Saturday, April 28, 2018

Makalah Teknik Bercetita Pada Anak Usia Dini

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Berbicara masalah anak, tidak terlepas dari bayangan tentang manusia kecil yang berlarian ke sana-kemari, dengan menunjukkan keriangannya mengisi hidup. Tapi benarkah demikian? Secara fisiologis anak kecil memang memiliki segenap komponen fisik yang dimiliki oleh orang dewasa. Tapi bagaimana dengan aspek yang lain, sebab manusia bukan hanya terdiri dari aspek fisik saja. Ia juga memiliki aspek lain yakni psikis yang perlu dikembangkan seiring dengan perkembangan fisiknya.
Pendidikan di Taman Kanak-kanak dilakukan dengan pendekatan “bermain sambil belajar” dan “belajar sambil bermain” dengan tujuan menimbulkan rasa senang pada anak sebagaimana karakteristik anak usia dini. Bermain sebagai bentuk pembelajaran dilakukan dengan memperhatikan teori perkembangan yang telah dibahas pada bagian atas. Unsur bermain yang dilakukan dalam belajar anak diusahakan berangsur-angsur dikurangi sehingga fokus anak dapat lebih tercurah pada belajar.   
Pendidikan yang dilakukan pada anak usia dini pada hakikatnya adalah upaya memfasilitasi perkembangan yang sedang terjadi pada dirinya. Perkembangan anak usia dini merupakan peningkatan kesadaran dan kemampuan anak untuk mengenal dirinya dan berinteraksi dengan lingkungannya seiring dengan pertumbuhan fisik yang dialami.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep bercerita sebagai metode pendidikan di taman kanak-kanak?
2.      Apa pengertian, tujuan serta manfaat kegiatan bercerita?
3.      Bagaimana peran cerita dalam belajar anak?
4.      Bagaimana konsep dasar bercerita?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui konsep cerita sebagai metode pendidikan di taman kanak-kanak
2.      Mengetahui pengertian, tujuan serta manfaat kegiatan bercerita
3.      Memahami peran cerita dalam belajar anak
4.      Memahami konsep dasar bercerita


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Kegiatan Bercerita
1.      Bercerita Sebagai metode Pendidikan di Taman Kanak-kanak
Program kegiatan di Taman Kanak-kanak dilaksanakan dengan tujuan program: “untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
Program tersebut berpedoman pada Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak (GBPKB-TK) dan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun 1990 tentang pendidikan pra sekolah, dengan program kegiatan belajar (Hidayat, 2003: 21) :
a.       Program Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di TK dalam rangka pembentukan sehari-hari melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari yang meliputi pengembangan agama, moral Pancasila, disiplin, perasaan emosi, dan kemampuan bermasyarakat.
b.      Program Kegiatan Belajar dalam rangka pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru meliputi pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang dipersiapkan oleh guru meliputi pengembangan kemampuan pendidikan agama, berbahasa, daya pikir, daya cipta, keterampilan dan jasmani(GBPKB TK, 1994: 2)  
Pendidikan di Taman Kanak-kanak dikembangkan dengan berdasar pada teori-teori pembelajaran yang menggunakan prosedur dan strategi ilmiah untuk belajar, diantaranya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang dapat diterapkan di Taman Kanak-kanak adalah metode yang sesuai untuk belajar anak usia dini. Dengan demikian tidak semua metode pembelajaran yang berhasil diidentifikasi dan dikembangkan oleh para ahli pembelajaran dapat dipergunakan di Taman Kanak-kanak. Metode itu adalah : (Hidayat, 2003: 21)
a.       Metode bercerita
b.      Metode bercakap-cakap
c.       Metode diskusi
d.      Metode tanya jawab
e.       Metode mengucapkan syair
f.        Metode dramatisasi
g.       Metode pemberian tugas
h.       Metode praktik langsung
i.         Metode demonstrasi / eksperimen
j.        Metode pantomim
k.      Metode menyanyi
l.         Metode skolatik / kinesteti
m.     Metode bermain
n.       Metode wisata bermain
o.      Metode proyek / kerja kelompok
p.      Metode gerak dan lagu
q.      Metode senam
r.        Metode menari
s.       Metode permainan musik
t.        Metode atraktif

