Sunday, April 22, 2018

Makalah Studi Kasus


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Hakikat kehadiran setiap individu dalam proses hidup ini, diantaranya adalah mengemban status dan peran sebagai ‘terdidik dan mendidik’. Asumsi itulah yang menyebabkan kita semua apabila memahami dan mengkaji tentang ‘peran atau fungsi guru’ dalam proses mendidik diri sendiri dan peserta didik di sekolah tidak akan habis untuk diperbincangkan, baik pada level masyarakat awan maupun level masyarakat ilmuwan.
Dari beberapa kajian ilmiah berkaitan dengan fungsi dan peran guru dalam proses pembelajaran tentang ilmu pengetahuan atau pola budaya pada peserta didik, menyimpulkan bahwa kedudukan guru memegang peran sentral sebagai: (1) Salah satu media pentransfer ilmu pengetahuan pada anak; (2) Pembimbing proses perubahan pola perilaku kehidupan anak didik kearah lebih baik; dan (3) Fasilitator/ pengarah dalam proses pemecahan beragam problem peserta didik yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan persoalan pribadi sebagai warga masyarakat.
Agar setiap guru BP/BK mampu menjalankan ketiga peran sentral tersebut, maka setiap guru BP/BK disepanjang waktu harus terus berjuang untuk meningkatkan kualitas profesinya, khususnya berkaitan dengan kualitas pelayanan  ketiga peran tersebut. Kualitas kompetensi profesional guru BP/BK adalah menyangkut: Kompetensi kepribadian; kompetensi sosial; kompetensi paedagogik; dan kompetensi profesi.[1]
Mengkaji tentang metode meningkatkan kualitas peran dan profesionalitas guru BP/BK dalam mentranfer ilmu (transfer of science), internalisasi dan transfer nilai-norma (transfer of value and norm), dan sebagai pembimbing (guidance) dalam proses perubahan perilaku peserta didik di sekolah, setiap guru BP/BK dituntut memiliki pemahaman dan sudut pandang secara multidimensional dalam proses pemberian layanan pada peserta didik. Banyak wacana yang telah disampaikan oleh para ahli, baik melalui media publikasi jurnal penelitian ilmiah, maupun buku kajian ilmiah yang membahas tentang, bagaimana metode atau strategi yang dapat ditempuh dalam meningkatkan kualitas kompetensi profesional guru BP/BK di sekolah.
Salah satu bagian penting dari upaya meningkatkan kompetensi profesional guru BP/BK adalah, menumbuhkan motivasi guru BP/BK untuk menulis, membuat karya lmiah atau melakukan penelitian studi kasus. Penelitian Studi Kasus (Case Study) merupakan salah satu bagian karya tulis ilmiah yang harus dikuasai oleh setiap guru BP/BK, agar proses layanan pembimbingan pada peserta didik di sekolah terus terjadi peningkatan kualitas hasil pembelajaran siswa dan peningkatan kualitas kepribadian siswa dan guru BP/BK. Berikut ini dijelaskan tentang bagaimana cara melakukan kegiatan penelitian studi kasus.

B.     Rumusan Masalah
Dari hal tersebut, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:
1.      Apakah yang simaksud dengan studi kasus?
2.      Apa saja jenis-jenis studi kasus?
3.      Bagaimana langkah-langkah dalam penelitian studi kasus?
4.      Bagaimanakah studi kasus yang baik?
5.      Bagaimana penelitian studi kasus dalam mengkaji pendidikan ?
6.      Apa saja tipe-tipe Studi Kasus dan Implementasinya dalam Penelitian?
7.      Bagaimana contoh desain penelitian studi kasus?

C.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk :
1.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan studi kasus
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis studi kasus
3.      Untuk mengetahui langkah-langkah dalam penelitian studi kasus
4.      Untuk mengetahui studi kasus yang baik
5.      Untuk mengetahui penelitian studi kasus dalam mengkaji pendidikan
6.      Untuk mengetahui tipe-tipe Studi Kasus dan Implementasinya dalam Penelitian
7.      Untuk mengetahui contoh desain penelitian studi kasus



