Sunday, April 22, 2018

MAKALAH Perbandingan Profesi Bimbingan dan Konseling dengan Profesi Sejenis dalam Lingkup Kesehatan Mental


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, baik di bidang tekhnologi maupun ilmu pengetahuan sekarang ini, tidak hanya memperudah kita dalam kehidupan. Namun dibalik kemudahan-kemudahan dalam kehidupan ini, tetap saja ada efek negative dari itu semua. Salah satunya dibidang psikologi, banyak kasus-kasus psikologi yang muncul yang dialami masyarakat sekarang.
Untuk menanggulangi permasalahan yang muncul maka ilmu pengetahuan yang mengempuni dalam pemecahan permasalahan psikologi iut tentunya ilmu-ilmu ynag berhubungan dengan psikologi manusia. Makanya sekarang lagi marak ahli-ahli yang professional dibidang psikologi. Salah satunya profesi BK yang tidak hanya menjadi BK pendidikan tetapi juga BK-BK yang lainnya.
Untuk itu, agar menjadi ahli dibidang BK maka harus mempelajari terlebih dahulu tentang profesi BK terlebih dahulu. Maka di dalam makalah ini akan di bahas mengenai pengertian profesi, ciri-ciri serta perbedaan antar profesi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan profesi?
2.      Apa yang dimaksud dengan kesehatan mental
3.      Apa saja perbedaan profesi antara psiklog, psikiater dan konselor?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan profesi
2.      Untuk memahami pengertian kesehatan mental
3.      Untuk memahami perbedaan profesi antara psiklog, psikiater dan konselor
 
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Profesi
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Secara estimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau bahasa latin profecus yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual.[1]
Istilah “profesi” memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan dapat disebut profesi. Untuk mecegah kesimpang-siuran tentang arti profesi dan hal-hal yang bersangkut paut dengan itu, berikut ini dikemukakan beberapa istilah dan ciri-ciri profesi. “Profesi” adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut profesi, tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu.[2]
Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik. Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Di dalam profesi dituntut adanya keahlian dan etika khusus serta standar layanan. Pengertian ini mengandung implikasi bahwa profesi hanya dapat dilakukan oleh orang-orang secara khusus di persiapkan untuk itu. Dengan kata lain profesi bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh pekerjaan lain. Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan.
Profesi mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.[3]
Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, namun tidak setiap pekerjaan adalah profesi. Seorang petugas staf administrasi bisa berasal dari berbagai latar ilmu, namun tidak demikian halnya dengan Akuntan, Pengacara, Dokter yang membutuhkan pendidikan khusus. Profesi merupakan suatu pekerjaan yang mengandalkan keterampilan dan keahlian khusus yang tidak didapatkan pada pekerjaan-pekerjaan sebelumnya. Secara tradisional ada 4 profesi yang sudah dikenal yaitu kedokteran, hukum, pendidikan, dan kependetaan.
Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan profesi, antara lain :
1.      Profesi adalah jabatan yang menuntut keahlian seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat komersial.
2.      Profesional mengacu pada dua hal yaitu, pertama orang yang menyandang suatu profesi. Kedua, penanpilan seorang dalam melakukan pekerjaan sesuai profesinya.
3.      Profesionalisme adalah suatu tingkah laku, suatu tujuan atau suatu rangkaian kwalitas yang menandai atau melukiskan coraknya suatu “profesi”. Profesionalisme mengandung pula pengertian menjalankan suatu profesi untuk keuntungan atau sebagai sumber penghidupan.
4.      Profesionalitas merupakan kemampuan sikap seorang anggota profesi untuk bertindak secara professional.
5.      Profesionalisasi meruju kepada suatu proses pengembangan keprofesionalan para anggota suatu profesi.

