BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Ilmu
psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku atau psikis individu dalam
lingkungan. Dalam jurnalistik tentu ilmu psikologi sangat berhubungan erat,
seorang jurnalis dalam mewawancarai harus mengetahui watak atau sifat seseorang
yang menjadi narasumber dan untuk mengetahui hal tersebut ilmu psikologilah
yang mempelajarinya.
Di
indonesia pengaruhnya tidak hanya pada model tes yang berbasis pada kecerdasan
IQ tersebut. Tetapi berkembang seolah-olah sebagai suatu strategi dan target
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan paradigma
mengejar target kurikulum bagi peserta didik lebih penting dari pada penguasaan
ilmu.
Howard
Gardner, seorang ahli biopsikologi memberikan kritik terhadap kondisi di atas.
Ia mengungkapkan: “sebagian besar pengujian kita didasarkan pada penghargaan
yang tinggi pada keterampilan verbal dan matematika. Bila andai pandai dalam
bahasa dan logika, tes, IQ, anda pasti bagus, dan anda mungkin berhasil dengan
baik masuk perguruan tinggi yang bergengsi, tetapi apakah anda berhasil setelah
lulus, mungkin akan tergantung pada sejauh mana anda memiliki dan menggunakan
kecerdasan yang lain, itulah yang saya beri perhatian yang berimbang”.
Di
dalam ilmu psikologi kita mempelajari materi kecerdasan atau disebut dengan
Inteligensi. Kecerdasan adalah kemampuan seseoarang untuk memberikan suatu
tanggapan yang baik terhadap suatu yang diterimanya. Di dalam makalah ini akan
kita bahas mengenai kecerdasan secara lebih rinci lagi.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan kecerdasan linguistic verbal?
2. Apa saja Teori
Multiple Intelligences (Ml)?
3. Bagaimana
Kecerdasan Linguistik Verbal Pada Anak Usia Dini?
4. Apa saja
Komponen Kecerdasan Linguistik?
5. Apa saja Indikator
Kecerdasan Linguistik Verbal?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian kecerdasan linguistic verbal
2. Untuk memahami Teori
Multiple Intelligences (Ml)
3. Untuk memahami Kecerdasan
Linguistik Verbal Pada Anak Usia Dini
4. Untuk memahami Komponen
Kecerdasan Linguistik
5. Untuk memahami Apa
saja Indikator Kecerdasan Linguistik Verbal
D. Manfaat dan
Kegunaan
1. Guru
Untuk guru dapat menambah wawasan dalam
mengajar dan menerapkan metode pembelajaran.
2. Orang tua
Untuk dapat membimbing anaknya dalam
mengembangkan bakat yang dimiliki sang anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecerdasan
Verbal Linguistik
Kecerdasan
linguistic dapat diartikan sebagai kemampuan menyelesaikan masalah,
mengembangkan masalah, dan menciptakan suatu dengan menggunakan bahasa secara
efektif, baik lisan maupun tertulis. Cerdas linguistic berarti cerdas kata, dan
cepat belajar dengan menggunakan kata-kata atau dengan mendengar dan melihat.
Kecerdasan
linguistic verbal mengacu kepada kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas
dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk
mengungkapkan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca dan menulis. [1]
Kecerdasan
linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik
secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti
kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan.
Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran
dan menyampaikan informasi proses pendidikan verbal merupakan proses sulit
untuk dilatih, maka proses ini hendaknya dilakukan sejak anak pada usia
egresifnya pada usia kanak-kanak, terkadang orang tua takun ketika anaknya
sedang mengalami kelincahan bergerak hingga melarang untuk bergerak kemana yang
ia mau, akhirnya progresif anak untuk melakukan sesuatu haras diurungkan karena
ketakutan dari orang tuannya.[2]
Kecerdasan verbal linguistik mungkin
merupakan kecerdasan yang paling universal di antara ketujuh kecerdasan
majemuk. Kecerdasan verbal-linguistik
adalah kemampuan berfikir dalam bentuk kata-kata secara efektif baik secara
lisan maupun tulisan dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan
mengapresiasikan makna. Mengungkap kalimat dengan menggunakan kata yang
tepat. Dengan demikian ada empat
komponen dalam kecerdasan ini yakni: fonologis
(kepekaan bunyi), sintaksis (struktur
dan susunan kalimat), semantik (pemahaman
tentang makna), dan pragmatika (kemampuan
berbahasa untuk mencapai sasaran praktis).
Seseorang yang berbakat dalam bahasa
mempunyai kepekaan yang tajam terhadap bunyi atau fonologi bahasa. Mereka
sering menggunakan permainan kata-kata, tongue
twister, aliterasi, onomatope, dan
tiruan bunyi-bunyian seperti bel yang memukau.
