Thursday, April 19, 2018

MAKALAH KECERDASAN MAJEMUK


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Ilmu psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku atau psikis individu dalam lingkungan. Dalam jurnalistik tentu ilmu psikologi sangat berhubungan erat, seorang jurnalis dalam mewawancarai harus mengetahui watak atau sifat seseorang yang menjadi narasumber dan untuk mengetahui hal tersebut ilmu psikologilah yang mempelajarinya.
Di indonesia pengaruhnya tidak hanya pada model tes yang berbasis pada kecerdasan IQ tersebut. Tetapi berkembang seolah-olah sebagai suatu strategi dan target pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan paradigma mengejar target kurikulum bagi peserta didik lebih penting dari pada penguasaan ilmu.
Howard Gardner, seorang ahli biopsikologi memberikan kritik terhadap kondisi di atas. Ia mengungkapkan: “sebagian besar pengujian kita didasarkan pada penghargaan yang tinggi pada keterampilan verbal dan matematika. Bila andai pandai dalam bahasa dan logika, tes, IQ, anda pasti bagus, dan anda mungkin berhasil dengan baik masuk perguruan tinggi yang bergengsi, tetapi apakah anda berhasil setelah lulus, mungkin akan tergantung pada sejauh mana anda memiliki dan menggunakan kecerdasan yang lain, itulah yang saya beri perhatian yang berimbang”.
Di dalam ilmu psikologi kita mempelajari materi kecerdasan atau disebut dengan Inteligensi. Kecerdasan adalah kemampuan seseoarang untuk memberikan suatu tanggapan yang baik terhadap suatu yang diterimanya. Di dalam makalah ini akan kita bahas mengenai kecerdasan secara lebih rinci lagi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kecerdasan linguistic verbal?
2.      Apa saja Teori Multiple Intelligences (Ml)?
3.      Bagaimana Kecerdasan Linguistik Verbal Pada Anak Usia Dini?
4.      Apa saja Komponen Kecerdasan Linguistik?
5.      Apa saja Indikator Kecerdasan Linguistik Verbal?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian kecerdasan linguistic verbal
2.      Untuk memahami Teori Multiple Intelligences (Ml)
3.      Untuk memahami Kecerdasan Linguistik Verbal Pada Anak Usia Dini
4.      Untuk memahami Komponen Kecerdasan Linguistik
5.      Untuk memahami Apa saja Indikator Kecerdasan Linguistik Verbal

D.    Manfaat dan Kegunaan
1.      Guru
Untuk guru dapat menambah wawasan dalam mengajar dan menerapkan metode pembelajaran.
2.      Orang tua
Untuk dapat membimbing anaknya dalam mengembangkan bakat yang dimiliki sang anak.





BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Kecerdasan Verbal Linguistik
Kecerdasan linguistic dapat diartikan sebagai kemampuan menyelesaikan masalah, mengembangkan masalah, dan menciptakan suatu dengan menggunakan bahasa secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Cerdas linguistic berarti cerdas kata, dan cepat belajar dengan menggunakan kata-kata atau dengan mendengar dan melihat.
Kecerdasan linguistic verbal mengacu kepada kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca dan menulis. [1]
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi proses pendidikan verbal merupakan proses sulit untuk dilatih, maka proses ini hendaknya dilakukan sejak anak pada usia egresifnya pada usia kanak-kanak, terkadang orang tua takun ketika anaknya sedang mengalami kelincahan bergerak hingga melarang untuk bergerak kemana yang ia mau, akhirnya progresif anak untuk melakukan sesuatu haras diurungkan karena ketakutan dari orang tuannya.[2]
Kecerdasan verbal linguistik mungkin merupakan kecerdasan yang paling universal di antara ketujuh kecerdasan majemuk.  Kecerdasan verbal-linguistik adalah kemampuan berfikir dalam bentuk kata-kata secara efektif baik secara lisan maupun tulisan dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan mengapresiasikan makna. Mengungkap kalimat dengan menggunakan kata yang tepat.  Dengan demikian ada empat komponen dalam kecerdasan ini yakni: fonologis (kepekaan bunyi), sintaksis (struktur dan susunan kalimat), semantik (pemahaman tentang makna), dan pragmatika (kemampuan berbahasa untuk mencapai sasaran praktis).
Seseorang yang berbakat dalam bahasa mempunyai kepekaan yang tajam terhadap bunyi atau fonologi bahasa.  Mereka sering menggunakan permainan kata-kata, tongue twister,  aliterasi, onomatope, dan tiruan bunyi-bunyian seperti bel yang memukau.  Pemikir berciri linguistik biasanya mahir pula memanipulasi sintaksis bahasa.  Pemikir yang amat verbal pun merupakan ahli tata bahasa yang terunggul ia terus-menerus mencari kesalahan lisan atau tulisan yang kadang terjadi dalam kehidupannya sendiri atau dalam kehidupan orang lain. Janius linguistik juga memperlihatkan pula kepekaan terhadap bahasa melalui semantik (pemahaman mendalam tentang makna). Mungkin komponen kecerdasan linguistik yang paling penting adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk mencapai sasaran praktis (pragmatika). Para pakar berikut kecerdasan yang dimiliki Herbert W. Amstrong (untuk menarik pengikut baru), Joan Rivers (untuk menghibur), Isaac Asimov (untuk mengajar), Winston Churchill (untuk membangkitkan inspirasi), atau Clarence Darrow (untuk meyakinkan).
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakannya secara kompeten melalui kata-kata, seperti bicara, membaca, dan meniilis. Biasanya, kecerdasan ini dimiliki oleh para orator, negosiator, pengacara, negarawan, dan lain sebagainya .
Orang yang mempunyai kecerdasan linguistik tinggi mampu memengaruhi orang lain hanya dengan gaya bahasa dan retorika saja. Gaya bahasa, tutur kata, gerak verbal, mimik yang pas ketika bicara, semua mengandung daya pikat yang luar biasa. Bahkan, kecerdasan ini mampu meyakinkan siapapun sehingga segala hal yang diucapkannya laksana "sabda” yang penuh makna. Tidak heran, jika orang berkecerdasan linguistik tinggi, ketika ia berorasi di depan umum atau forum, kata-katanya mampu "menyihir” seluruh pendengamya. Lebih dari itu, orang yang mempunyai kecerdasan linguistik tinggi mampu memilih kata-kata yang tepat, memberi ilustrasi yang singkat, menjaga fokus pembicaraan, sistematis, dan komunikatif. Walaupun ia bicara di depan banyak orang, tetapi seolah-olah setiap audiensi diajak berdialog dan tepat mengenai sasaran.
Tidak hanya itu, orang yang mempunyai kecerdasan linguistik baik juga mampu membendung berbagai sanggahan dan kritikan yang berusaha menjattihkannya. Bahkan, sering kali (entah sengaja atau tidak), di sela-sela orasinya yang mengalir, ia mampu member؛ kesempatan kepada audiensi untuk berceloteh "nakal”. Namun, celoteh itu bukan berupa sanggahan dan bantahan, tetapi justru memperkuat argumen yang disampaikannya.[3]
