BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
vertikal, yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang tinggi
sampai ke yang lebih Dalam kehidupan sehari-hari sering kita amati adanya
perbedaan status dan peranan antar warga, baik di lingkungan keluarga atau pun
masyarakat.
Dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas
perbedaan tersebut mencakup berbagai aspek kehidupan, misalnya ada orang kaya
dan ada orang miskin, ada orang yang berkuasa dan ada orang tidak berkuasa,
serta ada orang yang dihormati dan ada orang yang tidak di hormati. Gejala di
atas menunjukan adanya perbedaan- perbedaan bertingkat dalam masyarakat.
Perbedaan bertingkat tersebut dinamakan pelapisan sosial. Pelapisan sosial
bersifat umum atau universal artinya selalu di temukan pada setiap kelompok
sosial, baik pada masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Ada beberapa
pendapat pakar tentang pelapisan sosial salah satunya adalah Plato, seorang
filsuf (pemikir) yunani, mengatakan bahwa masyarakat negara dapat dibedakan
menjadi tiga golongan yakni filsuf sebagai pemimpin negara, prajurit sebagai
penjamin terlaksana hukum negara, dan rakyat (petani) sebagai warga negara.
Adanya perbedaan dalam masyarakat juga di temukan pada murid plato yaitu
aristoteles. Ia mengatakan bahwa masyarakat dapat dibedakan menjadi 3 golongan
yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat dan yang ada diantara keduanya.
Pendapat kedua pemikir tersebut mengisaratkan
bahwa pada zaman kuno, manusia telah mengenal adanya pelapisan-pelapisan dalam
masyarakat dalam wujud perbedaan golongan. Jadi pelapisan sosial itu adalah
perbedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara vertikal, yang diwujudkan
dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang tinggi sampai ke yang lebih
rendah.atas menunjukan adanya perbedaan- perbedaan bertingkat dalam masyarakat.
Perbedaan bertingkat tersebut dinamakan
pelapisan sosial. Pelapisan sosial bersifat umum atau universal artinya selalu
di temukan pada setiap kelompok sosial, baik pada masyarakat tradisional maupun
masyarakat modern. Ada beberapa pendapat pakar tentang pelapisan sosial salah
satunya adalah Plato, seorang filsuf (pemikir) yunani, mengatakan bahwa
masyarakat negara dapat dibedakan menjadi tiga golongan yakni filsuf sebagai
pemimpin negara, prajurit sebagai penjamin terlaksana hukum negara, dan rakyat
(petani) sebagai warga negara. Adanya perbedaan dalam masyarakat juga di
temukan pada murid plato yaitu aristoteles. Ia mengatakan bahwa masyarakat
dapat dibedakan menjadi 3 golongan yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat
dan yang ada diantara keduanya. Pendapat kedua pemikir tersebut mengisaratkan
bahwa pada zaman kuno, manusia telah mengenal adanya pelapisan-pelapisan dalam
masyarakat dalam wujud perbedaan golongan. Jadi pelapisan sosial itu adalah
perbedaan rendah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang
dimaksud Sistem Status Dan Pelapisan Masyarakat ?
2. Apa faktor
penyebab terjadinya Pelapisan Masyarakat ?
3. Apa
bentuk-bentuk pelapisan sosial dalam masyarakat ?
4. Apa unsur –
unsur pelapisan dalam masyarakat ?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari sistem status dan pelapisan masyarakat.
2. Untuk
mengetahui faktor penyebab terjadinya pelapisan sosial dalam masyarakat.
3. Untuk
mengetahui Bentuk-bentuk pelapisan social dalam masyarakat.
4. Untuk mengethui
unsur – unsur pelaspisan social dalam masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sistem
Status Dan Pelapisan Masyarakat
Menurut P.J. Bouman, pelapisan sosial adalah
golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan
beberapa hak istimewa tertentu.Oleh karena itu, mereka menuntut gengsi
kemasyarakatan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kehidupan anggota
masyarakatyang berada di kelas tinggi. Seseorang yang berada di kelas tinggi
mempunyai hak-hak istimewa dibanding yang berada di kelas rendah.[1]
Menurut Pitirim A. Sorokin, pelapisan sosial
adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat atau hierarkis. Hal tersebut dapat kita ketahui adanya kelas-kelas
tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah dalam masyarakat.
