan anak secara keseluruhan sebagai implikasi dari perkembangan
bahasanya sehingga anak akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan aspek
perkembangan yang lain dengan modal kemampuan berbahasa yang sudah baik.
B.
Saran
Demikianlah pembahasan makalah kami, semoga
bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Kritik dan saran sangat pemakalah
harapkan demi untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment