BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia adalah
mahluk individu dan sekaligus mahluk sosial. Manusia sepanjang perkembangannya
akan terus mengalami proses “belajar menjadi individu“. Individu pada masa
belajar itu akan sangat terikat dengan lingkungannya, suatu ikatan yang
sifatnya esensial bagi eksistensi psikologisnya. Pada permulaannya mahluk hidup
sangat tergantung pada sesama individu dan dalam perjalanan hidup selanjutnya
akan mengarah menjadi semakin sosial aktif. Gardner dengan teori multiple
intelligences-nya mengatakan bahwa tahap perkembangan tidak tumbuh sama
cepatnya dalam berbagai domain yang terkait dengan kemampuan mentalnya. Otak
manusia lebih kompleks dari computer. Otak manusia menjalani proses yang berbeda
(Kalat, 2009). Manusia bukanlah mesin belajar, melainkan mahluk individu yang
belajar karena yang disebut proses belajar manusia terjadi dalam daerah yang
khusus di bagian otak. Otak manusia mempunyai kemampuan jamak, antara lain
kemampuan untuk dapat mengontrol gerak tangan dan jari, bahasa, merencanakan
masa depan, serta dapat menjalankan berbagai pekerjaan yang sifatnya sangat
spesifik.
Manusia juga
adalah mahluk tunggal yang memiliki talenta dan bakat yang unik di antara
mahluk lainnya. Manusia memiliki suatu kemampuan organisme yang disebut dengan
kemampuan intelegensi yang bersumber dari otaknya. Struktur otak tersebut akan
sangat dipengaruhi oleh interaksi manusia dengan lingkungannya.Cara pengolahan
kemampuan inteligensi manusia dengan mengkaji, bertanya secara terus menerus
(probing), dan melakukan inquiry akan menjadikan manusia selektif dan produktif
dalam menghasilkan karya-karyanya. Manusia memiliki kemampuan dalam melakukan
analisis dan sintesis yang pada akhirnya dapat mewujudkan hal-hal yang baru.
Proses inilah yang menjadi ciri dari adanya kretivitas keberbakatan. Kombinasi
antara berbagai proses intelektual manusia (analisis, sintesis dan imajinasi)
membuat kemampuan manusia lebih meningkat serta menjadikan kreativitas
keberbakatan manusia dapat lebih berkembang lagi.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan keberbakatan?
2.
Apa yang dimaksud dengan kreativitas?
3.
Apa hubungan kreativitas dengan
keberbakatan?
4.
Bagaimana Budaya
Multikultural Dan Pendidikan Kreativitas Keberbakatan
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian keberbakatan
2. Untuk
memahami pengertian kreativitas
3. Untuk
memahami hubungan kreativitas dengan keberbakatan
4.
Untuk memahami Budaya
Multikultural Dan Pendidikan Kreativitas Keberbakatan
5.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Keberbakatan
Bakat adalah
kemampuan yang merupakan sesuatu yang melekat (inherent) dalam diri seseorang,
merupakan bawaan sejak lahir dan terkait dengan struktur otak. Definisi Columbus Group, bakat adalah
'asynchronous development', yakni kemampuan kognitif di atas rata-rata,
mempunyai intensitas kuat yang dipadu dengan pengalaman dan kesadaran diri yang
secara kualitatif berbeda dengan orang normal. Renzulli, bakat merupakan
gabungan dari tiga unsur esensial yang sama pentingnya dalam menentukan keberbakatan
seseorang, yakni kecerdasan, kreativitas, dan tanggungjawab.