Sedangkan menurut Theodorson dkk, di dalam Dictionary of Sociology, bahwa
“Pelapisan Masyarakat berarti jenjang status dan peranan yang relatif permanent
yang terdapat didalam sistem sosial (dari kelompok kecil sampai ke masyarakat)
di dalam pembedaan hak, pengaruh, dan kekuasaan. Masyarakat yang
berstratifikasi sering dilukiskan sebagai suatu kerucut atau piramida, dimana
lapisan bawah adalah paling lebar dan lapisan ini menyempit ke atas.
Pelapisan sosial merupakan gejala yang bersifat
universal. Kapan pun dan di dalam masyarakat mana pun, pelapisan sosial selalu
ada. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyebut bahwa selama dalam
masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka dengan sendirinya pelapisan sosial
terjadi. Sesuatu yang dihargai dalam masyarakat bisa berupa harta kekayaan,
ilmu pengetahuan, atau kekuasaan.[2]
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pelapisan sosial adalah pembedaan antar warga dalam masyarakat ke dalam
kelas-kelas sosial secara bertingkat. Wujudnya adalah terdapat lapisan-lapisan
di dalam masyarakat diantaranya ada kelas sosial tinggi, sedang dan rendah.
Pelapisan sosial merupakan perbedaan tinggi dan
rendahnya kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompoknya, bila dibandingkan
dengan posisi seseorang maupun kelompok lainnya. Dasar tinggi dan rendahnya
lapisan sosial seseorang itu disebabkan oleh bermacam-macam perbedaan, seperti
kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai sosial, serta kekuasaan dan wewenang.
Masyarakat terbentuk dari individu-individu.
Individu-individu yang terdiri dari berbagai
latar belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat heterogen yang
terdiri dari kelompok-kelompok sosial. Dengan terjadinya kelompok sosial itu maka
terbentuklah suatu pelapisan masyarakat atau masyarakat yang berstrata.
B.
Sifat Sistem Pelapisan
Sosial
Di dalam suatu masyarakat menurut Soekanto
(1990) dapat bersifat tertutup (close social stratification) dan terbuka (open
social stratification).
1. Sistem tertutup
Membatasi kemungkinan pindahnya
seseorang dalam suatu lapisan ke lapisan yang lain, baik yang merupakan gerak
ke atas maupun ke bawah. Didalam sistem yang demikian, satu-satunya jalan untuk
menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran (mobilitas yang
demikian sangat terbatas atau bahkan mungkin tidak ada).[3]
Contoh
masyarakat dengan sistem stratifikasi sosial tertutup adalah masyarakat
berkasta, sebagian masyarakat feodal atau masyarakat yang dasar stratifikasinya
tergantung pada perbedaan rasial. Sistem pelapisan tertutup kita temui misalnya
di India yang masyarakatnya mengenal sistem kasta yakni:
Kasta Brahmana : yang
merupakan kastanya golongan – golongan pendeta dan merupakan kasta tertinggi
Kasta Ksatria :
merupakan kasta dari golongan bangsawan dan tentara yang dipandang sebagai
lapisan kedua.
Kasta Waisya : merupakan
kasta dari golongan pedagang yang dipandang sebagai lapisan menengah ketiga.
Kasta Sudra : merupakan
kasta dari golongan rakyat jelata
Paria :adalah golongan
dari mereka yang tidak mempunyai kasta.[4]
2. Sistem terbuka
Masyarakat di dalamnya
memiliki kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan,
atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang atas ke
lapisan yang dibawahnya (kemungkinan mobilitas sangat besar). Di dalam sistem
yang demikian ini setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk jatuh ke
lapisan yang ada di bawahnya atau naiknya ke lapisan yang di atasnya.
Sistem yang demikian ini
dapat kita temukan misalnya di dalam masyarakat di Indonesia sekarang ini .