Pemikir berciri linguistik biasanya mahir pula memanipulasi sintaksis bahasa. Pemikir yang amat verbal pun merupakan ahli
tata bahasa yang terunggul ia terus-menerus mencari kesalahan lisan atau
tulisan yang kadang terjadi dalam kehidupannya sendiri atau dalam kehidupan
orang lain. Janius linguistik juga memperlihatkan pula kepekaan terhadap bahasa
melalui semantik (pemahaman mendalam
tentang makna). Mungkin komponen kecerdasan linguistik yang paling penting
adalah kemampuan menggunakan bahasa
untuk mencapai sasaran praktis (pragmatika).
Para pakar berikut kecerdasan yang dimiliki Herbert W. Amstrong (untuk menarik
pengikut baru), Joan Rivers (untuk menghibur), Isaac Asimov (untuk mengajar),
Winston Churchill (untuk membangkitkan inspirasi), atau Clarence Darrow (untuk
meyakinkan).
Kecerdasan
linguistik adalah kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu
menggunakannya secara kompeten melalui kata-kata, seperti bicara, membaca, dan
meniilis. Biasanya, kecerdasan ini dimiliki oleh para orator, negosiator,
pengacara, negarawan, dan lain sebagainya .
Orang
yang mempunyai kecerdasan linguistik tinggi mampu memengaruhi orang lain hanya
dengan gaya bahasa dan retorika saja. Gaya bahasa, tutur kata, gerak verbal,
mimik yang pas ketika bicara, semua mengandung daya pikat yang luar biasa.
Bahkan, kecerdasan ini mampu meyakinkan siapapun sehingga segala hal yang
diucapkannya laksana "sabda” yang penuh makna. Tidak heran, jika orang
berkecerdasan linguistik tinggi, ketika ia berorasi di depan umum atau forum,
kata-katanya mampu "menyihir” seluruh pendengamya. Lebih dari itu, orang
yang mempunyai kecerdasan linguistik tinggi mampu memilih kata-kata yang tepat,
memberi ilustrasi yang
singkat, menjaga fokus pembicaraan, sistematis, dan komunikatif. Walaupun ia
bicara di depan banyak orang, tetapi seolah-olah setiap audiensi diajak
berdialog dan tepat mengenai sasaran.
Tidak
hanya itu, orang yang mempunyai kecerdasan linguistik baik
juga mampu membendung berbagai sanggahan dan kritikan yang berusaha
menjattihkannya. Bahkan, sering kali (entah sengaja atau tidak), di sela-sela
orasinya yang mengalir, ia mampu member؛
kesempatan kepada audiensi untuk berceloteh "nakal”. Namun, celoteh itu
bukan berupa sanggahan dan bantahan, tetapi justru memperkuat argumen yang
disampaikannya.[3]
Dalam
konteks dan situasi bagaimanapun, orang yang mempunyai kecerdasan linguistik
tinggi mampu seluruh metode ceramah
dengan baik. Ia bisa membawakan orasi ilmiah dengan sangat mengagumkan. Di sisi
lain, ia juga piawai membawakan puisi, kisah, cerita, dan lain sebagainya
secara serempak, dialogis, dinamis, dan interaktif.
Terlebih
lagi ketika berdebat atau bemegosiasi.
Kata-katanya tidak melukai lawan
bicaranya sedikit pun,
tanpa daya kekuatan
argumentasinya. Ia juga bisa menafsirkan beragam fakta, memberi makna terhadap sebuah fenomena, dan
melakukan interpretasi secara memadai.
Dalam bicaranya yang sangat mengalir itu, ia mampu memilih kosakata
secara cepat dan tepat. Hal ini dikarenakan seorang orator, negosiator, dan
pengacara sangat menguasai tata bahasa seperti, sintaksis, semantik, fonik, dan
pragmatik.
Kecerdasan
Linguistik berkaitan dengan kemampuan bahasa dan dalam hal penggunaannya.
Orang-orang yang berbakat dalam bidang ini senang bermain-main dengan bahasa,
gemar membaca dan menulis, tertarik dengan suara, arti dan narasi. Mereka
seringkali pengeja yang baik dan mudah mengingat tanggal, tempat dan
nama.Selain itu, ada beberapa hal lain yang berkaitan dengan cirri khas pada kecerdasan
ini yaitu :
1. mampu
menuliskan pengalaman kesehariannya
2. pendapatnya secara
lebih baik dibandingkan anak seusianya,
3. memiliki kosa
kata yang banyak dibandingkan anak seusianya dan menggunakannya dengan tepat,
4. banyak membaca
(buku, koran, majalah, artikel di internet, dan lain sejenisnya), banyak
memberikan pendapat, masukan, kritikan, pada orang lain,
5. mengeja kata
asing danbaru dengan tepat,
6. suka
mendengarkan pernyataan-pernyataan lisan (cerita, ulasanradio, buku bersuara),
menyukai pantun, permainan kata, serangkaian kata yangsukar diucapkan
7. dan suka
bercerita panjang lebar atau mampu menceritakanlelucon dan kisah-kisah.[4]
Kecerdasan
ini ditunjukkan dengan kepekaan seseorang pada bunyi, struktur, makna, fungsi
kata, dan bahasa. Anak yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan
efektif dalam hal berkomunikasi lisan dan tulisan mengarang cerita, diskusi dan
mengikuti debat suatu masalah, belajar bahasa asing, bermain "game"
bahasa, membaca dengan pemahaman tinggi, mudah mengingat ucapan orang lain,
tidak mudah salah tulis atau salah eja, pandai membuat lelucon, pandai membuat
puisi, tepat dalam tata bahasa, kaya kosa kata, dan menulis secara jelas.