Dari berbagai metode dalam pendidikan anak usia dini sebagaimana disebutkan di atas nampak bahwa salah satu metode yang dipergunakan adalah metode bercerita  yang sesuai dengan tujuan pengembangan anak di Taman Kanak-kanak.
2.      Pengertian Kegiatan Bercerita
Aspek pengembangan anak usia dini pada lembaga Taman Kanak-kanak sangat luas dan hal tersebut dapat dicapai dengan pendekatan yang beragam. Salah satu diantaranya adalah dengan melakukan kegiatan bercerita sebagai implementasi metode bercerita. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman Kanak-kanak melalui cerita yang disampaikan secara lisan. (Moeslichatun, 1999: 157)
Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan  pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Dengan demikian bercerita dalam konteks komunikasi dapat dikatakan sebagai upaya mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang sesuatu (ide). Sementara dalam konteks pembelajaran  anak usia dini bercerita dapat dikatakan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih keterampilan anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan. 
Kegiatan bercerita memberikan sumbangan besar pada perkembangan anak secara keseluruhan sebagai implikasi dari perkembangan bahasanya sehingga anak akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan aspek perkembangan yang lain dengan modal kemampuan berbahasa yang sudah baik.       
3.      Tujuan Kegiatan Bercerita
Sebagaimana dijelaskan bahwa kegiatan bercerita, dilakukan terutama untuk mengembangkan ranah kemampuan perkembangan berbahasa  pada anak usia dini. Melalui bercerita anak akan dapat mengembangkan :
1.      Kemampuan dan keterampilan mendengarkan
2.      Kemampuan dan keterampilan berbicara
3.      Kemampuan dan keterampilan berasosiasi
4.      Kemampuan dan keterampilan berekspresi
5.      Kemampuan dan keterampilan berimajinasi
6.      Kemampuan dan keterampilan berfikir / logika  
Adapun tujuan pembelajaran dengan bercerita dalam program kegiatan di Taman Kanak-kanak, adalah : (Hidayat, 2003: 45)
a.       Mengembangkan kemampuan dasar untuk pengembangan daya cipta, dalam pengertian membuat anak kreatif, yaitu lancar, fleksibel dan orosinal dalam bertutur kata, berfikir, serta berolah tangan dan tubuh sebagai latihan motorik halus maupun kasar.
b.      Pengembangan kemampuan dasar dalam pengembangan bahasa agar anak didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan.   
4.      Manfaat  Kegiatan Bercerita
Kegiatan bercerita dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam kegiatan bercerita anak dapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya, atau jika seandainya bukan merupakan hal baru tentu akan mendapatkan kesempatan untuk mengulang kembali ingatan akan hal yang pernah didapat atau dialaminya. Tambahan pengalaman tersebut tentu akan memperluas wawasan anak. Sementara itu, cara berfikir anak juga akan mendapat tambahan dengan pengenalan dan penambahan logika-logika atas cerita yang didenagrkannya. Dengan semakin terlatih kemampuan berlogika melalui cerita yang didengarkannya anak akan memiliki cara berfikir yang lebih luas.
Kegiatan bercerita juga dapat mewariskan nilai-nilai budaya dan kemanusiaan pada anak. Moeslichatoen (1992: 26) menjelaskan: bercerita mempunyai makna penting bagi perkembangan Taman Kanak-kanak, melalui kegiatan bercerita guru dapat melakukan hal untuk :
1.      Mengkomunikasikan nilai-nilai budaya
2.      Mengkomunikasikan nilai-nilai sosial
3.      Mengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan
4.      Menanamkan etos kerja, etos waktu dan etos alam
5.      Membantu mengembangkan fantasi anak
6.      Membantu mengembangkan dimensi kognitif anak
7.      Membantu mengembangkan dimensi bahasa anak
Melalui bercerita pola kerja dan semangat hidup sebagai manusia juga akan tertanam pada anak. Hal tersebut disebabkan karena salah satu bentuk belajar manusia adalah dengan belajar melalui pengalaman orang lain. Penyampaian dan pengadopsian pengalaman tersebut didapatkan salah satunya melalui bercerita yang disampaikan dalam pembelajaran. Dalam kegiatan bercerita yang disampaikan dalam pembelajaran.
Berdasarkan cerita yang di dengarnya ia mampu membuat imajinasi yang bersifat fantasi sebagai akibat dari pengaruh mental dari penceritaan. Peningkatan ketrampilan komunikasi lisan melalui berbahasa akan dapat ditingkatkan dengan terlatihnya anak melalui kegiatan mendengarkan, memberikan respon, memberi jawaban dan lain-lain sebagai aktivitas dalam kegiatan bercerita.