Dalam konteks dan situasi bagaimanapun, orang yang mempunyai kecerdasan linguistik tinggi mampu  seluruh metode ceramah dengan baik. Ia bisa membawakan orasi ilmiah dengan sangat mengagumkan. Di sisi lain, ia juga piawai membawakan puisi, kisah, cerita, dan lain sebagainya secara serempak, dialogis, dinamis, dan interaktif.
Terlebih lagi ketika berdebat atau bemegosiasi.   Kata-katanya    tidak melukai     lawan    bicaranya  sedikit   pun,  tanpa              daya kekuatan argumentasinya. Ia juga bisa menafsirkan beragam fakta, memberi makna terhadap sebuah fenomena, dan melakukan interpretasi secara memadai.  Dalam bicaranya yang sangat mengalir itu, ia mampu memilih kosakata secara cepat dan tepat. Hal ini dikarenakan seorang orator, negosiator, dan pengacara sangat menguasai tata bahasa seperti, sintaksis, semantik, fonik, dan pragmatik.
Kecerdasan Linguistik berkaitan dengan kemampuan bahasa dan dalam hal penggunaannya. Orang-orang yang berbakat dalam bidang ini senang bermain-main dengan bahasa, gemar membaca dan menulis, tertarik dengan suara, arti dan narasi. Mereka seringkali pengeja yang baik dan mudah mengingat tanggal, tempat dan nama.Selain itu, ada beberapa hal lain yang berkaitan dengan cirri khas pada kecerdasan ini yaitu :
1.      mampu menuliskan pengalaman kesehariannya
2.      pendapatnya secara lebih baik dibandingkan anak seusianya,
3.      memiliki kosa kata yang banyak dibandingkan anak seusianya dan menggunakannya dengan tepat,
4.      banyak membaca (buku, koran, majalah, artikel di internet, dan lain sejenisnya), banyak memberikan pendapat, masukan, kritikan, pada orang lain,
5.      mengeja kata asing danbaru dengan tepat,
6.      suka mendengarkan pernyataan-pernyataan lisan (cerita, ulasanradio, buku bersuara), menyukai pantun, permainan kata, serangkaian kata yangsukar diucapkan
7.      dan suka bercerita panjang lebar atau mampu menceritakanlelucon dan kisah-kisah.[4]
Kecerdasan ini ditunjukkan dengan kepekaan seseorang pada bunyi, struktur, makna, fungsi kata, dan bahasa. Anak yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal berkomunikasi lisan dan tulisan mengarang cerita, diskusi dan mengikuti debat suatu masalah, belajar bahasa asing, bermain "game" bahasa, membaca dengan pemahaman tinggi, mudah mengingat ucapan orang lain, tidak mudah salah tulis atau salah eja, pandai membuat lelucon, pandai membuat puisi, tepat dalam tata bahasa, kaya kosa kata, dan menulis secara jelas.
Kecerdasan verbal-linguistik anak usia dini dapat diketahui melalui kegiatan: [5]
1.      Mengobservasi kemauan dan kemampuan berbicara. Anak yang cerdas dalam verbal-linguistik banyak bicara, suka bercerita, pandai melucu dengan kata-kata. Kita dapat mengamati bagaimana mereka berbicara, bernegosiasi, mengekspresikan perasaan melalui kata-kata, dan mempengaruhi orang lain.
2.      Mengamati kemampuan anak-anak melucu dengan kata-kata dan menangkap kelucuan.
3.      Mengamati kegiatan di kelas dan mengamati bagaimana anak-anak bermain dengan huruf-huruf, seperti mencocok huruf, menukarkan huruf, menebak kata-kata, dan kegiatan bermain lain yang melibatkan bahasa, baik lisan maupun tulis.
4.      Mengamati kesenangan mereka terhadap buku serta kemampuan mereka membaca dan menulis.
Cara belajar terbaik bagi anak-anak yang cerdas dalam verbal-linguistik adalah dengan mengucapkan, mendengarkan, dan melihat tulisan. Oleh karena itu, ajaklah anak-anak dengan kecerdasan verbal-linguistik ke toko buku, beri kesempatan berbicara, sediakan banyak buku-buku, rekaman, serta menciptakan peluang mereka untuk menulis, menyediakan peralatan membuat tulisan, tape recorder, mesin ketik, keyboard, untuk belajar mengidentifikasi huruf dalam kata-kata.

