BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Hakikat
kehadiran setiap individu dalam proses hidup ini, diantaranya adalah mengemban
status dan peran sebagai ‘terdidik dan mendidik’. Asumsi itulah yang
menyebabkan kita semua apabila memahami dan mengkaji tentang ‘peran atau fungsi
guru’ dalam proses mendidik diri sendiri dan peserta didik di sekolah tidak
akan habis untuk diperbincangkan, baik pada level masyarakat awan maupun level
masyarakat ilmuwan.
Dari
beberapa kajian ilmiah berkaitan dengan fungsi dan peran guru dalam proses
pembelajaran tentang ilmu pengetahuan atau pola budaya pada peserta didik,
menyimpulkan bahwa kedudukan guru memegang peran sentral sebagai: (1) Salah
satu media pentransfer ilmu pengetahuan pada anak; (2) Pembimbing proses
perubahan pola perilaku kehidupan anak didik kearah lebih baik; dan (3)
Fasilitator/ pengarah dalam proses pemecahan beragam problem peserta didik yang
berkaitan dengan proses pembelajaran dan persoalan pribadi sebagai warga
masyarakat.
Agar
setiap guru BP/BK mampu menjalankan ketiga peran sentral tersebut, maka setiap
guru BP/BK disepanjang waktu harus terus berjuang untuk meningkatkan kualitas
profesinya, khususnya berkaitan dengan kualitas pelayanan ketiga peran tersebut. Kualitas kompetensi
profesional guru BP/BK adalah menyangkut: Kompetensi kepribadian; kompetensi
sosial; kompetensi paedagogik; dan kompetensi profesi.[1]
Mengkaji
tentang metode meningkatkan kualitas peran dan profesionalitas guru BP/BK dalam
mentranfer ilmu (transfer of science), internalisasi dan transfer nilai-norma
(transfer of value and norm), dan sebagai pembimbing (guidance) dalam proses
perubahan perilaku peserta didik di sekolah, setiap guru BP/BK dituntut
memiliki pemahaman dan sudut pandang secara multidimensional dalam proses
pemberian layanan pada peserta didik. Banyak wacana yang telah disampaikan oleh
para ahli, baik melalui media publikasi jurnal penelitian ilmiah, maupun buku
kajian ilmiah yang membahas tentang, bagaimana metode atau strategi yang dapat ditempuh
dalam meningkatkan kualitas kompetensi profesional guru BP/BK di sekolah.
Salah
satu bagian penting dari upaya meningkatkan kompetensi profesional guru BP/BK
adalah, menumbuhkan motivasi guru BP/BK untuk menulis, membuat karya lmiah atau
melakukan penelitian studi kasus. Penelitian Studi Kasus (Case Study) merupakan
salah satu bagian karya tulis ilmiah yang harus dikuasai oleh setiap guru
BP/BK, agar proses layanan pembimbingan pada peserta didik di sekolah terus
terjadi peningkatan kualitas hasil pembelajaran siswa dan peningkatan kualitas
kepribadian siswa dan guru BP/BK. Berikut ini dijelaskan tentang bagaimana cara
melakukan kegiatan penelitian studi kasus.
B. Rumusan
Masalah
Dari
hal tersebut, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:
1.
Apakah yang simaksud dengan studi kasus?
2.
Apa saja jenis-jenis studi kasus?
3.
Bagaimana langkah-langkah dalam penelitian
studi kasus?
4.
Bagaimanakah studi kasus yang baik?
5.
Bagaimana penelitian studi kasus dalam mengkaji
pendidikan ?
6. Apa saja tipe-tipe
Studi Kasus dan Implementasinya dalam Penelitian?
7. Bagaimana
contoh desain penelitian studi kasus?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan pembahasan
makalah ini adalah untuk :
1.
Untuk mengetahui yang dimaksud dengan studi
kasus
2.
Untuk mengetahui jenis-jenis studi kasus
3.
Untuk mengetahui langkah-langkah dalam
penelitian studi kasus
4.
Untuk mengetahui studi kasus yang baik
5.