Setiap orang diberi kesempatan untuk menduduki segala jabatan bila ada
kesempatan dan kemampuan untuk itu. Tetapi disamping itu orang juga dapat turun
dari jabatannya bila dia tidak mampu mempertahankannya. Status (kedudukan) yang
diperoleh berdasarkan atas usaha sendiri disebut “Achieve status”. Dalam
hubungannya dengan pembangunan masyarakat , sistem pelapisan masyarakat yang
terbuka sangat menguntungkan.[5]
Sebab setiap warga
masyarakat diberi kesempatan untuk bersaing dengan yang lain. Dengan demikian
orang berusaha untuk mengembangkan segala kecakapannya agar dapat meraih
kedudukan yang dicita – citakan . Demikian sebaliknya bagi mereka yang tidak
bermutu akan semakin didesak oleh mereka yang cakap , sehingga yang
bersangkutan bisa jatuh ke tangga sosial uang lebih rendah.
C.
Perbedaan Sistem
Pelapisan Dalam Masyarakat
Masyarakat terbentuk dari individu-individu.
Individu-individu yang terdiri dari berbagai latar belakang tentu akan
membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri dari kelompok-kelompok
sosial. Masyarakat dan individu adalah komplementer dapat dilihat dalam
kenyataan bahwa:[6]
1. Manusia
dipengaruhi oleh masyarakat demi pembentukan pribadinya
2. Individu
mempengaruhi masyarakat dan bahkan menyebabkan perubahan
Ada beberapa
pendapat menurut para ahli mengenai strafukasi sosial diantaranya menurut
Pitirin Sorikin berpendapat bahwa
“pelapisan masyarakat adalah perbedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas –
kelas yang tersusun secara bertingkat”.
Theodorson
dkk berpendapat bahwa “pelapisan masyarakat adalah jenjang status dan peranan
yang relative permanen yang terdapat dalam sistem sosial didalam hal perbedaan
hak, pengaruh dan kekuasaan”.
Masyarakat
yang berstatifikasi sering dilukiskan sebagai suatu kerucut atau piramida,
dimana lapisan bawah adalah paling lebar dan lapisan ini menyempit ke atas.
D.
Pelapisan Sosial Ciri
Tetap Kelompok Social
Pembagian dan pemberian kedudukan yang
berhubungan dengan jenis kelamin nampaknya menjadi dasar dari seluruh sistem
sosial masyarakat kuno. Di dalam organisasi masyarakat primitifpun dimana belum
mengenai tulisan. Pelapisan masyarakat itu sudah ada. Hal itu terwujud berbagai
bentuk sebagai berikut:
1. Adanya kelompok
berdasarkan jenis kelamin dan umur dengan pembedaan-pembedaan hak dan kewajiban
2. Adanya
kelompok-kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan memiliki hak-hak istimewa
3. Adanya pemimpin
yang saling berpengaruh
4. Adanya
orang-orang yang dikecilkan diluar kasta dan orang yang diluar perlindungan
hukum
5. Adanya
pembagian kerja di dalam suku itu sendiri
6. Adanya
pembedaan standar ekonomi dan didalam ketidaksamaan ekonomi itu secara umum
pendapat tradisional tentang masyarakat primitif sebagai masyarakat yang komunistis
yang tanpa hak milik pribadi dan perdagangan adalah tidak benar. Ekonomi
primitive bukanlah ekonomi dari individu-individu yang terisolir produktif
kolektif.
E.
Teori Tentang
Pelapisan Sosial
Pelapisan masyarakat dibagi menjadi beberapa kelas : [7]
1. Kelas atas (upper class)
2. Kelas bawah (lower class)
3. Kelas menengah
(middle class)
4. Kelas menengah
ke bawah (lower middle class)
Beberapa teori tentang pelapisan
masyarakat dicantumkan di sini :
Aristoteles
mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap Negara terdapat tiga unsure, yaitu mereka
yang kaya sekali, mereka yang melarat sekali, dan mereka yang berada di
tengah-tengahnya.
Dr. Selo
Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH. MA. menyatakan bahwa selama di dalam masyarakat
pasti mempunyai sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap masyarakat pasti
mempunyai sesuatu yang dihargai.