B.     Teori Multiple Intelligences (Ml)
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, wawasan adalah konsepsi cara pandang. Sedangkan multiple intelligences atau yang biasa dikenal dengan kecerdasan majemuk merupakan teori psikologi yang menyatakan bahwa setiap manusia termasuk anak-anak memiliki berbagai jenis kecerdasan dengan tingkatan yang berbeda. Dalam multiple intelligences, terdapat 8 kecerdasan yang mampu meredefinisi ulang kecerdasan tunggal  memberi perspektif baru terhadap berbagai teori kecerdasan lain, seperti kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). teori ini menghapus pandangan mengenai anak cerdas dan tidak cerdas karena teori ini beranggapan bahwa pada hakikatnya semua anak adalah cerdas.[6]
Kecerdasan majemuk (multiple intelligences [Ml]) merupakan teori psikologi dan neurosains di bidang pendidikan. Sekarang, Ml telah menjadi paradigma besar semua lembaga pendidikan,4 tak terkecuali seluruh PAUD di Indonesia. Hanya saja, efek atau dampak dari teori ini belum dapat dirasakan perannya bagi peningkatan kualitas pendidikan. Dalam konteks ini, pemberian perspektif multiple intelligences terhadap implementasi kurikulum PAUD 2013 diharapkan mampu memandu peningkatan kualitas pembelajaran anak usia dini di Indonesia.
1.      Prinsip Multiple Intelligences
Sering kali orang menganggap bahwa IQ tinggi identik dengan anak cerdas, sebaliknya IQ rendah identik dengan anak bodoh. Ternyata asumsi tersebut tidaklah benar adanya. Teori multiple intelligences yang dipelopori oleh Howard Gardner, seorang psikolog dari Project Zero Harvard University pada tahun 1983 membuktikan bahwa kecerdasan manusia itu lebih kompleks, tidak hanya sekadar kecerdasan intelektual saja. Menurut Gardner, pada dasarnya tidak ada manusia yang tidak cerdas karena setiap manusia memiliki berbagai jenis kecerdasan dengan tingkatan yang berbeda. Gardner menganggap bahwa kecerdasan seseorang itu tidak ditentukan dengan IQ yang tinggi yang hanya mengacu pada logika matematika, linguistik, dan spasial. Q؛eh karena itu, Gardner memunculkan teori multiple intelligences untuk memperkuat argumennya tersebut. Kecerdasan seseorang tidak dapat diukur hanya dengan tes IQ, tetapi dilihat dari kebiasaan seseorang terhadap 2 hal, yaitu kebiasaan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya sendiri (problem solving), dan kebiasaan seseorang menciptakan produk baru yang memiliki nilai budaya (creativity).[7]
Selain itu, teori ini juga sangat menghargai perbedaan individu, baik dari segi tujuan praktis, seperti pengajaran dan penilaian, sampai pacia asumsi bahwa perbedaan adalah sesuatu yang wajar, normal, bahkan menarik dan berharga.
Multiple intelligences mempunyai beberapa karakteristik konsep, yaitu semua kecerdasan berbeda-beda, tetapi semuanya sederajat; semua kecerdasan dimiliki setiap orang dalam kadar yang sama; memiliki indikator kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan; semua kecerdasan yang berbeda akan saling bekerja sama dalam mewujudkan aktivitas manusia; semua jenis kecerdasan tersebut ditemukan di semua lintas kebudayaan di seluruh dunia dan kelompok usia; tahapan atami setiap kecerdasan dimulai dengan kemampuan membuat pola dasar; saat dewasa kecerdasan diwujudkan dalam rentang pengajaran profesi dan hobi; dan jika seorang anak berbeda pada kondisi "berisiko" sehingga apabila mereka tidak mendapatkan bantuan khusus, mereka akan mengalami kegagalan dalam tugas-tugas tertentu yang melibatkan kecerdasan tersebut.
2.      Jenis-Jenis Multiple Intelligences
Pada awalnya, Gardner hanya menemukan 6 kecerdasan saja, yaitu verbal-linguistic, logis-matematis, visual-spasial, musik, intrapersonal, dan interpersonal. Namun berdasarkan kriteria 6 kecerdasan tersebut, akhirnya pada tahun 2002, Gardner mengenalkan kecerdasan dengan menambahkan kecerdasan kinestetik, naturalis, dan eksistensial.
a.       Tema diriku dan Kecerdasan verbal-linguistik
Kecerdasan linguistik merupakan kemampuan menggunakan bahasa termasuk bahasa ibu dan bahasa asing untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran dan memahami orang lain. Kecerdasan linguistik juga disebut dengan kecerdasan verbal karena berkaitan dengan kemampuan mengekspresikan diri secara lisan dan tertulis, serta penguasaan bahasa asing. Biasanya, kecerdasan verbal linguistik dimiliki oleh presenter, artis, pemain sinetron, penyiar televisi, orator atau juru bicara (jubir) dan kampanye (jurkam) dan lain sebagainya.[8]
Tiga tokoh dunia berkecerdasan linguistik tinggi yang dapat disebutkan di sini adalah pertama, Oprah Winfrey, la adalah seorang produsen dan penyelenggara The Oprah Winfrey Show, yaitu acara yang paling disukai dalam sejarah pertelevisian Amerika. Pertunjukan spektakuler itu ditonton lebih dari 33 penonton dalam satu pekan di Amerika Serikat. Lebih dari itu, acara yang menghebohkan tersebut ditayangkan di 135 negara ia menggunakan pertunjukannya untuk mencerahkan, menghibur, dan memberdayakan penontonnya.
Kedua, William Shakespeare. Dia adalah seorang aktor drama tersohor dari Inggris pada abad ke-16. la mempunyai kemampuan luar biasa dalam hal menciptakan seluruh pertunjukan dan irama dengan kata-kata juga encer menulis, dan dalam beberapa hal memproduksi dan bermain dalam sejumlah pertunjukan, termasuk A Midsummer's Night Dream, The Merchant Venice, King Richard II, King Henry IV dan The Two Gentleman Verona. Pada 1594, Shakespeare (begitu panggilan akrabnya), bergabung dengan yang lain untuk membentuk sebuah perusahaan teater dan selama hampir 20 tahun dia menjalani kehidupan sebagai dramawan sejati. Hebatnya, ia mampu memproduksi dua pertunjukan dalam setiap tahun bahkan karya-karyanya menjadi kebanggaan para pembesar kerajaan pada waktu itu.
Ketiga, John F. Kennedy, la adalah presiden Amerika Serikat yang ke- 35. Selain seorang negarawan kehormatan, ia juga dikaruniai kecerdasan linguistik yang sangat mengagumkan. Ketika JFK (begitu nama singkatannya, sama seperti orang Indonesia menyebut Susilo Bambang Yudhoyono dengan SBY) kuliah di Harvard University dan mengikuti wajib militer di angkatan laut selama perang dunia II di mana dia menjadi komandan kapal PT di Kepulauan Solomon dan memenangkan Navy and Marine Corps Medal (Medali Angkatan Laut dan Korps Kelautan).
Komponen inti dari kecerdasan adalah kepekaan pada bunyi, strukur, makna, fungsi kata, dan bahasa. Kompetensi yang dimiliki lebih kepada kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi, dan berdebat. Adapun ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan linguistik tinggi, antara lain: [9]
No
Usia Anak
Ciri-ciri
1
Lahir-l Tahun   