Untuk mengetahui penelitian studi kasus dalam
mengkaji pendidikan
6. Untuk
mengetahui tipe-tipe Studi Kasus dan Implementasinya dalam Penelitian
7. Untuk mengetahui
contoh desain penelitian studi kasus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Studi Kasus
Penelitian
kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, dan
mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari
wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subyek yang sangat
sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam.[2]
Menurut
Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap
satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau
satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus
sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara
intensif dan rinci. SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat
teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985)
menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit
atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan sernua
variabel yang penting.[3]
Secara
umum, pengertian-pengertian tersebut mengarah pada pernyataan bahwa, sesuai
dengan namanya, penelitian studi kasus adalah penelitian yang menempatkan
sesuatu atau obyek yang diteliti sebagai ‘kasus’.
Definisi
yang paling sering dijumpai tentang studi kasus semata-mata mengulangi
jenis-jenis topik yang aplikatif. Sebagai contoh, dalam kata-kata seorang
pengamat bahwa Esensi studi kasus, adalah mencoba menjelaskan
keputusan-keputusan tentang mengapa studi tersebut dipilih, bagaimana
mengimplementasikannya, dan apa hasilnya.[4]
Berdasarkan
batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: (1) sasaran
penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2)
sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas
sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami
berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.
Setiap
analisis kasus mengandung data berdasarkan wawancara, data berdasarkan
pengamatan, dokumenter, kesan dan pernyataan orang lain mengenai kasus
tersebut.
Contoh:
Disuatu kelas terdapat seorang siswa yang sangat menonjol, lain dari
yang lain. Jika diajar tidak pernah tenang, sifatnya keras, suka membantah.
Sikapnya berang. Tapi prestasinya luar biasa baik. Siswa seperti ini pantas
dijadikan “kasus”, artinya dijadikan subyek dalam penelitian kasus.[5]
Di dalam penelitian tersebut siswa diselidiki, apa sebab mempunyai
tingkah laku demikian. Apa latar belakangnya, bagaimana sejarahnya, dan
seterusnya.
B. Jenis-jenis
Studi Kasus
1.
Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi,
dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu,
dengan rnenelusuri perkembangan organisasinya. Studi ini sering kurang
memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kurang mencukupi untuk
dikerjakan secara minimal.
2.
Studi kasus observasi, mengutamakan teknik
pengumpulan datanya melalui observasi peran serta atau pelibatan (participant
observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu.
Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu
tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan
sekolah.
3.
Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba
mewawancarai satu orang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan
kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hidup biasanya mengungkap
konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang, masa
remaja, sekolah, topik persahabatan dan topik tertentu lainnya.
4.
Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi
tentang kasus kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu
lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu
organisasi tertentu bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus observasi.
5.
Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus
ini mencoba menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu.
Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah
dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu
sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh
kunci lainnya.
6.
Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus
yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian
sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada
anak-anak yang sedang belajar menggambar.[6]
C. Langkah-Langkah
Penelitian Studi Kasus
1. Pemilihan
kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive)
dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan
objek orang, lingkungan, program, proses, dan masyarakat atau unit sosial.
Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat
diselesaikan dengan batas waktu dan sumber-sumber yang tersedia;[7]
2. Pengumpulan
data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih
dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis
dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara
pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat
mengumpulkan data yang berbeda secara serentak;
3. Analisis data:
setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi, dan
mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan
proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola
umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan
ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu
pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dan
lapangan;
4. Perbaikan
(refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus
hendaknya dilakukan penyempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru
terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan
peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru,
data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada;
5. Penulisan
laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan
mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga
rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan
diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang
atau kelompok.[8]
D. Ciri-ciri
Studi Kasus yang Baik
1. Menyangkut
sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan kepentingan umum atau bahkan
dengan kepentingan nasional.
2. Batas-batasnya
dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan oleh kedalaman
dan keluasan data yang digali peneliti, dan kasusnya mampu diselesaikan oleh
penelitinya dengan baik dan tepat meskipun dihadang oleh berbagai keterbatasan.
3. Mampu
mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut pandang yang berbeda-beda.
