Thursday, April 19, 2018

MAKALAH Kewajiban Manusia Terhadap Dirinya Sendiri, Orang Lain dan Sang Pencipta


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia hidup di muka bumi ini memiliki kewajiban-kewajiban yang wajib dipenuhi. Dan bahkan harus berjuang untuk melakukan kewajibannya agar terpenuhi kebutuhannya sendiri dan kebutuhan orang lain.
Selain sebagai makhluk individu, manusia juga sebagai makhluk tuhan dan makhluk sosial. Sehingga dalam upaya-upayanya, setiap manusia menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan dan membantunya yaitu kekuasaan tuhan. Dengan demikian kewajiban manusia dapat dibagi menjadi 3 bagian secara umum, yaitu kewajibannya sebagai makhluk tuhan, makhluk individu, dan makhluk sosial. Hubungan manusia dengan tuhan dapat berlaku vertikal namun bernuansa horisontal, begitu juga hubungan manusia dengan sesamanya atau berlaku horisontal namun juga bernuansa vertikal.
Manusia merupakan makhluk yang cenderung memanfaatkan sunnatullah, dengan jalan mengambil yang enak-enaknya saja untuk kepentingan hidupnya. Fenomena ini memperlihatkan kecenderungan atas perilaku manusaia yang berakibat kepada egonya. Apakah itu dalam hubungan dengan sesama manusia atau dengan alam. Bahkan dalam urusan beribadah pun masih saja manusia yang berperilaku seperti ini.
Berikut 3 kewajiban manusia dimuka bumi :

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Kewajiban manusia sebagai mahluk tuhan ?
2.      Bagaimana Kewajiban manusia sebagai mahluk individu?
3.      Dan bagaimana kewajiban manusia sebagai mahluk sosial?


C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui kewajiban manusia terhadap Tuhan, Indkividu dan Sosial
2.      Untuk memenuhi tuga smata kuliah Etika