Kecerdasan
verbal-linguistik anak usia dini dapat diketahui melalui kegiatan: [5]
1. Mengobservasi
kemauan dan kemampuan berbicara. Anak yang cerdas dalam verbal-linguistik
banyak bicara, suka bercerita, pandai melucu dengan kata-kata. Kita dapat
mengamati bagaimana mereka berbicara, bernegosiasi, mengekspresikan perasaan
melalui kata-kata, dan mempengaruhi orang lain.
2. Mengamati
kemampuan anak-anak melucu dengan kata-kata dan menangkap kelucuan.
3. Mengamati
kegiatan di kelas dan mengamati bagaimana anak-anak bermain dengan huruf-huruf,
seperti mencocok huruf, menukarkan huruf, menebak kata-kata, dan kegiatan
bermain lain yang melibatkan bahasa, baik lisan maupun tulis.
4. Mengamati
kesenangan mereka terhadap buku serta kemampuan mereka membaca dan menulis.
Cara belajar terbaik bagi anak-anak
yang cerdas dalam verbal-linguistik adalah dengan mengucapkan, mendengarkan,
dan melihat tulisan. Oleh karena itu, ajaklah anak-anak dengan kecerdasan
verbal-linguistik ke toko buku, beri kesempatan berbicara, sediakan banyak
buku-buku, rekaman, serta menciptakan peluang mereka untuk menulis, menyediakan
peralatan membuat tulisan, tape recorder, mesin ketik, keyboard, untuk belajar
mengidentifikasi huruf dalam kata-kata.
B. Teori
Multiple Intelligences (Ml)
Menurut
Kamus Bahasa Indonesia, wawasan adalah konsepsi cara pandang. Sedangkan
multiple intelligences atau yang biasa dikenal dengan kecerdasan majemuk
merupakan teori psikologi yang menyatakan bahwa setiap manusia termasuk
anak-anak memiliki berbagai jenis kecerdasan dengan tingkatan yang berbeda.
Dalam multiple intelligences, terdapat 8 kecerdasan yang mampu meredefinisi
ulang kecerdasan tunggal memberi perspektif baru terhadap berbagai
teori kecerdasan lain, seperti kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan
spiritual (SQ). teori ini menghapus pandangan mengenai anak cerdas dan tidak
cerdas karena teori ini beranggapan bahwa pada hakikatnya semua anak adalah
cerdas.[6]
Kecerdasan
majemuk (multiple intelligences [Ml]) merupakan teori psikologi dan neurosains
di bidang pendidikan. Sekarang, Ml telah menjadi paradigma besar semua lembaga
pendidikan,4 tak terkecuali seluruh PAUD di Indonesia. Hanya saja, efek atau
dampak dari teori ini belum dapat dirasakan perannya bagi peningkatan kualitas
pendidikan. Dalam konteks ini, pemberian perspektif multiple intelligences
terhadap implementasi kurikulum PAUD 2013 diharapkan mampu memandu peningkatan
kualitas pembelajaran anak usia dini di Indonesia.
1.
Prinsip Multiple Intelligences
Sering kali orang menganggap bahwa IQ tinggi
identik dengan anak cerdas, sebaliknya IQ rendah identik dengan anak bodoh.
Ternyata asumsi tersebut tidaklah benar adanya. Teori multiple intelligences
yang dipelopori oleh Howard Gardner, seorang psikolog dari Project Zero Harvard
University pada tahun 1983 membuktikan bahwa kecerdasan manusia itu lebih
kompleks, tidak hanya sekadar kecerdasan intelektual saja. Menurut Gardner,
pada dasarnya tidak ada manusia yang tidak cerdas karena setiap manusia
memiliki berbagai jenis kecerdasan dengan tingkatan yang berbeda. Gardner
menganggap bahwa kecerdasan seseorang itu tidak ditentukan dengan IQ yang
tinggi yang hanya mengacu pada logika matematika, linguistik, dan spasial. Q؛eh karena itu, Gardner memunculkan teori multiple intelligences untuk
memperkuat argumennya tersebut. Kecerdasan seseorang tidak dapat diukur hanya
dengan tes IQ, tetapi dilihat dari kebiasaan seseorang terhadap 2 hal, yaitu
kebiasaan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya sendiri (problem solving),
dan kebiasaan seseorang menciptakan produk baru yang memiliki nilai budaya
(creativity).[7]
Selain itu, teori ini juga sangat menghargai
perbedaan individu, baik dari segi tujuan praktis, seperti pengajaran dan
penilaian, sampai pacia asumsi bahwa perbedaan adalah sesuatu yang wajar, normal,
bahkan menarik dan berharga.