4. Keempat, studi
kasus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling penting saja, baik yang
mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak mendasarkan prinsip
selektifitas.
5. Hasilnya
ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi pada pembaca.
E. Model
Penelitian Studi Kasus dalam Mengkaji Masalah-masalah Pendidikan
Studi
kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail.
Subjek yang diselidiki terdiri atas satu unit (kesatuan unit) yang dipandang
sebagai kasus. Oleh karena bersifat mendalam dan mendetail maka studi kasus
pada umumnya menghasilkan gambaran yang longitudinal, yaitu hasil pengumpulan
dan analisis data dalam satu jangka waktu. Kasusnya dapat terbatas pada satu
orang, satu lembaga, satu keluarga, satu peristiwa, satu desa, ataupun satu
kelompok manusia dan kelompok objek lain yang terbatas yang dipandang sebagai
kesatuan. Segala hal yang mempunyai arti dalam riwayat kasus, misalnya
peristiwa terjadinya perkembangannya dan perubahan-perubahannya, mendapat
perhatian sepenuhnya dari peneliti.
Paradigma
pembelajaran dan pembimbingan dewasa ini adalah menuntut adanya peningkatan
kualitas profesional pendidik di sekolah dengan lebih menekankan pada aspek
keaktifan, kreatifitas siswa dan kemandirian siswa.
Salah
satu bagian penting yang akan menunjang guru BP/BK mampu meningkatkan kualitas
kompetensi profesionalnya adalah kemampuan untuk melakukan penelitian atau
melakukan kajian secara intens berkaitan dengan bidang pekerjaannya.
Ada
beberapa argumentasi atau alasan mengapa setiap guru BP/BK harus memiliki
kemampuan untuk melakukan penelitian studi kasus (CSR), antara lain:
1. Kemampuan guru
BP/BK melakukan CSR dapat meningkatkan kualitas akademik dan non akademik
secara terus menerus, serta mempunyai kemampuan mengambil keputusan sesuai
dengan profesinya (profesional judgment)
2. Penelitian
studi kasus (CSR), dapat mengembalikan rasa percaya diri (self confidence) guru
BP/BK, sehingga mampu mengemban tugas-tugas profesionalnya. Melalui CSR, guru
BP/BK melatih diri mengamati secara jeli beragam problema peserta didik di
sekolah, apa yang menjadi sebab terjadinya problem, dan bagaimana cara mencari
jalan keluar yang terbaik dalam menyelesaikan problem bagi peserta didik.
3. Penelitian
studi kasus (CSR), dapat menumbuhkan semangat membebaskan (liberating) dan
menyetarakan (emancipating) dalam konteks profesi guru BP/BK. Artinya ketika
guru BP/BK mempunyai rasa kepercayaan diri dan harga diri (self esteem) sebagai
guru BP/BK yang profesional, dia akan mandiri, tidak tergantung pada pihak
lain, punya semangat inovatif dalam proses layanan pembimbingan siswa.
4. Penelitian
studi kasus (CSR), dapat memberikan masukan (input) bagi guru BP/BK dalam hal:
(a) penyusunan program layanan pembimbingan di kelas (sekolah); (b) strategi
memecahkan beragam problema peserta didik untuk kemudian dicari solusi yang
terbaik dalam mencapai kualitas prestasi belajar siswa; (c) upaya guru BP/BK
dalam melakukan inovasi layanan pembimbingan pesrta didik di sekolah; dan (d)
membangun iklim hubungan yang persuasif, komunikatif antara peserta didik
dengan guru BP/BK, sehingga siswa tidak merasa takut atau enggan bertemu dengan
guru BP/BK .