a)      Merespon jika namanya dipanggil,
b)      berceloteh atau mengucapkan sepatah dua patah kata.
2
l-2Tahun

a)      Mengenal suara orang-orang terdekatnya.
b)      Mampu menyebutkan nama benda.
c)      Mengerti perintah sederhana.
3
2-3 Tahun
a)      Mampu mengenal suara benda, binatang, atau orang lain.
b)      Mampu mengatakan dalam kalimat pendek.
c)      Mampu mengajukan pertanyaan sederhana.
d)      Tertarik gambar, warna, pada buku.
4
3-4Tahun
a)      Mampu mengenal dan hampir bisa menirukan berbagai suara.
b)      Tertarik untuk dibacakan buku cerita.
c)      Mampu mengenali nama benda dan fungsinya.
5
4-5 Tahun
a)      Mampu mengenal masing-masing bunyi huruf
b)      Senang belajar membaca.
c)      Mampu diajak berdialog sederhana.
6
5-6 Tahun
a)      Mampu berbicara dengan lancar.
b)      Mampu bertanya lebih banyak dan menjawab lebih kompleks.
c)      Mampu mengenal bilangan dan berhitung sederhana.

Kecerdasan verbal-linguistik sebagaimana disebutkan di atas, dapat dikembangkan melalui implementasi kurikulum PAUD secara implisit dan inovatif, misalnya, tema Binatang. Tema ini dapat diinasi sehingga secara tidak langsung (implisit) dapat mengembangkan kecerdasan linguistik anak. Caranya adalah melatih anak untuk menirukan suara binatang yang pernah didengar, seperti kucing, kambing, ayam, burung, dan lain sebagainya, termasuk dalam hal ini adalah menirukan bahasa tubuh (gerakan) binatang. Misalnya harimau, suara meraung, gerakan merangkak, dan seterusnya. lebih jelasnya, lihat skema berikut ini. [10]

Text Box: Kegiatan Inti (3-4 Kegiatan) dalam setiap subtema atau setiap hari
 







Skema di atas menjelaskan bahwa tema binatang dalam kurikulum PAUD dapat untuk mengembangkan kecerdasan verbal-linguistik secara implisit (tidak langsung). Meskipun demikian, hal ini bukan berarti tema binatang hanya bisa untuk mengembangkan kecerdasan verbal-linguistik saja, tetapi juga kecerdasan yang lain, seperti kinestetik, naturalis, dan interpersonal. Hal ini bisa terjadi karena dalam kegiatan inti, anak juga bergerak menirukan bahasa tubuh binatang melompat seperti harimau (kecerdasan kinestetik), berhubungan dengan binatang lainnya (kecerdasan interpersonal), binatang hidup di hutan atau kebun (kecerdasan naturalis) dan lain sebagainya. Dengan demikian, satu tema dalam kurikulum PAUD dapat dikembangkan atau diinovasi untuk mengembangkan kecerdasan majemuk lebih variatif. Demikian seterusnya, dan masih banyak cara iain untuk mengembangkan kecerdasan verbal linguistik melalui implementasi kurikulum PAUD 2013.
b.      Tema air, udara, api, dan kecerdasan matematis-logis
Kecerdasan matematis-iogis adalah kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola berpikir logis dan ilmiah. Biasanya, kecerdasan ini dimiliki oleh para ilmuwan, matematikawan, saintis, filsuf, fisikawan, dan lain sebagainya. Kecerdasan ini mempunyai dua unsur, yakni matematika dan logika. Dua unsur ini disatupadukan sehingga menjadi kecerdasan matematis- logis. Hal ini dikarenakan oleh keterkaitan di antara keduanya (matematika dan logika) sangat erat, bahkan keduanya sama-sama mengikuti hukum dasar yang sama, yakni konsistensi.
Merupakan kemampuan mengeksplorasi pola Kecerdasan matemat pola, kategori dan hubungan dengan memanipulasi objek atau simbol untuk melakukan percobaan dengan cara yang terkontrol dan teratur. Kecerdasan matematis disebut juga dengan kecerdasan logis karena menjadi dasar dalam memecahkan masalah dengan memahami prinsip-prinsip yang mendasari bilangan, kuantitas, dan operasi. ؛sistem kausal atau dapat memanipulas mencakup kepekaan memahami  Komponen inti dari kecerdasan pola-pola logis atau numerik dan kemampuan mengolah alur pemikiran yang panjang. Sedangkan kompetensinya lebih condong pada kemampuan berhitung, bernalar, dan berpikir logis, serta memecahkan masalah. Anak yang memiliki kecerdasan logis matematis yang tinggi akan terlihat pada ciri sebagai berikut :


No.
Usia Anak
Ciri-Ciri
1
Lahir-1 Tahun
Mengenal benda. Mengenal warna.
2
1-2 Tahun
Mengenal bentuk.
Mengenal rasa (manis pahit, dan asam). Mengenal bilangan 1 dan 2.
3
2-3 Tahun
Mampu mengelompokkan benda yang berbentuk sama. Mampu membedakan bentuk lingkaran dan bujur sangkar. Mampu membedakan rasa dan warna.
Mengenal bilangan hingga hitungan 5.
4
3-4 Tahun
Mampu membedakan bentuk dan ukuran (besar-kecil, panjang-pendek, sedikit-banyak).
Mampu mengurutkan angka satu sampai dengan sepuluh.
Mampu membedakan warna lebih banyak (merah-hijau, hitam-putih).