B.     Peran Cerita Dalam Belajar Anak
Tujuan dan manfaat kegiatan bercerita mempunyai kedudukan yang jelas, jelas dalam belajar anak usia dini.  Selain tujuan utama bagi pengembangan kemampuan berbahasa anak melalui mendengar dan berbicara bercerita juga berpengaruh pada kondisi psikologis bagi anak secara keseluruhan. Sebagai kegiatan pembelajaran, cerita memiliki peranan alam belajar anak. Terdapat beberapa pencapaian tujuan dan dampak pembelajaran yang bisa diperoleh. Hal ini akan diketahui dengan mencermati bagaimana proses belajar yang terjadi pada anak.
Menurut proses belajar yang dikembangkan oleh Robert M. Gagne (Nasution, 1990: 140) terdapat empat fase dalam belajar :
1.      Fase Apprehending (pengalaman)
2.      Fase Acquisition (perolehan)
3.      Fase Storage (Penyimpanan)
4.      Fase Retreival (Penampilan)
Ke empat fase tersebut berlangsung secara berturut-turut.
Fase apprehending terjadi ketika seorang anak memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami maknanya. Dengan demikian sebuah sebuah stimulus dapat diapresiasikan dengan berbagai cara, misalnya ketika mendengar kata “syukur” anak akan memperhatikan semua konteks cerita untuk menangkap arti dan memahami makna tersebut adakah merupakan ungkapan terima kasih atau mengolok orang lain atas perbuatan jelek yang dilakukan.
Fase acquisition terjadi sebagai kelanjutan fase apprehending untuk memberikan “kesanggunpan” yang diperoleh seseorang untuk melakukan sesuatu yang belum diketahui sebelumnya. Dalam fase ini setelah makna dan arti diketahui, siswa akan melakukan sejumlah kalkulasi sebagai akibat dari pemahaman makna sebelumnya misalnya kata “syukur” setelah diterjemahkan sebagai ungkapan terima kasih siswa akan menyatakan kesanggupannya untuk mengetahui bahwa ungkapan kata tersebut dilakukan setelah pengucap mendapatkan sesuatu di luar dugaanya.
Fase Storage terjadi apabila kemampuan dan pengalaman baru hasil dari fase sebelumnya kemudian kemudian di simpan. Penyimpanan  ini memiliki 2 jenis yakni penyimpanan ingatan jangka pendek (short term memory) dan penyimpanan ingatan jangka panjang (long term memory), tergantung pada seberapa besar informasi yang disimpan dan seberapa besar pula pengaruhnya bagi kehidupan siswa. Untuk kegiatan pembelajaran, upaya penyimpanan sampai pada long term memory sangat diperlukan karena cenderung bersifat menetap pada siswa.
Fase Retrival terjadi seandainya ingatan yang telah disimpannya dibutuhkan dan kemudian dikeluarkan lagi untuk dimanfaatkan dalam berbagai bentuk, biasanya untuk memberikan jawaban atas pengalaman hidup yang terjadi.
       