Vilfredo
Pareto menyatakan bahwa ada dua kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu
yaitu golongan Elite dan golongan Non Elite. Menurut dia pangkal dari pada
perbedaan itu karena ada orang-orang yang memiliki kecakapan, watak, keahlian
dan kapasitas yang berbeda-beda.
Gaotano
Mosoa dalam “The Ruling Class” menyatakan bahwa di dalam seluruh masyarakat
dari masyarakat yang kurang berkembang, sampai kepada masyarakat yang paling
maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah kelas pertama (jumlahnya
selalu sedikit) dan kelas kedua (jumlahnya lebih banyak).
Karl Mark
menjelaskan terdapat dua macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki
tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyainya dan
hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam proses produksi.
Dari uraian
di atas dapat disimpulkan jika masyarakat terbagi menjadi lapisan-lapisan
social, yaitu :
1. ukuran kekayaan
2. ukuran
kekuasaan
3. ukuran
kehormatan
4. ukuran ilmu
pengetahuan
F.
Faktor Penyebab
Terjadinya Pelapisan Masyaraka
Stratifikasi sosial dapat terjadi sejalan
dengan prooses pertumbuhan atau dibentuk secara sengaja dibuat untuk mencapai
tujuan bersama. Seperti apa yang dikemukakan oleh Karl Marx yaitu karena adanya
pembagian kerja dalam masyarakat, konflik sosial dan kepemilikan.
1. Pembagian Kerja
Jika dalam sebuah
masyarakat terdapat pembagian kerja, maka akan terjadi ketergantungan antar
indivudu satu dengan indivudu yang lain. Seorang yang sukses dalam mengumpulkan
semua sumber daya yang ada dan berhasil dalam kedudukannya dalam sebuah
masyarakan akan semakin banyak yang akan diraihnya.[8]
Sedangkan yang bernasib
buruk berada diposisi yang amat tidak menguntungkan. Semua itu adalah penyebab
terjadinya stratifikasi sosial yang berawal dari ketidaksamaan dalam kekuasaan
dalam mengakses sumberdaya.
Menurut Bierstedt (1970)
, Prasodjo dan Pandjaitan (2003) pembagian kerja adalah :
a) Merupakan
syarat perlu terbentuknya kelas.
b) Menghasilkan
ragam posisi dan peranan yang membawa pada ketidaksamaan sosial yang berakhir
pada stratifikasi sosial.
c) Konflik Sosial
Konflik sosial di sini dianggap sebagai suatu
usaha oleh pelaku- pelaku untuk memperebutkan sesuatu yang dianggap langka dan
berharga dalam masyarakat. Pemenangnya adalah yang mendapatkan kekuasaan yang
lebih dibanding yang lain. Dari sinilah stratifikasi sosial lahir. Hal ini
terjadi karena terdapat perbedaan dalam pengaksesan suatu kekuasaan.
2. Hak Kepemilikan
Hak kepemilikan adalah
lanjutan dari konflik sosial yang terjadi karena kelangkaan dari sumberdaya.
Maka yang memenangkan konflik sosial akan mendapat akses lebih dan terjadi
kelangkaan pada kepemilikan terhadap sumberdaya tersebut.
Setelah semua akses yang
mereka dapatkan, maka mereka akan mendapatkan kesempatan hidup (life change)
dari yang lain. Lalu mereka akan memiliki gaya hidup (life style) yang berbeda
dari yang lain serta menunjukan dalam simbol-simbol sosial tertentu.[9]
Terjadinya Pelapisan
Sosial terbagi menjadi 2, yaitu:
a) Terjadi dengan
Sendirinya
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan
masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu
dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat
itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena itu sifat
yang tanpa disengaja inilah yang membentuk lapisan dan dasar dari pada
pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat
dimana sistem itu berlaku.
b) Terjadi dengan
Sengaja
Sistem pelapisan ini dengan sengaja ditujukan
untuk mengejar tujuan bersama. Dalam sistem ini ditentukan secara jelas dan
tegas adanya kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepada seseorang.
Di dalam sistem organisasi yang disusun dengan
cara sengaja, mengandung 2 sistem, yaitu:
(1) Sistem
Fungsional, merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya
berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat.
(2) Sistem Skalar,
merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas (
Vertikal ).
G.