C.     Kecerdasan Linguistik Verbal Pada Anak Usia Dini
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi proses pendidikan verbal merupakan proses sulit untuk dilatih, maka proses ini hendaknya dilakukan sejak anak pada usia egresifnya pada usia kanak-kanak, terkadang orang tua takun ketika anaknya sedang mengalami kelincahan bergerak hingga melarang untuk bergerak kemana yang ia mau, akhirnya progresif anak untuk melakukan sesuatu haras diurungkan karena ketakutan dari orang tuannya.[11]
Kecerdasan Linguistik berkaitan dengan kemampuan bahasa dan dalam hal penggunaannya. Orang-orang yang berbakat dalam bidang ini senang bermain-main dengan bahasa, gemar membaca dan menulis, tertarik dengan suara, arti dannarasi.
Mereka seringkali pengeja yang baik dan mudah mengingat tanggal,tempat dan nama. Selain itu, ada beberapa hal lain yang berkaitan dengan ciri khas pada kecerdasan ini yaitu :
1.      Mampu menuliskan pengalaman kesehariannya
2.      Pendapatnya.secara lebih baik dibandingkan anak seusianya,
3.      Memiliki kosa kata yang banyak dibandingkan anak seusianya dan menggunakannya dengan tepat,
4.      Banyak membaca (buku, koran, majalah, artikel di internet, dan lain sejenisnya), banyak memberikan pendapat, masukan, kritikan, pada orang lain,
5.      Mengeja kata asing danbaru dengan tepat,
6.      Suka mendengarkan pernyataan-pernyataan lisan (cerita, ulasanradio, buku bersuara), menyukai pantun, permainan kata, serangkaian kata yangsukar diucapkan
7.      Dan suka bercerita panjang lebar atau mampu menceritakanlelucon dan kisah-kisah.[12]
Pernahkah anda terpesona dengan seseorang ketika dia berpidato atau menjelaskan sesuatu? Ini merupakan kelebihan orang yang memiliki kecerdasanlinguistic-verbal. Mereka sangat terampil bermain kata-kata. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas. Mereka juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi,melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yangterkait dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan padaprofesi pengacara, penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru.      
Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini diantaranya yaitu John F Kennedy, Bung Karno (PresidenRI ke-1), Kak Seto, dan lainnya. Kecerdasan logika berpikir seorang anak dapat ditunjukkan dari kecerdasan bahasa yang ia miliki. Anak yang mampu berbicara/berbahasa dengan baik dan juga lancar, memungkinkan logika berpikirnya akan bagus. Dalam kebiasaan sehari-hari, anak-anak cenderung sering menggunakan kata yang “acak-acakan”. Seperti mencampur Bahasa Indonesia dengan Bahasa Daerah mereka, oleh karenanya seorang anak sering salah dalam menggunakan kata.
Untuk merangsang kecerdasan berbahasa verbal seorang anak, kita dapat menempuh cara berikut :
1.      sering mengajak anak bercakap-cakap
2.      sering membacakan cerita/dongeng
3.      sering mengajarkan nyanyian/lagu
Pandai berbahasa bukan hanya berarti menguasai banyak bahasa, tapi juga memiliki kemampuan dalam mengolah bahasa. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengajarkan bahasa ibu terlebih dahulu untuk mendorong logika berpikir seorang anak. Tidak semua cerdas dan siap dalam berbahasa. Suatu contoh, jika seorang anak belum siap menerima multi bahasa, maka anda jangan memberikannya dulu. Bila dilakukan pemaksaan untuk menjejali anak dengan beragam bahasa, tidak dipungkiri jika anak akan mengalami kebingungan bahasa atau bahkan mungkin strees. Perlu diingat! Stimulus dari lingkungan sangatlah berpengaruh besar pada kemampuan otak anak yang pada akhirnya, akan mempengaruhi keterampilan anak dalam mengolah kata-kata dan berbicara. Kurangnya ajakan komunikasi dari kecil akan berdampak pada kurangnya kemampuan berbahasa seorang anak yang membuat anak cenderung jadi pendiam.[13]
Sementara itu Gardner, dkk mendeskripsikan ciri orang yang memiliki kecerdasan linguistik sebagai berikut: sensitif terhadap pola, teratur, sistematis, mampu berargumentasi, suka mendengarkan, suka membaca, suka menulis, mengeja dengan mudah, suka bermain kata, memiliki ingatan yang tajam tentang hal-hal sepele, pembicara publik dan tukang debat yang ada.
Ada beberapa model pendidikan kecerdasan linguistik-verbal yang bisa   dikembang-kan melalui pembelajaran sastra. Model yang dimaksud adalah menceritakan kisah,
a.       berdebat,
b.      berdiskusi,
c.       menafsirkan,
d.      menyampaikan laporan,
e.       berbicara dan menulis tentang karya sastra.