F. Tipe-tipe
Studi Kasus dan Implementasinya dalam Penelitian
Bogdan
dan Biklen (1982), mencoba mengklasifikasikan tipe-tipe studi kasus ke dalam
enam tipologi. Keenam tipologi ini merupakan single case studies, studi kasus
tunggal. Pertama, studi kasus kesejarahan sebuah organisasi. Yang dituntut
dalam studi kasus jenis ini adalah pemusatan perhatian mengenai perjalanan dan
perkembangan sejarah organisasi sosial tertentu dan dalam jangka waktu tertentu
pula. Melakukan studi macam ini selain memerlukan sumber-sumber informasi dan
bahan-bahan yang akurat dan terpercaya, juga membutuhkan kecermatan dalam
merinci secara sistematik perkembangan dari tahap-tahap sebuah organisasi
sosial. Untuk memastikan ketersediaan bahan-bahan dan sumber informasi yang
diper-lukan, agaknya penting studi pendahuluan dalam studi kasus tipe pertama
ini.[9]
Kedua,
studi kasus observasi. Yang lebih ditekankan di sini adalah kemampuan seorang
peneliti menggunakan teknik observasi dalam kegiatan penelitian. Dengan teknik
observasi seperti ini diharapkan dapat dijaring keterangan-keterangan empiris
yang detail dan aktual dari unit analisis atau unit pemikiran (thinking unit)
penelitian, apakah itu menyangkut kehidupan individu maupun unit-unit sosial
tertentu dalam masyarakat.
Ketiga,
studi kasus sejarah kehidupan (life history). Studi ini mencoba menyingkap
dengan lengkap dan rinci kisah perjalanan hidup seseorang sesuai dengan
tahap-tahap, dinamika dan liku-liku yang mengharu biru kehidupannya. Seseorang
yang dimaksud tentu tidak sembarang orang melainkan yang memiliki keunikan yang
menonjol dan luar biasa dalam konteks kehidupan masyarakat. Misalnya, tentang
kehadirannya memberi makna tersendiri sekaligus sangat mewarnai
perubahan-perubahan dalam masyarakat. Melakukan studi kasus life history ini
dapat bersandar pada dokumen-dokumen pribadi yang bersangkutan serta dengan
melakukan wawancara mendalam kepada orang pertama sebagai sumber utama.
Keempat,
studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan. Seorang peneliti yang
berpengalaman serta memiliki kepekaan dan ketajaman naluriah sebagai peneliti
seringkali mampu melihat sisi-sisi unik tapi bermakna dari lingkungan sosial
sekitarnya di dalam komunitas di mana dia hidup dan bergaul sehari-hari.
Kenyataan tersebut dapat dijadikan pusat perhatian untuk melakukan studi kasus
komunitas sosial atau kemasyarakatan.
Kelima,
studi kasus analisis situasional. Kehidupan sosial yang dinamis dan selalu
menggapai perubahan demi perubahan tentu saja mengisyaratkan adanya
letusan-letusan situasi dalam bentuk peristiwa-peristiwa atau katakanlah fenomena
sosial tertentu. Misalnya, krisis politik yang melanda negeri ini disertai
berbagai isu berseliweran tak karuan seperti akan ada kerusuhan, penjarahan
massal dan sebagainya, telah membuat orang-orang keturunan Cina di berbagai
kota besar ramai-ramai mengungsi ke kota lain yang dianggap aman bahkan tidak
sedikit yang keluar negeri. Contoh lain, datangnya era reformasi di tengah
badai krisis ekonomi dan politik saat ini justru disikapi oleh kalangan elite
masyarakat dengan mendirikan partai politik. Fenomena demikian sesungguhnya
menggambarkan sebuah situasi sosial macam apa? Hal ini menarik diteliti untuk
menggambarkan sebuah situasi sosial yang telah dan tengah berlangsung.[10]
Keenam,
studi kasus mikroemografi. Studi kasus tataran ini dilakukan terhadap sebuah
unit sosial terkecil. Katakanlah sebuah sisi tertentu dalam kehidupan sebuah
komunitas atau organisasi atau bahkan seorang individu.