Bakat adalah
kondisi seseorang yang dengan suatu pendidikan dan latihan memungkinkan
mencapai kecakapan, pengetahuaan dan keterampilan khusus. keberbakatan adalah
kemampuan intelektual atau kecerdasan diantaranya meliputi kemampuan
intelektual musik, matematika, fisika, kimia, elektronika, informasi tehnologi,
bahasa, olahraga dan berbagai tingkat kecerdasan di berbagai bidang lainnya
yang kemampuannya jauh di atas rata-rata anak seusianya. Menurut Galton 2002,
kebeberbakatan merupakan kemampuan alami yang luar biasa, diperoleh dari
kombinasi sifat-sifat yang meliputi kapasitas intelektual, kemauan yang kuat,
dan unjuk kerja.[1]
Keberbakatan merupakan
interaksi antara kemampuan umum dan/atau spesifik, tingkat tanggung jawab
terhadap tugas yang tinggi dan tingkat kreativitas yang tinggi. Menurut Clark, keberbakatan adalah ciri-ciri
universal yang khusus dan luar biasa, yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil
interaksi dari pengaruh lingkungan. Keberbakatan ikut ditentukan oleh kebutuhan
dan kecenderungan kebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu hidup.
Dilihat dari
sudut pandang berdimensi ganda, keberbakatan adalah kemampuan unjuk kerja yang
tinggi di dalam aspek intelektual, kreativitas, seni, kepemimpinan, atau bidang
akademik tertentu. Dalam konsep luas dan terpadu, keberbakatan merupakan
kecakapan intelektual superior, yang secara potensial dan fungsional mampu
mencapai keunggulan akademiak di dalam kelompok populasinya dan atau berbakat
tinggi dalam bidang tertentu, seperti matematika, IPA, seni, musik,
kepemimpinan sosial dan perilaku kreatif tertentu dalam interaksidengan
lingkungan dimana kecakapan dan unjuk kerjanya itu ditampilkan secara
konsisten.
Anak berbakat
didefinisikan oleh USOE (United States Office of Education) sebagai anak-anak
yang dapat membuktikan kemampuan berprestasinya yang tinggi dalam bidang-bidang
seperti intelektual, kreatif, artistik, kapasitas kepemimpinan atau akademik
spesifik, dan mereka yang membutuhkan pelayanan atau aktivitas yang tidak sama
dengan yang disediakan di sekolah sehubungan dengan penemuan
kemampuan-kemampuannya. Karakteristik anak berbakat adalah :[2]
1.
Memiliki
tingkat inisiatif, imajinasi dan kreatifitas yang juga demikian tinggi.
2.
Namun
sebaliknya dibalik kelebihan itu seringkali disertai penyimpangan beberapa
perilaku seperti gangguan sosialisasi, emosi tinggi dan labil, agresifitas
tinggi, gangguan konsentrasi, impulsifitas tinggi, gangguan tidur, hiperaktif
dan beberapa gangguan perilaku lainnya.
3.
Rasa tidak
puas yang beralasan, yang bagi anak-anak lain puas/menerima begitu saja akan
hal-hal ilmiah.
4.
Kemauan untuk
bekerja sendirian dalam jangka waktu yang lama.
5.
Kemampuan
melihat adanya hubungan di antara bermacam-macam unsur dalam satu situasi
tertentu.
6.
Kemampuan yang
tinggi di bidang matematika, membaca, mengungkapkan ide-ide scienci,
menggenerelisasikan hal-ihwal, berpikir kuantitatif.
7.
Renzulli
menarik kesimpulan bahwa yang menentukan keberbakatan seseorang pada hakikatnya
adalah tiga kelompok ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Kemampuan di
atas rata-rata
b.
Kreativitas
tinggi
c.
Pengikatan
diri atau tanggung jawab terhadap tugas (task commitment)
Di Indonesia
pendidikan keberbakatan menempati posisi
penting dan mendapatkan legitimasi hukum. Banyak kebijakan pemerintah yang
berbentuk UU, Perpu, PP dan lain sebaginya yang pada intinya mengatur tentang
pendidikan khusus bagi masyarakat. Imbas dari hal itu dapat dilihat dari
beberapa formulasi-formulasi yang melahirkan gagasan tentang pendidikan bagi
anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, diantaranya anak-anak berbakat yang
dalam perkembangannya, hal itu terwujud dalam bentuk-bentuk pendidikan
alternative semisal homeschooling, sekolah khusus dan lain-lain.
B.
Pengertian
Kreativitas
Kreatif adalah
kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dengan
hal-hal yang sudah ada, yang belum pernah ada sebelumnya dengan menekankan
kemampuan yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasikan,
memecahkan atau menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak
kreatif.