D.    Komponen Kecerdasan Linguistik
Komponen kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi (mengutak atik dan menguasai) tata bahasa, sistem bunyi bahasa (fonologi), sistem makna bahasa (semantik), penggunaan bahasa dan aturan pemakaiannya (pragmatik).
Kecerdasan linguistik verbal mencakup juga kemampuan ketrampilan bahasa, meliputi kemampuan menyimak (mendengarkan secara cermat dan kritis) informasi lisan, kemampuan membaca secara efektif, kemampuan berbicara, dan kemampuan menulis. Individu yang cepat menangkap informasi lisan dan tertulis dapat di katakan secara linguistik walaupun mungkin tidak begitu pandai berbicara atau menulis.[14]

E.     Indikator Kecerdasan Linguistik Verbal
Kecerdasan linguistik-verbal memiliki beberapa indikator atau ciri-ciri khusus dari kecerdasan. Kecerdasan ini di tunjukkan dalam kepekaan bunyi, struktur, makna, fungsi kata, dan bahasa. Individu yang memiliki kecerdasan ini cenderung menunjukkan hal-hal berikut:
1.      Senang dan efektif berkomunikasi, baik lisan maupun tertulis
2.      Senang dan baik dalam mengarang cerita
3.      Senang berdiskusi dan mengikuti debat suatu masalah
4.      Senang dan efektif belajar bahasa asing
5.      Senaang bermain game bahasa. Mereka menikmati permainan bunyi, peka terhadap kelucuan yang muncul akibat pertukaran bunyi, dan peka terhadap kata-kata
6.      Senang membaca dan mampu mencapai pemahaman tinggi. Mereka mampu menangkap makna di balik kata-kata
7.      Mudah mengingat kutipan, ucapan ahli, pakar, ayat
8.      Tidak mudah salah tulis atau salah eja
9.      Pandai membuat lelucon. Mereka pandai membuat plecetan, mengaitkan fakta serius dengan fakta yang mirip, tetapi jelas-jelas tak berkaitan dan menimbulkan kelucuan
10.  Pandai membuat puisi
11.  Tepat dalam tata bahasa. Mereka peka terhadap struktur, jarang salah susun kata.
12.  Kaya kosa kata. Mereka mampu berbicara dengan banyak kosa kata dan mendeskripsikan secara lebih jelas
13.  Menulis secara jelas. Mereka mampu membayangkan apakah pembacanya mampu memahami apa yang di tulisnya[15]

F.      Kelebihan Dan Kekurangan Teori Kecerdasan Majemuk
Sebagai sebuah teori, apa yang dikemukakan oleh Howard Gardner ini tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan-kelebihan teori kecerdasan majemuk antara lain sebagai berikut ini.
Pembelajaran dapat lebih fokus terhadap suatu kecenderungan kecerdasan dan punya hasil yang optimal.
1.      Memberikan sudut pandang baru terhadap pengembangan potensi manusia.
2.      Memberi harapan dan semangat baru, terutama terhadap si belajar/pemelajar.
3.      Membuka kesempatan pada si belajar untuk kritis dan berpikiran terbuka.
4.      Menghindari adanya penghakiman terhadap manusia dari sudut pandang kecerdasan/inteligensi.
5.      Dan kelemahan-kelemahannya sebagai berikut:
6.      Memiliki kontroversi terutama dalam pandangan ahli psikologi tradisional, antara lain mencampuradukkan pengertian kecerdasan, ketrampilan dan bakat.
7.      Bersifat personal/individual sehingga teori ini lebih efektif digunakan  untuk mengembangkan pembelajaran orang per orang daripada mengembangkan pembelajaran massa/klasikal.
8.      Membutuhkan fasilitas yang lengkap sehingga membutuhkan biaya besar untuk operasional klasikal atau massal.
9.      Tenaga kependidikan di Indonesia belum sepenuhnya siap melaksanakan teori ini dalam praktek di dalam kelas K-12 ataupun juga pembelajaran yang melibatkan pemelajar dewasa, karena sudut pandang kebanyakan orang masih sudut pandang tradisional.
Bertolak dari permasalahan tersebut, maka untuk menerapkan konsep kecerdasan majemuk diperlukan suatu reformasi pendidikan.
Untuk dapat mengadakan reformasi pendidikan, hal-hal berikut perlu mendapatkan pertimbangannya: a) si belajar dijadikan subjek pendidikan dan pusat proses pembelajaran; b) teori aktivitas diri dan aktif-positif merupakan dasar dari proses pembelajaran; c) tujuan pendidikan dirumuskan berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan si belajar daripada tekanan pada penguasaan materi pembelajaran; d) kurikulum sekolah disusun dalam kerangka kegiatan bersama atau kegiatan yang bersifat “proyek”; e) perlunya secara rutin kontrol informal di kelas dan sosialisasi mengajar dan belajar atau kegiatan bersama di tengah-tengah arus deras individualisme; g) hendaknya banyak diterapkan keaktifan berpikir dan berargumentasi daripada sekedar menghafal atau mengingat-ingat saja; h) pendidikan hendaknya mengembangkan kreativitas siswa.
Teori Howard Gardner tentang kecerdasan majemuk memang masih memerlukan kajian dan banyak pengalaman lapangan. Namun, setidaknya teori ini telah banyak mengingatkan kepada kita bahwa manusia memang diciptakan unik.



BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi proses pendidikan verbal merupakan proses sulit untuk dilatih, maka proses ini hendaknya dilakukan sejak anak pada usia egresifnya pada usia kanak-kanak, terkadang orang tua takuT ketika anaknya sedang mengalami kelincahan bergerak hingga melarang untuk bergerak kemana yang ia mau, akhirnya progresif anak untuk melakukan sesuatu haras diurungkan karena ketakutan dari orang tuannya.  setiap manusia memiliki kekhasan atau sifat dan kepribadian masing-masing, hal ini memberi arti bahwa di dalam pendidikan peserta didik diberi kebebasan untuk memilih materi yang sesuai dengan potensi diri seprti kemampuan, bakat, intelegensi, gaya belajar, gaya berpikir dan akhlak (tasauf).
Keempat metodeologi kependidikan tersebut, metode kependidikan bersifat integral; keempat pendekatan kepada Tuhan yaitu Syari’ah (informasi/wahyu), Filsafat (berfikir), Tasauf (qalbu atau intuisi) dan Ilmu Kalam (qadar) dikombinasikan dengan mengembangkan seluruh potensi jiwa, hati, akal dan emosi. Satu sama lain berjalan saling mendukung dengan mengkombinasikan seluruh potensi. Inti dari pemikiran kecerdasan jamak dalam Islam yang terkait dengan pendidikan adalah implikasi dan pengembangan konsep multiple intelligence sebagai approach, methoad dan classroom technique.



B.     Saran
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas kerja sama teman-teman yang turut membantu penulis menyelesaikan makalah ini. Apabila di dalam makalah ini masih mempunyai kesalahan, maka penulis meminta kritik dan sarannya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.


DAFTAR PUSTAKA

Tadkiroatun Musfiroh. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008)

Muhammad Yaumi. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegence, (Jakarta: Dian Rakayat, 2012)

Howard Gardner, Multi Intelligence. Kecerdasan Majemuk. Teori dalam Pratek, (Batam Center, Inter Askara 2003)

Suyadi. Psikologi Belajar PAUD. (Yogyakarta, Paedagogis, 2010)

Azwar, Saifuddin, Pengantar Psikologi Inteligensi. Edisi I, (Cetakan V Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006)


[1] Tadkiroatun Musfiroh. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008) h. 2.3
[2] Muhammad Yaumi. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegence, (Jakarta: Dian Rakayat, 2012) h. 15
[3] Howard Gardner, Multi Intelligence. Kecerdasan Majemuk. Teori dalam Pratek, (Batam Center, Inter Askara 2003), h. 24
[4] Howard Gardner, Multi Intelligence. Kecerdasan Majemuk. Teori dalam  … h. 25
[5] Tadkiroatun Musfiroh. Pengembangan Kecerdasan Majemuk.  … h. 13
[6] Suyadi. Psikologi Belajar PAUD. (Yogyakarta, Paedagogis, 2010) h. 153
[7] Muhammad Yaumi. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegence,  … h. 83
[8] Muhammad Yaumi. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegence,  … h. 84
[9] Muhammad Yaumi. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegence,  … h. 85
[10] Muhammad Yaumi. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegence,  … h. 86
[11] Azwar, Saifuddin, Pengantar Psikologi Inteligensi. Edisi I, (Cetakan V Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006) h. 40
[12] Azwar, Saifuddin, Pengantar Psikologi Inteligensi. Edisi I,  … h. 41
[13] Azwar, Saifuddin, Pengantar Psikologi Inteligensi. Edisi I,  … h. 42
[14] Azwar, Saifuddin, Pengantar Psikologi Inteligensi. Edisi I,  … h. 43
[15] Azwar, Saifuddin, Pengantar Psikologi Inteligensi. Edisi I,  … h. 44

No comments:

Post a Comment