Multiple intelligences mempunyai beberapa
karakteristik konsep, yaitu semua kecerdasan berbeda-beda, tetapi semuanya
sederajat; semua kecerdasan dimiliki setiap orang dalam kadar yang sama;
memiliki indikator kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan; semua kecerdasan yang
berbeda akan saling bekerja sama dalam mewujudkan aktivitas manusia; semua
jenis kecerdasan tersebut ditemukan di semua lintas kebudayaan di seluruh dunia
dan kelompok usia; tahapan atami setiap kecerdasan dimulai dengan kemampuan
membuat pola dasar; saat dewasa kecerdasan diwujudkan dalam rentang pengajaran
profesi dan hobi; dan jika seorang anak berbeda pada kondisi
"berisiko" sehingga apabila mereka tidak mendapatkan bantuan khusus,
mereka akan mengalami kegagalan dalam tugas-tugas tertentu yang melibatkan
kecerdasan tersebut.
2.
Jenis-Jenis Multiple Intelligences
Pada awalnya, Gardner hanya menemukan 6
kecerdasan saja, yaitu verbal-linguistic, logis-matematis, visual-spasial,
musik, intrapersonal, dan interpersonal. Namun berdasarkan kriteria 6
kecerdasan tersebut, akhirnya pada tahun 2002, Gardner mengenalkan kecerdasan
dengan menambahkan kecerdasan kinestetik, naturalis, dan eksistensial.
a.
Tema diriku dan Kecerdasan verbal-linguistik
Kecerdasan
linguistik merupakan kemampuan menggunakan bahasa termasuk bahasa ibu dan bahasa asing untuk
mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran dan memahami orang lain. Kecerdasan
linguistik juga disebut dengan kecerdasan verbal karena berkaitan dengan
kemampuan mengekspresikan diri secara lisan dan tertulis, serta penguasaan
bahasa asing. Biasanya, kecerdasan verbal linguistik dimiliki oleh presenter,
artis, pemain sinetron, penyiar televisi, orator atau juru bicara (jubir) dan
kampanye (jurkam) dan lain sebagainya.[8]
Tiga
tokoh dunia berkecerdasan linguistik tinggi yang dapat disebutkan di sini
adalah pertama, Oprah Winfrey, la adalah seorang produsen dan penyelenggara The
Oprah Winfrey Show, yaitu acara yang paling disukai dalam sejarah pertelevisian
Amerika. Pertunjukan spektakuler itu ditonton lebih dari 33 penonton dalam satu
pekan di Amerika Serikat. Lebih dari itu, acara yang menghebohkan tersebut
ditayangkan di 135 negara ia menggunakan pertunjukannya untuk mencerahkan,
menghibur, dan memberdayakan penontonnya.
Kedua,
William Shakespeare. Dia adalah seorang aktor drama tersohor dari Inggris pada
abad ke-16. la mempunyai kemampuan luar biasa dalam hal menciptakan seluruh
pertunjukan dan irama dengan kata-kata juga encer menulis, dan dalam beberapa
hal memproduksi dan bermain dalam sejumlah pertunjukan, termasuk A Midsummer's
Night Dream, The Merchant Venice, King Richard II, King Henry IV dan The Two
Gentleman Verona. Pada 1594, Shakespeare (begitu panggilan akrabnya), bergabung
dengan yang lain untuk membentuk sebuah perusahaan teater dan selama hampir 20
tahun dia menjalani kehidupan sebagai dramawan sejati. Hebatnya, ia mampu memproduksi
dua pertunjukan dalam setiap tahun bahkan karya-karyanya menjadi kebanggaan
para pembesar kerajaan pada waktu itu.
Ketiga,
John F. Kennedy, la adalah presiden Amerika Serikat yang ke- 35. Selain seorang
negarawan kehormatan, ia juga dikaruniai kecerdasan linguistik yang sangat
mengagumkan. Ketika JFK (begitu nama singkatannya, sama seperti orang Indonesia
menyebut Susilo Bambang Yudhoyono dengan SBY) kuliah di Harvard University dan
mengikuti wajib militer di angkatan laut selama perang dunia II di mana dia
menjadi komandan kapal PT di Kepulauan Solomon dan memenangkan Navy and Marine
Corps Medal (Medali Angkatan Laut dan Korps Kelautan).