B.     Kesehatan Mental
Istilah “kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene. Kata “mental” diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahas latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Kesehatan mental merupakan bagian dari psikologi agama, terus berkembang dengan pesat. jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental. Sedangkan yang dimaksud Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial). [4]
Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor (Penyebab terjadinya stres) orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya. Ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental adalah Memiliki kemampuan diri untuk bertahan dari tekanan-tekanan yang datang dari lingkungannya. Sedangkan menurut Clausen Karentanan (Susceptibility) Keberadaan seseorang terhadap stressor berbeda-beda karena faktor genetic, proses belajar dan budaya yang ada dilingkungannya, juga intensitas stressor yang diterima oleh seseorang dengan orang lain juga berbeda.
Konseling kesehatan mental adalah profesi yang khusus, karena kurikulumnya mencakup psikodiagnosis, psikopatologi, dan rencana perawatan. Afiliasi kolaboratifnya
Di dalam konseling kesehatan mental adalah profesi tingkat pascasarjana yang khususnya berorientasi ke praktik. Program ini berbagi batasan dengan konseling professional dari sudut pandang konseptual dan filosofi, yang lebih bersifat pendidikan-perkembangan-preventif, daripada pengobatan klinis.[5]
Pengertian konseling kesehatan mental tidak bisa dilepaskan daripada pengertian kesehatan mental itu sendiri. Salah satu definisi kesehatan mental.
Kinerja fungsi mental yang sukses, yang menghasilkan aktivitas produktif, hubungan dengan orang lain yang memuaskan, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan dan menangani kesulitan; dari sejak masa kanak-kanak sampai kehidupan berikutnya, kesehatan mental adalah modal untuk berpikir dan keahlian komunikasi, pembelajaran, pertumbuhan emosi, fleksibilitas, dan percaya diri.
Dari defisinisi di atas  dapat dipahami bahwa  konseling kesehatan adalah proses bantuan psikologis yang diberikan oleh konselor kepada konseli baik secara individu maupun kelompok untuk mengenali dan memecahkan masalah kesehatan baik secara fisik maupun psikis agar konseli bisa beradaptasi dengan lingkungannya dan bisa menata hidupnya lebih baik.