Bentuk – bentuk
pelapisan masyarakat
Bentuk konkrit daripada pelapisan masyarakat
ada beberapa macam. Ada yang membagi pelapisan masyarakat seperti:
1. Masyarakat
terdiri dari Kelas Atas (Upper Class)
dan Kelas Bawah (Lower Class).
2. Masyarakat
terdiri dari tiga kelas, yaitu Kelas Atas (Upper
Class), Kelas Menengah (Middle Class)
dan Kelas Bawah (Lower Class).
Sementara
itu ada pula sering kita dengar : Kelas Atas (Upper Class), Kelas Menengah
(Middle Class), Kelas Menengah Ke Bawah (Lower Middle Class) dan Kelas Bawah
(Lower Class).[10]
Ukuran atau
kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat
kedalam satu lapisan. (Calhoun dalam Soekanto, 1990) adalah sebagai berikut
a) Ukuran kekayaan
barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisanm
teratas. Kekayaan tersebut misalnya: mobil, rumah, tanah, dan sebagainya.
b) Ukuran
kekuasaan, barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang
terbesar menempati lapisan atas.
c) Ukuran
kehormatan, orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang
teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional.
Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
d) Ukuran ilmu
pengetahuan, ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan.
Para
pendapat sarjana memiliki tekanan yang berbeda-beda di dalam menyampaikan
teori-teori tentang pelapisan masyarakat. seperti:
1) Aristoteles
Membagi masyarakat
berdasarkan golongan ekonominya sehingga ada yang kaya, menengah, dan melarat.
2) Dr.Selo
Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH.MA
Menyatakan bahwa selama didalam masyarakat ada sesuatu
yang dihargai olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang
dihargainya makan barang itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya
sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.[11]
3) Vilfredo Pareto
Menyatakan bahwa ada 2
kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu, yaitu golongan elite dan golongan
non elite.
4) Karl Marx
Menjelaskan secara tidak langsung
tentang pelapisan masyarakat menggunakan istilah kelas menurut dia, pada
pokoknya ada 2 macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki tanah
dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyai dan hanya
memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam proses produksi.
H. Unsur-Unsur Lapisan Masyarakat
Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi
tentang sistem lapisan masyarakat menurut Soekanto (1990) adalah kedudukan
(status) dan peranan (role). Kedudukan (status) diartikan sebagai tempat atau
posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial artinya tempat
seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam
arti lingkungan pergaulannya, prestise-nya, dan hak-hak serta kewajibannya.
Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan,yaitu:[12]
1. Ascribed-status,
yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan
perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Pada umumnya ascribed status
dijumpai pada masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup, misalnya
masyarakat feodal (bangsawan,kasta)
2. Achieved-status,
yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja.
Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan
masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap
orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu. Kadang-kadang
dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaituAssigned status yang merupakan
kedudukan yang diberikan. Assigned status sering memiliki hubungan erat dengan
achieved stastus.
3. Peranan (role)
merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan.
Peranan melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam
pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur
statis.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan teori dan pembahasan dalam makalah
ini, maka penulis menyimpulkan bahwa:
Lapisan
masyarakat ( stratifikasi sosial ) adalah perbedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat ( secara hierarkis ).
Kelas-kelas dalam lapisan masyarakat ada tiga yaitu:
1. Kelas atas.
2. Kelas menengah.
3. Kelas bawah.
Sistem lapisan masyarakat terjadi
karena dua hal yaitu:
1. Terjadi dengan
sendirinya.
2. Terjadi dengan
seengaja di susun untuk mengejar tumpuan bersama.
3. Sifat sistem
lapisan dalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social
stratification ) dan dapat bersifat terbuka (
open social stratification).
4. Unsur-unsur
stratifikasi masyarakat adalah kedudukan dan peranan
Faktor yang menyebabkan terjadinya
pelapisan masyarakat yakni:
1. Pembagian kerja
2. Konflik social
3. Hak kepemilikan
Kondisi Yang Mendorong Terciptanya
Stratifikasi, yakni
1. Perbedaan ras
dan budaya
2. Pembagian tugas
3. Kelangkaan
B.