Komponen
inti dari kecerdasan adalah kepekaan pada bunyi, strukur, makna, fungsi kata,
dan bahasa. Kompetensi yang dimiliki lebih kepada kemampuan membaca, menulis,
berdiskusi, berargumentasi, dan berdebat. Adapun ciri-ciri anak yang memiliki
kecerdasan linguistik tinggi, antara lain: [9]
No
|
Usia Anak
|
Ciri-ciri
|
1
|
Lahir-l Tahun
|
a)
Merespon jika namanya dipanggil,
b)
berceloteh atau mengucapkan sepatah dua patah
kata.
|
2
|
l-2Tahun
|
a) Mengenal
suara orang-orang terdekatnya.
b) Mampu
menyebutkan nama benda.
c) Mengerti
perintah sederhana.
|
3
|
2-3 Tahun
|
a)
Mampu mengenal suara benda, binatang, atau
orang lain.
b)
Mampu mengatakan dalam kalimat pendek.
c)
Mampu mengajukan pertanyaan sederhana.
d)
Tertarik gambar, warna, pada buku.
|
4
|
3-4Tahun
|
a)
Mampu mengenal dan hampir bisa menirukan berbagai
suara.
b)
Tertarik untuk dibacakan buku cerita.
c)
Mampu mengenali nama benda dan fungsinya.
|
5
|
4-5 Tahun
|
a)
Mampu mengenal masing-masing bunyi huruf
b)
Senang belajar membaca.
c)
Mampu diajak berdialog sederhana.
|
6
|
5-6 Tahun
|
a)
Mampu berbicara dengan lancar.
b)
Mampu bertanya lebih banyak dan menjawab
lebih kompleks.
c)
Mampu mengenal bilangan dan berhitung
sederhana.
|
Kecerdasan
verbal-linguistik sebagaimana disebutkan di atas, dapat dikembangkan melalui
implementasi kurikulum PAUD secara implisit dan inovatif, misalnya, tema
Binatang. Tema ini dapat diinasi sehingga secara tidak langsung (implisit)
dapat mengembangkan kecerdasan linguistik anak. Caranya adalah melatih anak
untuk menirukan suara binatang yang pernah didengar, seperti kucing, kambing,
ayam, burung, dan lain sebagainya, termasuk dalam hal ini adalah menirukan
bahasa tubuh (gerakan) binatang. Misalnya harimau, suara meraung, gerakan
merangkak, dan seterusnya. lebih jelasnya, lihat skema berikut ini. [10]
![]() |
![]() ![]() |
||
Skema
di atas menjelaskan bahwa tema binatang dalam kurikulum PAUD dapat untuk
mengembangkan kecerdasan verbal-linguistik secara implisit (tidak langsung).
Meskipun demikian, hal ini bukan berarti tema binatang hanya bisa untuk
mengembangkan kecerdasan verbal-linguistik saja, tetapi juga kecerdasan yang
lain, seperti kinestetik, naturalis, dan interpersonal. Hal ini bisa terjadi
karena dalam kegiatan inti, anak juga bergerak menirukan bahasa tubuh binatang
melompat seperti harimau (kecerdasan kinestetik), berhubungan dengan binatang
lainnya (kecerdasan interpersonal), binatang hidup di hutan atau kebun (kecerdasan
naturalis) dan lain sebagainya. Dengan demikian, satu tema dalam kurikulum PAUD
dapat dikembangkan atau diinovasi untuk mengembangkan kecerdasan majemuk lebih
variatif. Demikian seterusnya, dan masih banyak cara iain untuk mengembangkan
kecerdasan verbal linguistik melalui implementasi kurikulum PAUD 2013.
b. Tema air,
udara, api, dan kecerdasan matematis-logis
Kecerdasan
matematis-iogis adalah kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola
berpikir logis dan ilmiah. Biasanya, kecerdasan ini dimiliki oleh para ilmuwan,
matematikawan, saintis, filsuf, fisikawan, dan lain sebagainya. Kecerdasan ini
mempunyai dua unsur, yakni matematika dan logika. Dua unsur ini disatupadukan
sehingga menjadi kecerdasan matematis- logis. Hal ini dikarenakan oleh keterkaitan
di antara keduanya (matematika dan logika) sangat erat, bahkan keduanya
sama-sama mengikuti hukum dasar yang sama, yakni konsistensi.
Merupakan
kemampuan mengeksplorasi pola Kecerdasan matemat pola, kategori dan hubungan
dengan memanipulasi objek atau simbol untuk melakukan percobaan dengan cara
yang terkontrol dan teratur. Kecerdasan matematis disebut juga dengan
kecerdasan logis karena menjadi dasar dalam memecahkan masalah dengan memahami
prinsip-prinsip yang mendasari bilangan, kuantitas, dan operasi. ؛sistem kausal atau dapat memanipulas mencakup kepekaan memahami Komponen inti dari kecerdasan pola-pola logis
atau numerik dan kemampuan mengolah alur pemikiran yang panjang. Sedangkan
kompetensinya lebih condong pada kemampuan berhitung, bernalar, dan berpikir logis,
serta memecahkan masalah. Anak yang memiliki kecerdasan logis matematis yang
tinggi akan terlihat pada ciri sebagai berikut :
No.
|
Usia Anak
|
Ciri-Ciri
|
1
|
Lahir-1 Tahun
|
Mengenal benda. Mengenal warna.
|
2
|
1-2 Tahun
|
Mengenal
bentuk.