C.     Perbandingan Profesi di dalam Ruang Lingkup Kesehatan Mental
Sebelum kita melihat perbedaannya sebelumnya psikolog, psikiater dan konselor mempunyai kesamaan yaitu ketiganya dapat memberikan konsultasi atau bimbingan untuk masalah tertentu.
1.      Psikiater
Psikiater adalah dokter yang sudah mengambil spesialis kedokteran jiwa. Gelar mereka biasanya ditulis dr. Nama, SpKJ. (Spesialis Kedokteran Jiwa). Setelah lulus sarjana kedokteran (dokter Umum) seseorang yang hendak menjadi psikiater harus mengambil keahlian bidang psikiatri sekitar lima tahun. Baru layak menyandang gelar spesialisasi Psikiater.[6] Psikiater bertugas memberikan konsultasi seputar kesehatan jiwa. Sebab mereka dilengkapi dengan berbagaii kemampuan baik konseling dan psikoterapi. Mereka belajar keahlian ini (dihitung dari S1) selama sepuluh tahun, bahkan bisa lebih. Disamping itu psikiater berhak memberikan (resep) obat kepada pasien atau klien. Psikolog dan konselor sama sekali tidak berhak mengeluarkan resep.
Psikiater adalah dokter medis yang mempunyai spesialisasi dalam bidang penyembuhan kelainan-kelainan mental. Seorang Psikiatersekurang-kurangnya telah menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran dan Program Profesi (dokter) serta mengambil spesialisasi Psikiatri.
Psikiatri adalah bidang spesialisasi dalam ilmu kedokteran yang mengkhususkan diri dalam penelitian, diagnosa, proses pencegahan dan penyembuhan kelainan mental dan perilaku yang tidak normal beserta sejumlah masalah yang berhubungan dengan penyesuaian diri(personal adjustment).
a.       Masalah yang dibicarakan: berkenaan dengan ganggua psikhis. Mulai dari ganggua ringan seperti stress, gangguan yang berat seperti psikoneurosa, atau yang sangat berat seperti psikosa.
b.      Klien: Klien yang dibantu adalah orang-orang yang mendapat gangguan psikhis yang sifatnya klinis
c.       Bantuan: Bantuan yang diberikan melalui psikotrapi
d.      Tujuan Psikoterapi: Mengubah dan membentuk kembali struktur kejiwaan klien agar mampu lebih menyesuaikan diri trhadap lingkungan; tujuannya bersifat jangka panjang
e.       Peran Psikiater: Dominan dalam memberikan petunjuk dan nasehat; Perlakuan kepada klien untuk mencapai kesembuhan; Kesembuhan banyak ditentukan oleh peran psikiater dalam mengobati klien
f.        Peran Klien: Klien cenderung pasif mengikuti petunjuk, nasihat, atau perlakuan dari psikiater
g.       Proses Bantuan: Bersifat Rekonstruktif (membangun kembali aspek kepribadian), konfrontatif, berorientasi ketidaksadaran, kuratif (memberikan obat-ob atan tertentu untuk klien), dan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang.
2.      Psikoterapi
Psikoterapi merupakan suatu bentuk perlakuan atau tritmen terhadap masalah yang sifatnya emosional. Dengan tujuan menghilangkan simptom untuk mengantarai pola perilaku yang terganggu serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif.
Psikoterapi lebih terfokus pada treatment terhadap masalah sifatnya emosional dan juga lebih dapat diandalkan pada klien yang mengalami penyimpangan dan juga lebih berusaha untuk menghilangkan simptom-simptom yang di anggap mengganggu dan lebih mengusahakan agar klien dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian ke arah yang positif.
3.      Psikolog
Psikolog adalah gelar profesi yang diberikan kepada seseorang yang sudah lulus sarjana Psikologi. Biasanya setelah lulus S1 Psikologi perlu waktu satu setengah tahun hingga dua tahun menyelesaikan gelar profesi Psikolog. Gelar mereka adalah Nama, M.Psi, Psikolog. Namun setelah tahun setelah tahun 1992, lulusan S1 yang studi selama 4-5 tahun ( Sarjana Psikologi) melanjutkan ke S2 Program profesi dan baru disebut dengan Psikolog. Lamanya sekitar 2 tahun. Seorang psikolog ada yang bekerja atau praktek sebagai psikologi klinis di rumah sakit. Selain itu ada psikolog dengan spesialisasi psikologi industri dan organisasi. Psikolog industri dan organisasi biasanya bekerja di bagian Human Resources and Development (HRD). Psikolog biasanya menggunakan pendekatan sosial dari permasalahan kejiwaan. Mereka mempelajari aspek sosial dari individu tersebut, seperti keluarga, norma masyarakat dan agama. [7]
Dalam menentukan diagnosa dan penyebab, mereka akan melakukan wawancara dengan klien dan keluarganya. Psikolog menggunakan pendekatan konseling intervensi, terapi tertentu hingga alat tes. Untuk membantu diagnosa, psikolog terkadang menggunakan bantuan tes-tes psikologi. Fungsinya untuk membantu psikolog dalam menentukan diagnosa. Untuk menyembuhkan atau menghilangkan permasalahan kejiwaan, psikolog menggunakan terapi konseling dan intervensi. Jenis tes itu antara lain tes IQ, minat, bakat, karir, tes kepribadian, dll.
Psikolog adalah seorang ahli yang telah menyelesaikan program belajar dalam ilmu psikologi. Seorang psikolog sekurang-kurangnya telah menempuh pendidikan Sarjana dan Program Profesi pada Fakultas Psikologi.
a.       Masalah yang dibicarakan
(1)   Masalah psikologis yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari, mulai dari yang ringan seperti ‘stress’ sampai gangguan yang berat seperti ‘psikoneurosis’
(2)   Masalah afektif yang mendalam
b.      Klien
(1)   Klien yang dibantu berkenaan dengan orang orang yang mendapat gangguan psikhis
c.       Bentuk bantuan
(1)   Bantuan diberikan melalui advicement (pemberian petunjuk atau nasihat), konseling dan psikoterapi
d.      Tujuan psikoterapi
(1)   Mengubah struktur kejiwaan klien agar ia mampu untuk lebih menyesuaikan diri terhadap lingkungannya[8]
e.       Peran Psikolog
(1)   Memberikan arahan pada klien untuk mencapai tujuan yang diharapkan
(2)   Psikolog memanfaatkan pengetahuannya yang lebih banyak dari klien untuk memberikan informasi atau mencarikan jalan keluar mengenai hal-hal atau masalah yang belum diketahui oleh klien
f.        Peran Klien
(1)   Klien cenderung pasif, hanya mengikuti petunjuk dari psikolog
g.       Proses Terapi
(1)   Bersifat rekonstruktif, konfrontatif, baerorientasi ketidaksadaran, dan jangka panjang