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Studi Kasus
Penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subyek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam.[2]
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan sernua variabel yang penting.[3]
Secara umum, pengertian-pengertian tersebut mengarah pada pernyataan bahwa, sesuai dengan namanya, penelitian studi kasus adalah penelitian yang menempatkan sesuatu atau obyek yang diteliti sebagai ‘kasus’.
Definisi yang paling sering dijumpai tentang studi kasus semata-mata mengulangi jenis-jenis topik yang aplikatif. Sebagai contoh, dalam kata-kata seorang pengamat bahwa Esensi studi kasus, adalah mencoba menjelaskan keputusan-keputusan tentang mengapa studi tersebut dipilih, bagaimana mengimplementasikannya, dan apa hasilnya.[4]
Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.
Setiap analisis kasus mengandung data berdasarkan wawancara, data berdasarkan pengamatan, dokumenter, kesan dan pernyataan orang lain mengenai kasus tersebut.
Contoh:
Disuatu kelas terdapat seorang siswa yang sangat menonjol, lain dari yang lain. Jika diajar tidak pernah tenang, sifatnya keras, suka membantah. Sikapnya berang. Tapi prestasinya luar biasa baik. Siswa seperti ini pantas dijadikan “kasus”, artinya dijadikan subyek dalam penelitian kasus.[5]
Di dalam penelitian tersebut siswa diselidiki, apa sebab mempunyai tingkah laku demikian. Apa latar belakangnya, bagaimana sejarahnya, dan seterusnya. 

B.     Jenis-jenis Studi Kasus
1.      Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuri perkembangan organisasinya. Studi ini sering kurang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
2.      Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi peran serta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.
3.      Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hidup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang, masa remaja, sekolah, topik persahabatan dan topik tertentu lainnya.
4.      Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus observasi.
5.      Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
6.      Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.[6]

C.     Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus
1.      Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masyarakat atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumber-sumber yang tersedia;[7]
2.      Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak;
3.      Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan;
4.      Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan penyempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada;
5.      Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.[8]

D.    Ciri-ciri Studi Kasus yang Baik
1.      Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan kepentingan umum atau bahkan dengan kepentingan nasional.
2.      Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan oleh kedalaman dan keluasan data yang digali peneliti, dan kasusnya mampu diselesaikan oleh penelitinya dengan baik dan tepat meskipun dihadang oleh berbagai keterbatasan.
3.      Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut pandang yang berbeda-beda.
4.      Keempat, studi kasus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling penting saja, baik yang mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak mendasarkan prinsip selektifitas.
5.      Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi pada pembaca.

E.     Model Penelitian Studi Kasus dalam Mengkaji Masalah-masalah Pendidikan
Studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subjek yang diselidiki terdiri atas satu unit (kesatuan unit) yang dipandang sebagai kasus. Oleh karena bersifat mendalam dan mendetail maka studi kasus pada umumnya menghasilkan gambaran yang longitudinal, yaitu hasil pengumpulan dan analisis data dalam satu jangka waktu. Kasusnya dapat terbatas pada satu orang, satu lembaga, satu keluarga, satu peristiwa, satu desa, ataupun satu kelompok manusia dan kelompok objek lain yang terbatas yang dipandang sebagai kesatuan. Segala hal yang mempunyai arti dalam riwayat kasus, misalnya peristiwa terjadinya perkembangannya dan perubahan-perubahannya, mendapat perhatian sepenuhnya dari peneliti.
Paradigma pembelajaran dan pembimbingan dewasa ini adalah menuntut adanya peningkatan kualitas profesional pendidik di sekolah dengan lebih menekankan pada aspek keaktifan, kreatifitas siswa dan kemandirian siswa.
Salah satu bagian penting yang akan menunjang guru BP/BK mampu meningkatkan kualitas kompetensi profesionalnya adalah kemampuan untuk melakukan penelitian atau melakukan kajian secara intens berkaitan dengan bidang pekerjaannya.
Ada beberapa argumentasi atau alasan mengapa setiap guru BP/BK harus memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian studi kasus (CSR), antara lain:
1.      Kemampuan guru BP/BK melakukan CSR dapat meningkatkan kualitas akademik dan non akademik secara terus menerus, serta mempunyai kemampuan mengambil keputusan sesuai dengan profesinya (profesional judgment)
2.      Penelitian studi kasus (CSR), dapat mengembalikan rasa percaya diri (self confidence) guru BP/BK, sehingga mampu mengemban tugas-tugas profesionalnya. Melalui CSR, guru BP/BK melatih diri mengamati secara jeli beragam problema peserta didik di sekolah, apa yang menjadi sebab terjadinya problem, dan bagaimana cara mencari jalan keluar yang terbaik dalam menyelesaikan problem bagi peserta didik.
3.      Penelitian studi kasus (CSR), dapat menumbuhkan semangat membebaskan (liberating) dan menyetarakan (emancipating) dalam konteks profesi guru BP/BK. Artinya ketika guru BP/BK mempunyai rasa kepercayaan diri dan harga diri (self esteem) sebagai guru BP/BK yang profesional, dia akan mandiri, tidak tergantung pada pihak lain, punya semangat inovatif dalam proses layanan pembimbingan siswa.
4.      Penelitian studi kasus (CSR), dapat memberikan masukan (input) bagi guru BP/BK dalam hal: (a) penyusunan program layanan pembimbingan di kelas (sekolah); (b) strategi memecahkan beragam problema peserta didik untuk kemudian dicari solusi yang terbaik dalam mencapai kualitas prestasi belajar siswa; (c) upaya guru BP/BK dalam melakukan inovasi layanan pembimbingan pesrta didik di sekolah; dan (d) membangun iklim hubungan yang persuasif, komunikatif antara peserta didik dengan guru BP/BK, sehingga siswa tidak merasa takut atau enggan bertemu dengan guru BP/BK .