Mengenal rasa (manis pahit, dan asam). Mengenal bilangan 1 dan 2.
|
3
|
2-3 Tahun
|
Mampu mengelompokkan
benda yang berbentuk sama. Mampu membedakan bentuk lingkaran dan bujur
sangkar. Mampu membedakan rasa dan warna.
Mengenal
bilangan hingga hitungan 5.
|
4
|
3-4 Tahun
|
Mampu
membedakan bentuk dan ukuran (besar-kecil, panjang-pendek, sedikit-banyak).
Mampu
mengurutkan angka satu sampai dengan sepuluh.
Mampu
membedakan warna lebih banyak (merah-hijau, hitam-putih).
|
C. Kecerdasan
Linguistik Verbal Pada Anak Usia Dini
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata
secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup
kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata
yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah
kondisi pikiran dan menyampaikan informasi proses pendidikan verbal merupakan
proses sulit untuk dilatih, maka proses ini hendaknya dilakukan sejak anak pada
usia egresifnya pada usia kanak-kanak, terkadang orang tua takun ketika anaknya
sedang mengalami kelincahan bergerak hingga melarang untuk bergerak kemana yang
ia mau, akhirnya progresif anak untuk melakukan sesuatu haras diurungkan karena
ketakutan dari orang tuannya.[11]
Kecerdasan Linguistik berkaitan dengan kemampuan bahasa dan dalam hal
penggunaannya. Orang-orang yang berbakat dalam bidang ini senang bermain-main
dengan bahasa, gemar membaca dan menulis, tertarik dengan suara, arti
dannarasi.
Mereka seringkali pengeja yang baik dan mudah mengingat tanggal,tempat
dan nama. Selain itu, ada beberapa hal lain yang berkaitan dengan ciri khas
pada kecerdasan ini yaitu :
1. Mampu
menuliskan pengalaman kesehariannya
2. Pendapatnya.secara
lebih baik dibandingkan anak seusianya,
3. Memiliki kosa
kata yang banyak dibandingkan anak seusianya dan menggunakannya dengan tepat,
4. Banyak membaca
(buku, koran, majalah, artikel di internet, dan lain sejenisnya), banyak
memberikan pendapat, masukan, kritikan, pada orang lain,
5. Mengeja kata
asing danbaru dengan tepat,
6. Suka mendengarkan
pernyataan-pernyataan lisan (cerita, ulasanradio, buku bersuara), menyukai
pantun, permainan kata, serangkaian kata yangsukar diucapkan
7. Dan suka
bercerita panjang lebar atau mampu menceritakanlelucon dan kisah-kisah.[12]
Pernahkah anda terpesona
dengan seseorang ketika dia berpidato atau menjelaskan sesuatu? Ini merupakan
kelebihan orang yang memiliki kecerdasanlinguistic-verbal. Mereka sangat
terampil bermain kata-kata. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini memiliki
kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas. Mereka juga mampu
mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan
membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam berbahasa,
menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi,melakukan penafsiran, menyampaikan
laporan dan berbagai aktivitas lain yangterkait dengan berbicara dan menulis.
Kecerdasan ini sangat diperlukan padaprofesi pengacara, penulis, penyiar
radio/televisi, editor, guru.
Orang-orang yang
memiliki kecerdasan ini diantaranya yaitu John F Kennedy, Bung Karno
(PresidenRI ke-1), Kak Seto, dan lainnya. Kecerdasan logika berpikir
seorang anak dapat ditunjukkan dari kecerdasan bahasa yang ia miliki. Anak yang
mampu berbicara/berbahasa dengan baik dan juga lancar, memungkinkan logika berpikirnya
akan bagus. Dalam kebiasaan sehari-hari, anak-anak cenderung sering menggunakan
kata yang “acak-acakan”. Seperti mencampur Bahasa Indonesia dengan Bahasa
Daerah mereka, oleh karenanya seorang anak sering salah dalam menggunakan kata.
Untuk merangsang
kecerdasan berbahasa verbal seorang anak, kita dapat menempuh cara berikut :
1. sering mengajak
anak bercakap-cakap
2. sering
membacakan cerita/dongeng
3. sering
mengajarkan nyanyian/lagu
Pandai berbahasa bukan
hanya berarti menguasai banyak bahasa, tapi juga memiliki kemampuan dalam
mengolah bahasa. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengajarkan bahasa ibu
terlebih dahulu untuk mendorong logika berpikir seorang anak. Tidak semua
cerdas dan siap dalam berbahasa. Suatu contoh, jika seorang anak belum siap menerima
multi bahasa, maka anda jangan memberikannya dulu. Bila dilakukan pemaksaan
untuk menjejali anak dengan beragam bahasa, tidak dipungkiri jika anak akan
mengalami kebingungan bahasa atau bahkan mungkin strees. Perlu diingat!