C.     Konsep Dasar Cerita
Cerita merupakan sarana menyampaikan ide/pesan melalui serangkaian penataan yang baik dengan tujuan agar pesan menjadi lebih mudah diterima dan memberikan dampak yang lebih luas dan banyak pada sasaran. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka upaya penataan cerita perlu mendapatkan perhatian.
Sebuah cerita tentu disampaikan dengan harapan agar ide/pesan yang dimaksud dapat tersampaikan. Penataan dalam hal ini lebih mempermudah hal tersebut dilakukan.
1.      Keterlibatan
Keterlibatan menjadi kunci bagi upaya penarikan dan mengikat perhatian anak dalam kegiatan bercerita. Melalui perhatian yang terpusat pada guru yang menyampaikan cerita anak akan mudah mengikuti pembelajaran yang disampaikan melalui bercerita.
2.      Berada dalam Dunia Anak (Dunia Fikir dan Realita)
Salah satu esensi pembelajaran adalah mempengaruhi orang lain dengan tujuan meningkatkan potensi an sumber daya orang lain tersebut. Dalam kegiatan bercerita, seorang guru harus dapat melakukan pembelajatan dengan memperhatikan prinsip ini. Seorang guru harus dapat mempengaruhi muridnya terhadap pembelajaran yang dikakukannya. Melalui cerita yang disampaikan seorang guru berupaya membelajarkan yang dalam konteks komunikasi dimaksud “mempengaruhi orang lain” tersebut.  
3.      Memiliki Nilai Pesan
Dalam konteks kegiatan bercerita, seorang guru mempunyai keinginan untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada murid. Dengan memperhatikan karakteristik sasaran (murid) dan variabel jenis bidang pembelajaran yang akan disampaikan maka ditentukanlah  format kegiatan bercerita. Dengan demikian, guru bertindak sebagai penyampai pesan, murid bertindak sebagai penerima pesan dan bercerita dipergunakan sebagai saluran komunikasinya dan yang pasti tidak tertinggal adalah materi pembelajaran sebagai pesan yang disampaikan dalam komunikasi tersebut.   

D.    Jenis Cerita
1.      Prosa (Cerita) Lama
Prosa lama pada umumnya mengisahkan kehidupan klasik yang mencerminkan struktur kehidupan sosial manusia dijaman lama, meskipun patokan lama dan baru masih bersifat subyektif jika dilihat  pada gaya kehidupan manusia pada jaman sekarang.
Prosa lama mencerminkan jaman lama yakni adanya kerajaan, kehidupan para penghuni istana serta segala yang menjadi ciri khas kehidupan lama tersebut. Namun prosa lama menitik beratkan pada disampaikannya pesan-pesan yang bersifat positif, artinya berupa kebaikan-kebaikan dengan tujuan menjadi petuah atau nasehat-nasehat yang dapat diteladani.  Sebagai contoh prosa (cerita) lama adalah cerita tentang timun mas yang dikejar raksasa untuk dimakan.
Jenis-jenis Prosa Lama :



1.      Dongeng
2.      Hikayat
3.      Cerita berbingkai
4.      Cerita panji
5.      tambo



2.      Prosa (cerita) baru
Prosa baru adalah bentuk karangan bebas yang tidak terkait dengan sistem sosial dan struktur kehidupan lama. Maksud dari digulirkannya prosa baru adalah untuk menyampaikan sisi kehidupan secara utuh tanpa menutupinya dengan alasan apapun. Sebab bagaimanapun secara realita dunia ini terdiri dari dua hal yang bertentangan yakni baik dan buruk, kebaikan dan kejahatan, miskin dan kaya, hitam dan putih, dan sebagainya. 

E.     Klasifikasi Cerita
1.      Drama
Darama merupakan salah satu klasifikasi cerita yang populer karena banyak digunakan dan mudah penggunaannya. Drama merupakan cerita yang diangkat dari kehidupan sehari-hari, sehingga drama dapat diangakat  dari kehidupan sehari-hari.
2.      Kisah Nyata
Sebuah cerita dapat diangkat dari kisah kehidupan nyata menjadi bahan cerita. Berbeda dngan drama, kisah nyata merupakan kisah yang benar-benar terjadi yang kemudian disampaikan menjadi sebuah cerita. 
3.      Futuristik
Cerita mengenai kehidupan masa yang akan datang itu dikenal dengan cerita yang futuristik. Ia merupakan penggambaran kehidupan dimasa datang namun merupakan perkembangan kreativitas dan imajinatif kehidupan dimasa sekarang. 
4.      Imajinatif
5.      Teka-teki (misteri)
6.      Humor
BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dari bab pembahasan pada bab II dapat pemakalah simpulkan bahwa Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan  pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Bercerita dalam konteks komunikasi dapat dikatakan sebagai upaya mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang sesuatu (ide).
Kegiatan bercerita memberikan sumbangan besar pada perkembangan anak secara keseluruhan sebagai implikasi dari perkembangan bahasanya sehingga anak akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan aspek perkembangan yang lain dengan modal kemampuan berbahasa yang sudah baik.       

B.     Saran
Demikianlah pembahasan makalah kami, semoga bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA


Bachri, Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita di Taman Kanak-kanak, Teknik dan Prosedurnya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

No comments:

Post a Comment