Sementara
itu, Yin (1996), secara tegas mengkategorikan studi kasus ke dalam tiga
tipologi, yakni: studi kasus ekplanatoris, eksploratoris, dan deskriptif. Yin
meletakkan ketiga tipologi ini berdasarkan jenis pertanyaan yang harus dijawab
dalam studi kasus, yakni pertanyaan "how" (bagaimana) dan
"why" (mengapa), serta pada tingkat tertentu juga menjawab pertanyaan
"what" (apa/apakah). Dengan mengedepankan tiga tipologi tersebut, Yin
sekaligus menolak anggapan (atau yang menurutnya kesalahpahaman umum) bahwa
studi kasus hanya cocok diterapkan dalam penelitian yang bersifat
eksploratoris, tidak dalam konteks penelitian yang bersifat eksplanatoris dan
deskriptif. Sejalan dengan Yin, Sevilla dkk. (1993) misalnya, meletakkan studi
kasus sebagai penelitian yang bersifat deskriptif. Untuk mendukung
argumentasinya, Yin menyebut salah satu karya bermutu dan terkenal yang dihasilkan
melalui studi kasus. Sebuah buku yang ditulis oleh William F. White (1943),
Street Comer Society, dikedepankannya sebagai contoh sebuah karya klasik dalam
sosiologi komunitas dari studi kasus yang bersifat deskriptif. Juga, karya
Graham Allison (1971), Essence of Decision Making: Eksplaining the Missile
Crisis, sebagai contoh studi kasus eksplanatoris.
G. Contoh
Desain Studi Kasus
Selanjutnya,
bagaimana implementasi studi kasus dalam kegiatan penelitian ? Dengan kata
lain, desain macam apakah yang harus dirancang dalam melakukan studi kasus?
Dalam hubungan ini, desain yang hendak diketengahkan di sini mengacu pada model
yang dikembangkan Robert Yin. Bagi Yin, sebelum membangun desain seorang
peneliti perlu memperhatikan empat aspek kualitas, yakni validitas konstruk
(menetapkan ukuran operasional yang benar untuk konsep-konsep yang akan
diteliti), validitas internal (credibility, menetapkan hubungan kausal, dan ini
khusus untuk studi kasus eksplanatoris), validitas eksternal (transferability,
menetapkan ranah di mana temuan suatu penelitian dapat divisua-lisasikan), dan
reliabilitas (dependability, proses penelitian dapat diinterpretasikan, dengan
hasil yang sarna).[11]
Berkaitan
dengan itu, Yin mengajukan lima komponen penting dalam desain studi kasus.
Kelima komponen tersebut adalah:
1.
pertanyaan-pertanyaan penelitian;
2.
proposisi penelitian (jika diperlukan).
Proposisi ini memberi isyarat kepada peneliti mengenai sesuatu yang harus
diteliti dalam lingkup studinya
3.
unit-unit analisis penelitian. Hal ini menunjuk
pada apa sesungguhnya yang dimaksud harus ditentukan terlebih dahulu secara
jelas;
4.
logika yang mengaitkan data dengan proposisi;
dan
5.
kriteria untuk menginterpretasikan temuan.
Kedua komponen yang disebutkan terakhir (4 & 5) menunjuk pada tahap-tahap
analisis data dalam penelitian studi kasus.
Dalam studi kasus analisis data tampaknya jarang sekali didefinisikan
secara tegas dan konkret. Dalam konteks ini, Yin menyarankan agar gagasan
tentang "pola penjodohan" yang digunakan Donald Campbell dapat
dijadikan acuan bagi kegiatan analisis data dalam penelitian studi kasus.
Teknik "pola penjodohan" Campbell ini menggambarkan dua pola
potensial yang menunjukkan bahwa data-data tersebut bersesuai satu sarna lain
secara seimbang. Meminjam term pendekatan kuantitatif, "pola penjodohan”
Campbell jika dipandang sebagai proposisi saingan menunjuk pada proposisi
"ada pengaruh" dan proposisi "tak ada pengaruh". Selain
itu, teknik analisis lainnya yang dapat digunakan dalam penelitian studi kasus
adalah pem-buatan penjelasan dan analisis deret waktu. Untuk mendesain
penelitian studi kasus terdapat sekurang-kurangnya tiga macam rasionalitas yang
harus diperhatikan, yakni:
1. Bahwa
kasus-tunggal pada dasarnya analog dengan eksperimen tunggal (dalam penelitian
kuantitatif). Dalam konteks ini sebuah rasional muncul ketika kasus itu tampak
sebagai kasus renting dan relevan untuk menguji suatu teori yang diletakkan
sebelumnya sebagai perspektif.