Stimulus dari lingkungan sangatlah berpengaruh besar pada kemampuan otak anak
yang pada akhirnya, akan mempengaruhi keterampilan anak dalam mengolah
kata-kata dan berbicara. Kurangnya ajakan komunikasi dari kecil akan berdampak
pada kurangnya kemampuan berbahasa seorang anak yang membuat anak cenderung
jadi pendiam.[13]
Sementara itu Gardner,
dkk mendeskripsikan ciri orang yang memiliki kecerdasan linguistik sebagai
berikut: sensitif terhadap pola, teratur, sistematis, mampu berargumentasi,
suka mendengarkan, suka membaca, suka menulis, mengeja dengan mudah, suka
bermain kata, memiliki ingatan yang tajam tentang hal-hal sepele, pembicara
publik dan tukang debat yang ada.
Ada beberapa model
pendidikan kecerdasan linguistik-verbal yang bisa dikembang-kan melalui pembelajaran sastra.
Model yang dimaksud adalah menceritakan kisah,
a.
berdebat,
b.
berdiskusi,
c.
menafsirkan,
d.
menyampaikan laporan,
e.
berbicara dan menulis tentang karya sastra.
D. Komponen
Kecerdasan Linguistik
Komponen kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi (mengutak atik
dan menguasai) tata bahasa, sistem bunyi bahasa (fonologi), sistem makna bahasa
(semantik), penggunaan bahasa dan aturan pemakaiannya (pragmatik).
Kecerdasan linguistik verbal mencakup juga kemampuan ketrampilan bahasa,
meliputi kemampuan menyimak (mendengarkan secara cermat dan kritis) informasi
lisan, kemampuan membaca secara efektif, kemampuan berbicara, dan kemampuan
menulis. Individu yang cepat menangkap informasi lisan dan tertulis dapat di
katakan secara linguistik walaupun mungkin tidak begitu pandai berbicara atau
menulis.[14]
E. Indikator
Kecerdasan Linguistik Verbal
Kecerdasan linguistik-verbal memiliki beberapa indikator atau ciri-ciri
khusus dari kecerdasan. Kecerdasan ini di tunjukkan dalam kepekaan bunyi,
struktur, makna, fungsi kata, dan bahasa. Individu yang memiliki kecerdasan ini
cenderung menunjukkan hal-hal berikut:
1. Senang dan
efektif berkomunikasi, baik lisan maupun tertulis
2. Senang dan baik
dalam mengarang cerita
3. Senang berdiskusi
dan mengikuti debat suatu masalah
4. Senang dan
efektif belajar bahasa asing
5. Senaang bermain
game bahasa. Mereka menikmati permainan bunyi, peka terhadap kelucuan yang
muncul akibat pertukaran bunyi, dan peka terhadap kata-kata
6. Senang membaca
dan mampu mencapai pemahaman tinggi. Mereka mampu menangkap makna di balik
kata-kata
7. Mudah mengingat
kutipan, ucapan ahli, pakar, ayat
8. Tidak mudah
salah tulis atau salah eja
9. Pandai membuat
lelucon. Mereka pandai membuat plecetan, mengaitkan fakta serius dengan fakta
yang mirip, tetapi jelas-jelas tak berkaitan dan menimbulkan kelucuan
10. Pandai membuat
puisi
11. Tepat dalam
tata bahasa. Mereka peka terhadap struktur, jarang salah susun kata.
12. Kaya kosa kata.
Mereka mampu berbicara dengan banyak kosa kata dan mendeskripsikan secara lebih
jelas
13. Menulis secara
jelas. Mereka mampu membayangkan apakah pembacanya mampu memahami apa yang di
tulisnya[15]
F. Kelebihan
Dan Kekurangan Teori Kecerdasan Majemuk
Sebagai sebuah teori, apa yang dikemukakan oleh Howard Gardner ini tentu
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan-kelebihan teori kecerdasan majemuk
antara lain sebagai berikut ini.
Pembelajaran dapat lebih fokus terhadap suatu kecenderungan kecerdasan
dan punya hasil yang optimal.
1.
Memberikan sudut pandang baru terhadap pengembangan
potensi manusia.
2.
Memberi harapan dan semangat baru, terutama
terhadap si belajar/pemelajar.
3.
Membuka kesempatan pada si belajar untuk kritis
dan berpikiran terbuka.
4.
Menghindari adanya penghakiman terhadap manusia
dari sudut pandang kecerdasan/inteligensi.
5.
Dan kelemahan-kelemahannya sebagai berikut:
6.
Memiliki kontroversi terutama dalam pandangan
ahli psikologi tradisional, antara lain mencampuradukkan pengertian kecerdasan,
ketrampilan dan bakat.
