BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari
sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah landasan dan asas-asas
tertentu.Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan
pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu.
Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofi,
sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan
tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong
pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian berbagai landasan landasan
pendidikan itu akan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan
wawasan dan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan
yang tepat pula, akan dapat memberi
peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan program
pendidikan yang tepat wawasan.
Makalah ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas
pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan
pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, cultural,
psikologis, dan iptek. Sedangkan asas-asas pendidikan yang akan dikaji adalah
Asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hidup, dan asas kemandirian
dalam belajar.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil
adalah:
1. Apakah yang
dimaksud Landasan Pendidikan?
2. Apa sajakah
landasan pendidikan?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai
berikut:
1. Untuk
mengetahui pengertian dari Landasan Pendidikan
2. Untuk
mengetahui macam-macam landasan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Landasan
Pendidikan
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan merupakan
tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat
material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat konseptual
(contoh: landasan pendidikan). Landasan yang bersifat koseptual identik dengan
asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan
menjadi tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.[1]
Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang, pertama
dari sudut praktek sehingga kita mengenal istilah praktek pendidikan, dan kedua
dari sudut studi sehingga kita kenal istilah studi pendidikan.
Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau
lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
pedidikan.Kegiatan bantuan dalam praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan
pendidikan (makro maupun mikro), dan dapat berupa kegiatan pendidikan
(bimbingan, pengajaran dan atau latihan).Studi pendidikanadalah kegiatan
seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan
adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
B.
Macam-macam Landasan
pendidikan
1.
Landasan Filosofis
Landasan Filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau
hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti:
Apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya
menjadi tujuannya, dan sebagainya.[2]
Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat
filsafat (falsafat, falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari
bahasaYunani, philein berarti mencintai, dan sophos atau sophis berarti hikmah,
arif, atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan
konseptual yang menghasilkan konsepsi-kosnsepsi mengenai kehidupan dan dunia.
Konsepsi-konsepsi silosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada
umumnya bersumber dari dua faktor,
yaitu:
1. Religi dan
etika yang bertumpu pada keyakinan
2. Ilmu
pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada dianatara keduanya:
Kawasannya seluas religi, namun lebih dekat dengan ilmu pengetahuan karena
filsafat timbul dari keraguan dan karena mengandalkan akal manusia.
3. Tinjauan
filosofis tentang sesuatu, termasuk pendidikan, berarti berpikir bebas serta merentang
pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah filsafat
dapat dalam dua pendekatan, yakni:
Filsafat sebagai
kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta
sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
Filsafat sebagai kajian
khusus yang formal, yang mencakup logika, epistemology (tentang benar dan
salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan jelek),
metafisika (tentang hakikat yang “ada”, termasuk akal itu sendiri), serta
social dan politik (filsafat pemerintahan).
Kajian-kajian yang
dilakukan oleh berbagai cabang filsafat (logika, epistemology, etika, dan
estetika, metafisika dan lain-lain) akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan,
karena prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran hasil kajian tersebut pada
umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan. Peranan filsafat dalam bidang
pendidikan tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang:
Keberadaan dan kedudukan
manusia sebagai mahluk didunia ini, seperti yang disimpulkan sebagai zoon
politicon, homo sapiens, animal educandum, dan sebagainya.
1. Masyarakat dan
kebudayaannya.
Keterbatasan manusia sebagai mahluk
hidup yang banyak menghadapi tantangan; dan Perlunya landasan pemikiran dalam
pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan.
Hasil-hasil kajian filsafat
tersebut, utamnya tentang konsepsi manusia dan dunianya, sangat besar
pengaruhnya terhadap pendidikan. Beberapa aliran filsafat yaitu sebagai
berikut:
1. Naturalisme
2. Idealisme
3. Pragmatisme
Naturalisme merupakan aliran
filsafat yang menganggap segala kenyataan yang bisa ditangkap oleh panca indera
sebagai kebenaran yang sebenarnya. Aliran ini biasa pula diberi nama yang
berbeda sesuai dengan variasi penekanan konsepsinya tentang manusia dan
dunianya.
Berbeda dengan aliran diatas,
Idealisme menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai gagasan
kejiwaan. Apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan atau refleksi
dari ide sebagai kebenaran bersifat spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan
kejiwaan itulah sebagai kebenaran atau nilai sejati yang absolute dan abadi.
Pragmatisme merupakan aliran
filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai dari segi nilai
kegunaan praktis; dengan kata lain, paham ini menyatakan yang berfaedah itu
harus benar, atau ukuran kebenaran didasarkan pda kemanfaatan dari sesuatu itu
harus benar. Atau ukuran kebenaran didasarkan kepada kemanfaatan dari sesuatu
itu kepada manusia.
2.
Landasan Sosiologis
Manusia yang hidup berkelompok, sesuatu yang terjadi
dengan yang lain sama halnya hewan,tetapi pengelompokan pada manusia lebih
rumit dari pada hewan.pada wayan Ardhan hidup berkelompok pada hewan memiliki
ciri:
a. Pembagian pada
anggotanya
b. Ketergantungan
pada anggota
c. Ada
kerjasama anggota
d. Komunikasi
antar anggota
Dan adanya diskrimunasi
antara individu satu denan yang lain dalam kelompok
a. Pengertian
tentang landasan sosiologi
Dimana suatu proses interaksi antar dua individu,bahakan dua generasi
dan memungkinkan generasi muda untuk mengembangkan diri.sehingga melahirkan
cabang cabang sosiologi antara lain sosiologi pendidikan dan ruang lingkup yang
di pelajari antara lain:
1) Hubungan
pendidikan dengan aspek masyarakat lain,yang mempelajari: [3]
a) Fungsi
pendidikan dalam kebudayaan
b) Hubungan sisitem
pendidikan dan proses kontrol sosiala dengan sstem kekuasaan lain
c) Fungsi
pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan
kebudayaan
d) Hubungan antar
kelas sosial
e) Fungsional
pendidikan formal yang mencakup hubungan dengan ras,kebudayaam dan kelompok
kelompok dalam masyarakat
2) Hubungan
kemanusiaan di sekolah yang meliputi:
Sifat kebudayaan dalam sekolah
yang khusus dan berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah. Pola interaksi dan
struktur masyarakat sekolah
3) Pengaruh
sekolah pada perilaku anggotanya,yang mempelajari:
3.
Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai
hubungan timbale balik, sehingga kebudayaan dapat dilestarikan/dikembang dengan
jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan
pendidikan, baik secara informal maupan formal.\
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya
manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan,
dan dalam belajar arti luas dapat berwujud:
a. Ideal seperti
ide, gagasan, nilai dan sebagainya.
b. Kegiatan yang
berpola dari manusia dalam masyarakat, dan
c. Fisik yakni
benda hasil karya manusia
Seperti yang di
kemukakakan sisdiknas, yaitu pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
indonesia, dimana kehidupan masyarakat
indonesia yang majemuk dan akan kaya
kebudayaannya dan keberadaan semua itu semakin kukuh. Oleh karena itu,
kebudayaan nasional haruslah dipandang dalam latar perkembangan yang dinamis,
seiring dengan semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai
dengan asas Bhinneka Tunggal Ika.
4.
Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek
kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasan
yang penting dalam bidang pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis dari
pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang
proses perkembangan dan proses belajar.[4]
Pemahaman peserta didik utamanya
yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan faktor keberhasilan untuk
pendididkan. Dalam maksud itu, Psikologi menyediakan sejumlah
informasi/kebutuhan tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta
gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi.
Seperti di kemukakakn teori A.maslow
kategori kebutuhan menjadi enam kategori meliputi:
a. Kebutuhan
fisiologis: kebutuhan memmpertahankan hidup (makan, tidur, istrahat dan
sebagainya)
b. Kebutuhan rasa
aman: kebutuhan terus nenerus merasa aman dan bebasdari ketakutan
c. Kebutuhan akan
cinta dan pengakuan:kebutuhan rasa kasih sayang dalam kelompok
d. Kebutuhan akan
alkuturasi diri:kebutuhan akan potensi potensi yang di miliki
e. Kebutuhan untuk
mengetahui dan di pahami:kebutuhan akan berkaitan dengan penguasaan iptek
Perkembangan manusia
berlangsung sejak konsepsi (pertemuan ovum dan sperma) sampai saat kematian,
sebagai perubahan maju (progresif) ataupun kadang-kadang kemunduran (regresif).
Salah satu aspek dari
pengembangan manusia seutuhnya adalah yang berkaitan dengan perkembangan
kepribadian, utamanya agar dapat diwujudkan kepribadian yang mantap dan
mandiri. Meskipun terdapat variasi pendapat, namun dapat dikemukakan beberapa
prinsip umum kepribadian. Disebut sebagai prinsip prinsip umum karena: [5]
a) Prinsip
tersebut yang dikemukakan dengan variasi tertentu dalam berbagai teori
kepribadian.
b) Prinsip itu
akan tampak bervariasi pada kepribadian manusia tertentu (sebab: kepribadian
itu unik)
Terdapat dua hal
kepribadian yang penting di tinjau dari konteks perkembangan kepribadian,
yakni:
a) Terintegrasinya
seluruh komponen ke dalam struktur yang teroganisir secara sistematik.
b) Terjadi tingkah
laku yang konsisiten dalam menghadapi lingkungan.
5.
Landasan Ilmiah dan
Teknologis
Seperti yang kita ketahui, iptek
menjadi bagian utama dalam isi pengajaran; dengan kata lain, pendidikan sangat
berperan penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek.
Terdapat beberapa istilah yang perlu
dikaji agar jelas makna dan kedudukan masing-masing yakni pengetahuan, ilmu
pengetahuan, teknologi. Pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuatu yang
diperoleh melalui berbagai cara pengindraan terhadap fakta, penalaran (rasio),
intuisi, dan wahyu.
Iptek merupakan salah satu hasil
dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai
pada permulaan kehidupan manusia. Bukti historis menunjukkan bahwa usaha mula
bidang keilmuan yang tercatat adalah oleh bangsa Mesir purba, dimana banjir
tahunan sungai Nil menyebabkan berkembangnya system almanac, geometri dan
kegiatan survey.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera
tampak. Diperlukan satu generasi untuk melihat suatu akhir dari pendidikan itu.
Oleh karena itu apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat kegagalan, pada
umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini menuntut agar pendidikan
itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan memperhatikan sejumlah
landasan dan asas pendidikan.
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan merupakan
tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat
material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat konseptual
(contoh: landasan pendidikan). Landasan yang bersifat koseptual identik dengan
asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan
menjadi tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
B.
Saran
Demikianlah pembahasan makalah mengenai landasan pendidikan, semoga
dapat bermanfaat bagi rekan sekalian. Kritik dan saran sangat pemakalah
harapkan demi untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Parsono, dkk., 1990.
Landasan Kependidikan. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud.
Raka Joni, T. Dkk.,
1985. Wawasan Kependidikan Guru. Jakarta: P2LPTK Ditjen
Dikti. Depdikbud.
Tirtaraharja, Umar, La
Sulo. Pengantar Pendidikan. (Jakarta: PT.
Rineka Cipta,
2005)
No comments:
Post a Comment