Kreativitas
adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, dalam bentuk suatu
gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. Proses
kreatif adalah munculnya dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari
keunikan individu, dan dari pengalaman yang menekankan pada produk yang baru,
interaksi individu dengan lingkungannya atau kebudayaannya. Kreativitas adalah
suatu proses upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai
aspek kehidupannya dengan tujuan menikmati kualitas kehidupan yang semakin baik.[3]
Kreativitas
adalah suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas)
dan originalitas dalam berfikir. Clark berdasarkan hasil berbagai penelitian
tentang spesialisasi belahan otak,mengemukakan : “Kretivitas merupakan ekspresi
tertinggi keterbakatan dan sifatnya terintegrasikan, yaitu sintesa dari semua
fungsi dasar manusia yaitu : berfikir, merasa, menginderakan dan intuisi (basic
function of thingking, feelings, sensing and intuiting).
C.
Hubungan
Antara Kreativitas Dan Keberbakatan
Konsepsi “
Three-Ring Conception” dari Renzulli dan kawan – kawan ( 1981), yang menyatakan
bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria ( persyaratan) keberbakatan ialah
keterkaitan antara :
1.
Kemampuan umum
di atas rata – rata,
2.
Kreativitas di
atas rata – rata, dan
3.
Pengikatan
diri terhadap tugas ( task commitment cukup tinggi)
Kemampuan
diatas rata – rata
Salah satu kesalahan dalam identifikasi anak berbakat
ialah anggapan bahwa hanya kecerdasan dan kecakapan sebagaimana diukur dengan
tes prestasi belajar yang menentukan keberbakatan dan produktivitas kreatif
seseorang. Bahkan Terman ( 1959) yang dalam penelitiannya terhadap anak
berbakat hanya menggunakan kriteria inteligen, dalam tulisan – tulisannya
kemudian mengakui bahwa inteligensi tinggi tidak sinonim dengan keberbakatan.
Wallach ( 1976 ) pun menunjukkan bahwa mencapai skor tertinggi pada tes
akademis belum tentu mencerminkan potensi untuk kinerja kreatif produktif.[4]
Dalam istilah “ kemampuan umum” tercakup barbagai
bidang kemampuan yang biasanya diukur oleh tes inteligensi, prestasi, bakat,
kemampuan, mental primer, dan berpikir kreatif. Sebagai contoh adalah
penalaran, verbal numerical, kemampuan spasial, kelancaran dalam memberikan
ide, dan orisinalitas. Kemampuan umum ini merupakan salah atu kelompok
keberbakatan di samping kreativitas dan “task – commitment”.
Kreativitas
diatas rata –rata
Kelompok ( cluster) kedua yang dimiliki anak / orang
berbakat ialah kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu
yang baru, sebagai kemampuan memberikan gagasan – gagasan baru yang dapat
diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan – hubungan baru antara unsur
– unsur yang sudah ada sebelumnya.
Pengikatan
diri terhadap tugas
Kelompok karakteristik yang ketiga yang ditemukan pada
individu yang kreatif produktif ialah pengikatan diri terhadap tugas sebagai
bentuk motivasi yang internal yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet
mengerjakan tugasnya, meskipun mengalami macam – macam rintangan atau hambatan,
menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, karena ia telah mengikatkan
diri terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri.
Galton meskipun menganut pandangan dasar genetis untuk
keberbakatan dan “ genius “, namun dia percaya bahwa motivasi intrinsic dan
kapasitas untuk bekerja keras merupakan kondisi yang perlu untuk mencapai
prestasi unggul.[5]
Manfaat dari definisi Renzulli ialah melihat
keterkaitan antara tiga kelompok ciri sebagai persyaratan keberbakatan:
kemampuan umum, kreativitas, dan motivasi ( pengikatan diri terhadap tugas).
Jadi, menurut definisi Renzulli, seseorang yang
memiliki kreativitas pasti berbakat, tetapi seseorang yang berbakat belum tentu
memiliki kreativitas.
D.