7.
Bersifat personal/individual sehingga teori ini
lebih efektif digunakan untuk
mengembangkan pembelajaran orang per orang daripada mengembangkan pembelajaran
massa/klasikal.
8.
Membutuhkan fasilitas yang lengkap sehingga
membutuhkan biaya besar untuk operasional klasikal atau massal.
9.
Tenaga kependidikan di Indonesia belum
sepenuhnya siap melaksanakan teori ini dalam praktek di dalam kelas K-12
ataupun juga pembelajaran yang melibatkan pemelajar dewasa, karena sudut
pandang kebanyakan orang masih sudut pandang tradisional.
Bertolak dari
permasalahan tersebut, maka untuk menerapkan konsep kecerdasan majemuk
diperlukan suatu reformasi pendidikan.
Untuk dapat mengadakan
reformasi pendidikan, hal-hal berikut perlu mendapatkan pertimbangannya: a) si
belajar dijadikan subjek pendidikan dan pusat proses pembelajaran; b) teori
aktivitas diri dan aktif-positif merupakan dasar dari proses pembelajaran; c)
tujuan pendidikan dirumuskan berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan si
belajar daripada tekanan pada penguasaan materi pembelajaran; d) kurikulum
sekolah disusun dalam kerangka kegiatan bersama atau kegiatan yang bersifat
“proyek”; e) perlunya secara rutin kontrol informal di kelas dan sosialisasi
mengajar dan belajar atau kegiatan bersama di tengah-tengah arus deras
individualisme; g) hendaknya banyak diterapkan keaktifan berpikir dan
berargumentasi daripada sekedar menghafal atau mengingat-ingat saja; h)
pendidikan hendaknya mengembangkan kreativitas siswa.
Teori Howard Gardner
tentang kecerdasan majemuk memang masih memerlukan kajian dan banyak pengalaman
lapangan. Namun, setidaknya teori ini telah banyak mengingatkan kepada kita
bahwa manusia memang diciptakan unik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat
disimpulkan bahwa Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan
kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini
mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi
dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata
dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi proses pendidikan
verbal merupakan proses sulit untuk dilatih, maka proses ini hendaknya
dilakukan sejak anak pada usia egresifnya pada usia kanak-kanak, terkadang
orang tua takuT ketika anaknya sedang mengalami kelincahan bergerak hingga
melarang untuk bergerak kemana yang ia mau, akhirnya progresif anak untuk
melakukan sesuatu haras diurungkan karena ketakutan dari orang tuannya. setiap manusia memiliki kekhasan atau sifat
dan kepribadian masing-masing, hal ini memberi arti bahwa di dalam pendidikan
peserta didik diberi kebebasan untuk memilih materi yang sesuai dengan potensi
diri seprti kemampuan, bakat, intelegensi, gaya belajar, gaya berpikir dan
akhlak (tasauf).
Keempat
metodeologi kependidikan tersebut, metode kependidikan bersifat integral;
keempat pendekatan kepada Tuhan yaitu Syari’ah (informasi/wahyu), Filsafat
(berfikir), Tasauf (qalbu atau intuisi) dan Ilmu Kalam (qadar) dikombinasikan
dengan mengembangkan seluruh potensi jiwa, hati, akal dan emosi. Satu sama lain
berjalan saling mendukung dengan mengkombinasikan seluruh potensi. Inti dari
pemikiran kecerdasan jamak dalam Islam yang terkait dengan pendidikan adalah
implikasi dan pengembangan konsep multiple intelligence sebagai approach,
methoad dan classroom technique.
B. Saran
Alhamdulillah,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Penulis mengucapkan
banyak terima kasih atas kerja sama teman-teman yang turut membantu penulis
menyelesaikan makalah ini. Apabila di dalam makalah ini masih mempunyai
kesalahan, maka penulis meminta kritik dan sarannya dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Tadkiroatun
Musfiroh. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008)
Muhammad Yaumi. Pembelajaran Berbasis
Multiple Intelegence, (Jakarta: Dian Rakayat, 2012)
Howard Gardner, Multi Intelligence. Kecerdasan
Majemuk. Teori dalam Pratek, (Batam Center, Inter Askara 2003)
Suyadi. Psikologi
Belajar PAUD. (Yogyakarta, Paedagogis, 2010)
Azwar, Saifuddin, Pengantar Psikologi Inteligensi.
Edisi I, (Cetakan V Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006)
[1] Tadkiroatun
Musfiroh. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008) h. 2.3
[2] Muhammad Yaumi. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegence, (Jakarta:
Dian Rakayat, 2012) h. 15
[3] Howard Gardner, Multi Intelligence. Kecerdasan Majemuk. Teori
dalam Pratek, (Batam Center, Inter Askara 2003), h. 24
[11] Azwar, Saifuddin, Pengantar Psikologi Inteligensi. Edisi I,
(Cetakan V Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006) h. 40
No comments:
Post a Comment