Saran
Demikian pembahasan makalah mengenai sistem status dan lapisan sosial,
semoga dapat bermanfaat bagi rekan pembaca sekalian. kritik dan saran sangat
pemakalah harapkan demi untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto,
Soerjono. Sosiologi: Suatu Pengantar.
(Jakarta. PT Raja Grafindo, 2000)
Binti
Maunah, Stratifikasi Sosial dan
Perjuangan Kelas dalam Perspektif Pendidikan, (Jurnal Pdf, TA’ALLUM, Vol.
03, No. 01, Juni 2015)
Robert,
M.Z. Lawang, Teori Sosiologi Mikro dan
Makro Jilid I, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998)
Indianto
Muin, Sosiologi, (Jakarta: Erlangga,
2004)
Soerjono
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995)
Fadhil Nugroho Adi, Jurnal Stratifikasi Sosial, (Jurnal Pdf, 14 November 2012 13.47)
Indianto
Muin, Sosiologi, (Jakarta: Erlangga,
2004)
Fadhil Nugroho Adi, Jurnal Stratifikasi Sosial, (Jurnal Pdf, Tahun 2012)
MAKALAH
SOSIOLOGI PEDESAAN DAN PERKOTAAN
“Sistem Status dan Lapisan Sosial“
Disusun oleh:
1.
Santi Purnama Sari NIM.
1611330044
2.
Gegen Saputra NIM.
Dosen Pengampuh:
Rodiyah, S.Sos.I.,.Hum
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS USHULUDDIN
ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI BENGKULU
(IAIN BENGKULU)
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat petunjuk, rahmat, nikmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas mengenai “Sistem
Status dan Lapisan Sosial”
Penulis menyadari masih
ada kekurangan dan kesalahan pada makalah ini, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sebagai bahan untuk
memperbaiki kesalahan dimasa yang akan datang dari pembaca.
Mudah-mudahan makalah ini
dapat memenuhi harapan atau sesuai dengan keinginan kita bersama, semoga
hal-hal yang menjadi pertanyaan selama ini dapat terjawab dan mendapatkan
pengetahuan yang baru serta bermanfaat.
Bengkulu, Maret
2018
Penulis
|
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................ .i
Kata Pengantar...................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................ iii
Bab I Pendahuluan................................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.........................................................................
C. Tujuan Pembahasan......................................................................
Bab II Pembahasan................................................................................ 3
A. Pengertian Dari
Sistem Status Dan Pelapisan Masyarakat............... 3
B. Sifat Pelapisan Sosial..................................................................... 4
C. Perbedaan Lapisan Sosial Dalam Masyarakat................................ 6
D. Pelapisan Sosial Ciri Tetap Kelompok Social................................. 6
E. Teori Tentang Pelapisan Sosial...................................................... 7
F. Faktor Penyebab
Terjadinya Pelapisan Sosial Dalam Masyarakat.. 8
G. Bentuk-bentuk
pelapisan social dalam masyarakat......................... 10
H. Unsur – Unsur
Pelaspisan Social Dalam Masyarakat...................... 12
Bab III Penutup...................................................................................... 13
A. Kesimpulan................................................................................... 13
B. Saran............................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA
|
||||
|
[1] Soekanto, Soerjono. Sosiologi: Suatu Pengantar. (Jakarta.
PT Raja Grafindo, 2000) h. 31
[2] Binti Maunah, Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas
dalam Perspektif Pendidikan, (Jurnal Pdf, TA’ALLUM, Vol. 03, No. 01, Juni
2015) h. 5
[3] Robert, M.Z. Lawang, Teori Sosiologi Mikro dan Makro Jilid I,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hal. 42
[4] Indianto Muin, Sosiologi, (Jakarta: Erlangga, 2004),
hal. 48
[6] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 220.
[8] Fadhil Nugroho Adi, Jurnal Stratifikasi Sosial, (Jurnal Pdf, 14 November 2012 13.47) h. 2
[10] Indianto Muin, Sosiologi, (Jakarta: Erlangga, 2004), hal.
51
[12] Fadhil Nugroho Adi, Jurnal Stratifikasi Sosial, (Jurnal Pdf, Tahun 2012) h. 5
No comments:
Post a Comment