4.      Konselor
Konselor menyelesaikan studi di jurusan bimbingan Konseling. Sudah ada program sertifikasi BK dengan lembaga bernama ABKIN, Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia. Umumnya mereka bekerja sebagai konselor di sekolah, TK hingga SMU. Banyak sekolah yang baik menyediakan guru BK bagi siswanya. Konselor memangil nama orang yang mendatanginya konseli dan konselor biasanya di tempatkan di sekolah atau yayasan konseling.
 Psikolog atau psikiater biasanya lebih bersifat umum,  Kerja Sama dan Rujukan Baik psikiater maupun psikolog memiliki hubungan yang erat. Karena masalah kejiwaan manusia tidak disebabkan oleh satu faktor saja tapi multi faktor yang saling mempengaruhi. Itu sebabnya berkolaborasi agar permasalahan klien bisa diselesaikan secara menyeluruh.[9]
Konselor aalah seseorang yang memiliki keahlian dalam melakukan konseling dan telah menyelesaikan pendidikan secara akademis serta memiliki pengalaman latihan-latihan keterampilan secara profesional. Seorang konselor sekurang-kurangnya Sarjana lulusan dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.
a.       Masalah yang dibicarakan
(1)   Menekankan pada pembinaan dan pengembangan pribadi agar memperoleh perkembangan yang optimal
(2)   Masalah yang berhubungan dengan pemahaman diri, norma, nilai atau perasaan subyektif sifatnya yang didalam diri klien itu sendiri menyebabkan timbulnya konflik
b.      Klien
(1)   Klien yang dibantu umumnya berkenaan dengan orang orang yang tergolong normal
c.       Bentuk bantuan
(1)   Bantuan kepada klien dilakukan melalui bimbingan dan konseling
d.      Tujuan Konseling
(1)   Terstruktur dan terarah kepada tujuan-tujuan yang lebih terbatas (spesifik) dan konkrit
(2)   Mengutuhkan kembali pribadi klien yang “tergoncang” untuk kemudian mencoba menghadapi kenyataan dan menyesuaikan diri terhadap kendala yang ada serta akhirnya mencari jalan keluar dari masalah.
e.       Peran Konselor
(1)   Konselor tidak berperan sebagai penguasa situasi, membantu individu untuk menilai dirinya sendiri dengan prinsip tidak mengikat
(2)   Konselor mendudukan dirinya pada posisi yang sejajar dan mencoba bersama klien memecahkan permasalahannya
f.        Peran Klien
(1)   Mengikuti setiap kegiatan bimbingan dan / atau tahapan konseling secara aktif
(2)   Cenderung klien yang lebih aktif dengan terapi yang berpusat pada klien (client centered)
g.       Proses Bantuan
(1)   Bersifat edukatif, suportif, berorientasi kesadaran, dan dalam jangka waktu yang relatif pendek.


BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
 Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut.
Secara estimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau bahasa latin profecus yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual.

B.     Saran
Dengan makalah ini pemakalah menyarankan kepada rekan sekalian untuk lebih memahami profesi BK sebelum nantinya kita terjun ke lapangan.



DAFTAR PUSTAKA

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Bandung : Remaja Rosdakarya. 1994)

Sofyan S. Willis, Konseling Individual, ()Bandung : Jurusan PPB FIP IKIP Bandung)

Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010

Dadang S. dan Sunaryo K., Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung : Publikasi Jurusan BP FIP IKIP Bandung. 1980)

Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung : Pionir Jaya, 1987h. 547

Theresia Lely Okvitasari. Konseling Kesehatan Mental. (Online) sumber: http://lelyokvitasari.blogspot.co.id/ diunggah pada Kamis, April 12, 2012, dan diakses pada 31 Desember 2016 pukul 17.00 Wib.




[1] Dadang S. dan Sunaryo K., Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan,  … h. 4
[2] Dadang S. dan Sunaryo K., Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung : Publikasi Jurusan BP FIP IKIP Bandung. 1980) h. 3
[3] Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung : Pionir Jaya, 1987) h. 547
[4] Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (cv haji samaagung , Jakarta, 1994) h. 135
[5] Theresia Lely Okvitasari. Konseling Kesehatan Mental. (Online) sumber: http://lelyokvitasari.blogspot.co.id/ diunggah pada Kamis, April 12, 2012, dan diakses pada 31 Desember 2016 pukul 17.00 Wib.
[6] Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Bandung : Remaja Rosdakarya. 1994) h. 34
[7] Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja,  … h. 37
[8] Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010) H. 73
[9] Sofyan S. Willis, Konseling Individual, ()Bandung : Jurusan PPB FIP IKIP Bandung) h. 55

No comments:

Post a Comment