F.      Tipe-tipe Studi Kasus dan Implementasinya dalam Penelitian
Bogdan dan Biklen (1982), mencoba mengklasifikasikan tipe-tipe studi kasus ke dalam enam tipologi. Keenam tipologi ini merupakan single case studies, studi kasus tunggal. Pertama, studi kasus kesejarahan sebuah organisasi. Yang dituntut dalam studi kasus jenis ini adalah pemusatan perhatian mengenai perjalanan dan perkembangan sejarah organisasi sosial tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula. Melakukan studi macam ini selain memerlukan sumber-sumber informasi dan bahan-bahan yang akurat dan terpercaya, juga membutuhkan kecermatan dalam merinci secara sistematik perkembangan dari tahap-tahap sebuah organisasi sosial. Untuk memastikan ketersediaan bahan-bahan dan sumber informasi yang diper-lukan, agaknya penting studi pendahuluan dalam studi kasus tipe pertama ini.[9]
Kedua, studi kasus observasi. Yang lebih ditekankan di sini adalah kemampuan seorang peneliti menggunakan teknik observasi dalam kegiatan penelitian. Dengan teknik observasi seperti ini diharapkan dapat dijaring keterangan-keterangan empiris yang detail dan aktual dari unit analisis atau unit pemikiran (thinking unit) penelitian, apakah itu menyangkut kehidupan individu maupun unit-unit sosial tertentu dalam masyarakat.
Ketiga, studi kasus sejarah kehidupan (life history). Studi ini mencoba menyingkap dengan lengkap dan rinci kisah perjalanan hidup seseorang sesuai dengan tahap-tahap, dinamika dan liku-liku yang mengharu biru kehidupannya. Seseorang yang dimaksud tentu tidak sembarang orang melainkan yang memiliki keunikan yang menonjol dan luar biasa dalam konteks kehidupan masyarakat. Misalnya, tentang kehadirannya memberi makna tersendiri sekaligus sangat mewarnai perubahan-perubahan dalam masyarakat. Melakukan studi kasus life history ini dapat bersandar pada dokumen-dokumen pribadi yang bersangkutan serta dengan melakukan wawancara mendalam kepada orang pertama sebagai sumber utama.
Keempat, studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan. Seorang peneliti yang berpengalaman serta memiliki kepekaan dan ketajaman naluriah sebagai peneliti seringkali mampu melihat sisi-sisi unik tapi bermakna dari lingkungan sosial sekitarnya di dalam komunitas di mana dia hidup dan bergaul sehari-hari. Kenyataan tersebut dapat dijadikan pusat perhatian untuk melakukan studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan.
Kelima, studi kasus analisis situasional. Kehidupan sosial yang dinamis dan selalu menggapai perubahan demi perubahan tentu saja mengisyaratkan adanya letusan-letusan situasi dalam bentuk peristiwa-peristiwa atau katakanlah fenomena sosial tertentu. Misalnya, krisis politik yang melanda negeri ini disertai berbagai isu berseliweran tak karuan seperti akan ada kerusuhan, penjarahan massal dan sebagainya, telah membuat orang-orang keturunan Cina di berbagai kota besar ramai-ramai mengungsi ke kota lain yang dianggap aman bahkan tidak sedikit yang keluar negeri. Contoh lain, datangnya era reformasi di tengah badai krisis ekonomi dan politik saat ini justru disikapi oleh kalangan elite masyarakat dengan mendirikan partai politik. Fenomena demikian sesungguhnya menggambarkan sebuah situasi sosial macam apa? Hal ini menarik diteliti untuk menggambarkan sebuah situasi sosial yang telah dan tengah berlangsung.[10]
Keenam, studi kasus mikroemografi. Studi kasus tataran ini dilakukan terhadap sebuah unit sosial terkecil. Katakanlah sebuah sisi tertentu dalam kehidupan sebuah komunitas atau organisasi atau bahkan seorang individu.
Sementara itu, Yin (1996), secara tegas mengkategorikan studi kasus ke dalam tiga tipologi, yakni: studi kasus ekplanatoris, eksploratoris, dan deskriptif. Yin meletakkan ketiga tipologi ini berdasarkan jenis pertanyaan yang harus dijawab dalam studi kasus, yakni pertanyaan "how" (bagaimana) dan "why" (mengapa), serta pada tingkat tertentu juga menjawab pertanyaan "what" (apa/apakah). Dengan mengedepankan tiga tipologi tersebut, Yin sekaligus menolak anggapan (atau yang menurutnya kesalahpahaman umum) bahwa studi kasus hanya cocok diterapkan dalam penelitian yang bersifat eksploratoris, tidak dalam konteks penelitian yang bersifat eksplanatoris dan deskriptif. Sejalan dengan Yin, Sevilla dkk. (1993) misalnya, meletakkan studi kasus sebagai penelitian yang bersifat deskriptif. Untuk mendukung argumentasinya, Yin menyebut salah satu karya bermutu dan terkenal yang dihasilkan melalui studi kasus. Sebuah buku yang ditulis oleh William F. White (1943), Street Comer Society, dikedepankannya sebagai contoh sebuah karya klasik dalam sosiologi komunitas dari studi kasus yang bersifat deskriptif. Juga, karya Graham Allison (1971), Essence of Decision Making: Eksplaining the Missile Crisis, sebagai contoh studi kasus eksplanatoris.