2. Sebuah kasus
merefleksikan sesuatu yang ekstrem atau penuh keunikan sehingga menarik dan
bermakna untuk ditelusuri;
3. Sebuah kasus
yang dapat dikatakan sebagai kasus penyingkapan.
Kasus semacam ini dapat ditemui seorang peneliti manakala ia
berkesempatan memasuki suatu ranah sosial atau fenomena yang kurang diizinkan
untuk diteliti secara alamiah. Sebuah contoh yang baik, dalam konteks ini,
adalah basil studi Elliot Liebow (1967) dipublikasikan dengan judul Tally's
Corner, yang menyingkap dengan menarik tentang kehidupan orang-orang kulit
hitam yang menganggur di sebuah lingkungan sosial di Washington, D.C
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian
kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, dan
mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Jenis-jenis
Studi Kasus: a. Studi kasus kesejarahan organisasi, b. Studi kasus observasi, c.
Studi kasus sejarah hidup, d. Studi kasus kemasyarakatan, e. Studi kasus
analisis situasi, f. Mikroethnografi
Langkah-Langkah
Penelitian Studi Kasus:
1.
Pemilihan kasus
2.
Pengumpulan data
3.
Analisis data
4.
Perbaikan (refinement
5.
Penulisan laporan
Studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan
mendetail. Subjek yang diselidiki terdiri atas satu unit (kesatuan unit) yang
dipandang sebagai kasus. Paradigma pembelajaran dan pembimbingan dewasa ini
adalah menuntut adanya peningkatan kualitas profesional pendidik di sekolah
dengan lebih menekankan pada aspek keaktifan, kreatifitas siswa dan kemandirian
siswa.
B. Saran
Demikianlah
pembahasan makalah mengenai studi kasus, semoga dapat bermanfaat bagi kita
sekalian, kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi untuk perbaikan
makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Suharsimi Arikunto,
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2006
Arifin, Pengantar
Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, FPISH. IKIP Budi
Utomo Malang, Malang, 2009
Deddy Mulyana,
Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial
Lainnya, PT.Remaja Rosda karya, Bandung, 2006
I Made Wirartha,
Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Andi Yogyakarta, Yogyakarta, 2006
Robert K. Yin, Studi
Kasus Desain & Metode, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005
Samsul Bahri, Metode Penelitian Studi Kasus, (Sumber: https://atibilombok.blogspot.
co.id diposting pada 25/06/2014, dan siakses pada 20/04/2018 puku; 16.00 Wib
[1] Suharsimi Arikunto, Prosedur
penelitian suatu pendekatan praktik, (PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2006),
hal. 142
[2] Suharsimi Arikunto, Prosedur
penelitian suatu pendekatan praktik, (PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2006),
hal. 142
[3] Robert K. Yin, Studi
Kasus Desain & Metode, (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005),
hal.1
[5] Deddy Mulyana, Metodologi
Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunnikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya,
(PT.Remaja Rosda karya, Bandung, 2006), hal. 202
[7] I Made Wirartha, Metodologi
Penelitian Sosial Ekonomi, (Andi Yogyakarta, Yogyakarta, 2006), hal. 145
[8] Ibid, I Made
Wirartha, hal. 146
[9] Samsul Bahri, Metode
Penelitian Studi Kasus, (Sumber: https://atibilombok.blogspot. co.id
diposting pada 25/06/2014, dan siakses pada 20/04/2018 puku; 16.00 Wib
[10] Samsul Bahri, Metode
Penelitian Studi Kasus, (Sumber: https://atibilombok.blogspot. co.id
diposting pada 25/06/2014, dan siakses pada 20/04/2018 puku; 16.00 Wib
[11] Samsul Bahri, Metode
Penelitian Studi Kasus, (Sumber: https://atibilombok.blogspot. co.id
diposting pada 25/06/2014, dan siakses pada 20/04/2018 puku; 16.00 Wib
No comments:
Post a Comment