Budaya
Multikultural Dan Pendidikan Kreativitas Keberbakatan
Indonesia
adalah masyarakat multikultural yang berarti masyarakat yang memiliki beraneka
ragam kultur, yang menunjuk pada satu bahasa, keaslian (origin) dan letak
geografis yang memiliki sebuah sense og belongingness sebagai satu kelompok
masyarakat khusus. Kesadaran akan adanya orang lain yang berasal dari kultur
lain sudah harus ditanamkan sejak dini dalam kehidupan anak. Lembaga pendidikan
guru juga harus sudah membekali calon guru untuk memperlakukan orang lain
dengan menghormati dan memahami dengan cara memperlakukannya seperti sesama
kita.[6]
Menurut ahli
psikologi yang bernama Spranger perkembangan psikologi banyak ditentukan oleh
perkembangan menghargai nilai budaya. Hal ini sejak dini sudah terjadi dan
mempengaruhi pertumbuhan anak. Budaya tersebut ditransfer pada generasi
berikutnya dan generasi tersebut harus belajar mereproduksi nilai budaya baru.
Teori psikologi yang disampaikan oleh Spranger adalah teori nilai yang
menganggap bahwa nilai budaya secara berabad-abad dibentuk oleh para individu.
Secara timbale-balik nilai yang menjadi nilai budaya bangsa tersebut diwujudkan
dalam kehidupan sebagai titik-titik ide yang membentuk pribadi budaya manusia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kreativitas,
di samping bermakna untuk pengembangan diri maupun pembangunan masyarakat, juga
merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan
diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi manusia.
Kreativitas
dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek, yaitu aspek pribadi,
pendorong, proses, dan produk. Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul
dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya. Ditinjau dari proses,
menurut Torrance ( 1988), kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati
adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan ( masalah ) ini, menilai dan
menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan
akhirnya menyampaikan hasil – hasilnya. Proses kreatif meliputi beberapa tahap,
yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Definisi mengenai produk
kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas, ialah
sesuatu yang baru, orisinalitas, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong
kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun eksternal dari
lingkungannya.
Kreativitas
dan keberbakatan merupakan dua hal yang sangat penting dan berpengaruh terhadap
kesuksesan seseorang. Seseorang yang mempunyai kreativitas, pasti orang
tersebut memiliki bakat. Tetapi orang yang berbakat belum tentu memiliki
kreativitas.
B.
Saran
Demikianlah
pembahasan mengenai kreatifitas dan keberbakatan, semoga dapat bermanfaat bagi
kita sekalian. kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi untuk perbaikan
makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat. (Jakarta : PT Rineka
Cipta. 2009)
Andi Hakim Nasution, dkk. Anak-Anak Berbakat Pembinaan
dan Pendidikannya. (Jakarta: CV.
Rajawali. 1982)
Sunartombs. Pengertian
Kreativitas. (Online) sumber: http://sunartombs.wordpress.com diunggah pada 08/09/2009 pukul 08.00
Wib, dan di akses pada 02/10/2016 pukul
15.00 Wib.
Semiawan. C, Kreativitas
Keberbakatan : Mengapa, Apa dan Bagaimana, (Jakarta, PT. Indeks, 2009)
[1] Munandar, Utami. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. (Jakarta : PT Rineka Cipta.
2009) h. 52
[3] Andi Hakim Nasution, dkk. Anak-Anak
Berbakat Pembinaan dan Pendidikannya. (Jakarta: CV. Rajawali.
1982) h. 135
[4] Sunartombs. Pengertian
Kreativitas. (Online) sumber: http://sunartombs.wordpress.com
diunggah pada 08/09/2009
pukul 08.00 Wib, dan di akses pada
02/10/2016 pukul 15.00 Wib.
[5] Sunartombs. Pengertian
Kreativitas. (Online) sumber: http://sunartombs.wordpress.com
diunggah pada 08/09/2009
pukul 08.00 Wib, dan di akses pada
02/10/2016 pukul 15.00 Wib.
[6] Semiawan. C, Kreativitas
Keberbakatan : Mengapa, Apa dan Bagaimana, (Jakarta, PT. Indeks,
2009) h. 172
No comments:
Post a Comment