G.    Contoh Desain Studi Kasus
Selanjutnya, bagaimana implementasi studi kasus dalam kegiatan penelitian ? Dengan kata lain, desain macam apakah yang harus dirancang dalam melakukan studi kasus? Dalam hubungan ini, desain yang hendak diketengahkan di sini mengacu pada model yang dikembangkan Robert Yin. Bagi Yin, sebelum membangun desain seorang peneliti perlu memperhatikan empat aspek kualitas, yakni validitas konstruk (menetapkan ukuran operasional yang benar untuk konsep-konsep yang akan diteliti), validitas internal (credibility, menetapkan hubungan kausal, dan ini khusus untuk studi kasus eksplanatoris), validitas eksternal (transferability, menetapkan ranah di mana temuan suatu penelitian dapat divisua-lisasikan), dan reliabilitas (dependability, proses penelitian dapat diinterpretasikan, dengan hasil yang sarna).[11]
Berkaitan dengan itu, Yin mengajukan lima komponen penting dalam desain studi kasus. Kelima komponen tersebut adalah:
1.      pertanyaan-pertanyaan penelitian;
2.      proposisi penelitian (jika diperlukan). Proposisi ini memberi isyarat kepada peneliti mengenai sesuatu yang harus diteliti dalam lingkup studinya
3.      unit-unit analisis penelitian. Hal ini menunjuk pada apa sesungguhnya yang dimaksud harus ditentukan terlebih dahulu secara jelas;
4.      logika yang mengaitkan data dengan proposisi; dan
5.      kriteria untuk menginterpretasikan temuan. Kedua komponen yang disebutkan terakhir (4 & 5) menunjuk pada tahap-tahap analisis data dalam penelitian studi kasus.
Dalam studi kasus analisis data tampaknya jarang sekali didefinisikan secara tegas dan konkret. Dalam konteks ini, Yin menyarankan agar gagasan tentang "pola penjodohan" yang digunakan Donald Campbell dapat dijadikan acuan bagi kegiatan analisis data dalam penelitian studi kasus. Teknik "pola penjodohan" Campbell ini menggambarkan dua pola potensial yang menunjukkan bahwa data-data tersebut bersesuai satu sarna lain secara seimbang. Meminjam term pendekatan kuantitatif, "pola penjodohan” Campbell jika dipandang sebagai proposisi saingan menunjuk pada proposisi "ada pengaruh" dan proposisi "tak ada pengaruh". Selain itu, teknik analisis lainnya yang dapat digunakan dalam penelitian studi kasus adalah pem-buatan penjelasan dan analisis deret waktu. Untuk mendesain penelitian studi kasus terdapat sekurang-kurangnya tiga macam rasionalitas yang harus diperhatikan, yakni:
1.      Bahwa kasus-tunggal pada dasarnya analog dengan eksperimen tunggal (dalam penelitian kuantitatif). Dalam konteks ini sebuah rasional muncul ketika kasus itu tampak sebagai kasus renting dan relevan untuk menguji suatu teori yang diletakkan sebelumnya sebagai perspektif.
2.      Sebuah kasus merefleksikan sesuatu yang ekstrem atau penuh keunikan sehingga menarik dan bermakna untuk ditelusuri;
3.      Sebuah kasus yang dapat dikatakan sebagai kasus penyingkapan.
Kasus semacam ini dapat ditemui seorang peneliti manakala ia berkesempatan memasuki suatu ranah sosial atau fenomena yang kurang diizinkan untuk diteliti secara alamiah. Sebuah contoh yang baik, dalam konteks ini, adalah basil studi Elliot Liebow (1967) dipublikasikan dengan judul Tally's Corner, yang menyingkap dengan menarik tentang kehidupan orang-orang kulit hitam yang menganggur di sebuah lingkungan sosial di Washington, D.C


BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Jenis-jenis Studi Kasus: a. Studi kasus kesejarahan organisasi, b. Studi kasus observasi, c. Studi kasus sejarah hidup, d. Studi kasus kemasyarakatan, e. Studi kasus analisis situasi, f. Mikroethnografi
Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus:
1.      Pemilihan kasus
2.      Pengumpulan data
3.      Analisis data
4.      Perbaikan (refinement
5.      Penulisan laporan
Studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subjek yang diselidiki terdiri atas satu unit (kesatuan unit) yang dipandang sebagai kasus. Paradigma pembelajaran dan pembimbingan dewasa ini adalah menuntut adanya peningkatan kualitas profesional pendidik di sekolah dengan lebih menekankan pada aspek keaktifan, kreatifitas siswa dan kemandirian siswa.

B.     Saran
Demikianlah pembahasan makalah mengenai studi kasus, semoga dapat bermanfaat bagi kita sekalian, kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2006

Arifin, Pengantar Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, FPISH. IKIP Budi Utomo Malang, Malang, 2009

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya, PT.Remaja Rosda karya, Bandung, 2006

I Made Wirartha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Andi Yogyakarta, Yogyakarta, 2006

Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005

Samsul Bahri, Metode Penelitian Studi Kasus, (Sumber: https://atibilombok.blogspot. co.id diposting pada 25/06/2014, dan siakses pada 20/04/2018 puku; 16.00 Wib


[1] Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, (PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2006), hal. 142
[2] Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, (PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2006), hal. 142
[3] Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode, (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005), hal.1
[4] Ibid,  Robert K. Yin, , hal.2
[5] Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunnikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya, (PT.Remaja Rosda karya, Bandung, 2006), hal. 202
[6] Ibid,  Deddy Mulyana, hal. 204
[7] I Made Wirartha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, (Andi Yogyakarta, Yogyakarta, 2006), hal. 145
[8] Ibid, I Made Wirartha, hal. 146
[9] Samsul Bahri, Metode Penelitian Studi Kasus, (Sumber: https://atibilombok.blogspot. co.id diposting pada 25/06/2014, dan siakses pada 20/04/2018 puku; 16.00 Wib
[10] Samsul Bahri, Metode Penelitian Studi Kasus, (Sumber: https://atibilombok.blogspot. co.id diposting pada 25/06/2014, dan siakses pada 20/04/2018 puku; 16.00 Wib
[11] Samsul Bahri, Metode Penelitian Studi Kasus, (Sumber: https://atibilombok.blogspot. co.id diposting pada 25/06/2014, dan siakses pada 20/04/2018 puku; 16.00 Wib

No comments:

Post a Comment