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kewajiban Manusia Sebagai Makhluk Tuhan
Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui kesempurnaannya itu manusia bisa berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan mana yang benar dan baik. Di sisi lain, manusia meyakini bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia jika manusia mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan di muka bumi.[1]
Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia selalu ingin mencari sesuatu yang sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuhan. Hal itu merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya.
Oleh karena fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk beribadah kepada Tuhan pun diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh melalui pendidikan. Dengan pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Dengan pendidikan pula manusia dapat mengerti bagaimana cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Melalui sebuah pendidikan yang tepat, manusia akan menjadi makhluk yang dapat mengerti bagaimana seharusnya yang dilakukan sebagai seorang makhluk Tuhan. Manusia dapat mengembangkan pola pikirnya untuk dapat mempelajari tanda-tanda kebesaran Tuhan baik yang tersirat ataupun dengan jelas tersurat dalam lingkungan sehari-hari.
Tentunya dalam memenuhi kewajiban di sini harus lillahi ta’ala. Yaitu dikerjakan karena mengharap ridha Allah semata. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 7:
øŒÎ)ur šc©Œr's? öNä3š/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyƒÎV{ ( ûÈõs9ur ÷LänöxÿŸ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓƒÏt±s9 ÇÐÈ  
7. Dan (ingatlah juga), tatkala Allahmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Beberapa kewajiban seorang muslim yang dikenal antara lain:
1.      menyembah Allah dan taat pada perintahnya
Sebagai seorang muslim yang beriman, maka diwajibkan kepadanya untuk beribadah hanya kepadanya. Tidak dibenarkan seorang hamba menyembah kepada selainnya. Jika kita mengingat awal penciptaan manusia, maka kita akan melihat bahwa Allah SWT menciptakan manusia hanyalah untuk beribadah kepadnya. Allah berfirman dalam QS Adz-Dzariyaat, 56:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Sudah tergambar jelas bahwa Allah manciptakan makhluknya terutaman manusia dalam konteks ini hanyalah untuk menyembahnya. Namun tidak berarti bahwa Allah butuh disembah. Karena Allah berdiri dengan sendirinya dan tidak mengurangi kekuasaan dan kemuliaanNya. Selanjutnya kewajiban manusia sebagai makhluk Allah adalah mentaati semua yang telah Allah perintahkan kepada hambanya. Dalam firmannya surat An Nisa’ ayat 65
Ÿxsù y7În/uur Ÿw šcqãYÏB÷sム4Ó®Lym x8qßJÅj3ysム$yJŠÏù tyfx© óOßgoY÷t/ §NèO Ÿw (#rßÅgs þÎû öNÎhÅ¡àÿRr& %[`tym $£JÏiB |MøŠŸÒs% (#qßJÏk=|¡çur $VJŠÎ=ó¡n@ ÇÏÎÈ  
Artinya: Maka demi Allahmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS: An Nisa’ 65)
Diterangkan juga dalam hadits rasulullah SAW  “Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga hawa nafsunya (keinginanya) telah datang dariku (al-quran dan hadist) (HR. Abi ashim al-syaibani). Dapat disimpulkan bahwa tidak beriman seseorang sebelum mengikuti perintah-perintah allah. Dengan kata lain, seseorang dikatakan beriman jika dia mentaati perintahNya. Mengerjakan semua amal ibadah yang telah Rasul tuntunkan.
2.      Tidak menyekutuan Allah dengan makhluknya
Sebagai sang pencipta maka tidak ada suatu apapun di dunia ini yang dapat disamakan (disekutukan) dengan Allah SWT. hanya Allah yang wajib disembah. Adalah isa besar bagi seseorang yang menyekutukan Allah SWT. Sesuai firmanNya yang Artinya: Sesungguhnya Allah tidak mengampuni isa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (QS. An nisa’:116)
Seseorang yang menyekukan Allah dengan makhluknya adalah merupakan termasuk orang-orang yang merugi. Sebagai seorang muslim yang beriman, maka wajib berusaha menghindari perilaku-perilaku yang bisa mendekatkan dirinya dari kesyirikan.[2]
3.      Bersyukur atas segala nikmat Allah
Tidak ada yang lebih pantas bagi sesuatu yang telah diberi selain berterima kasih dan memanfaatkan segala sesuatu yang telah diberikan untuk tujuan diberikanya. Adapun manusia yang telah diberi banyak kenikmatan, seharusnya selalu bersyukur kepadaNya. Dalam surat Al Baqarah ayat  Allah berfirman yang artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. 152
Ketika nikmat kita peroleh, maka akan ada dua kemunkinan yang dialami oleh manusia. Yang pertama adalah lalai bersyukur karena nikmat tersebut. Dan yang kedua senantiasa mengingat untuk selalu bersyukur atas apa yang ia peroleh pada hari itu.
Sebagai seorang mukmin sejati, wajib hukumnya kita selalu mengingat untuk mensyukuri segala hal yang kita dapatkan. Kita bisa bersyukur dengan berbagai cara. Misalnya, dengan membelanjakan harta kita di jalan yang dibenarkan oleh agama, Bersedekah, mencari nafkah dengan cara yang halal, dan lain sebagainya

B.     Manusia Sebagai Mahluk Individu
Individu berasal dari kata latin “individuum” artinya yang tidak terbagi, maka kata individu merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya dengan pembicaraan mengenai keluarga dan masyarakat manusia, dapat pula diartikan sebagai manusia.[3]
Dalam pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut individu bila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Didalam suatu kerumunan massa manusia cenderung menyingkirkan individualitasnya, karena tingkah laku yang ditampilkannya hampir identik dengan tingkah laku masa.
Sebagai makhluk individu, manusia setidaknya memenuhi 3 potensi dalam dirinya sehingga mampu menjadi makhluk yang sempurna sesuai dengan fitrah penciptaanya. Manusia harus mau memenuhi IQ nya, yaitu akal pikirannya dengan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, kemudian memenuhi Psikologisnya dengan nila-nilai dan muatan-muatan norma yang positif dalam hidupnya dan budaya masyarakat dimana dirinnya tinggal, kemudian memenuhi potensi Spiritualitasnya atau jiwanya dengan nilai-nilai agama yang dianutnya dengan sungguh-sungguh.
Secara spesifik dibawah ini adalah beberapa kewajiban manusia sebagai makhluk individu: [4]
1.      Selalu bersih, rapi, sehat, dan kuat
2.      Berhati nurani yang bersih
3.      Memiliki semangat hidup yang tinggi
4.      Memiliki prinsip hidup yang tangguh
5.      Memiliki cita-cita yang tinggi
6.      Kreatif dan gesit dalam memanfaatkan potensi alam
7.      Berjiwa besar dan penuh optimis
8.      Mengembangkan rasa perikemanusiaan
9.      Selalu berniat baik dalam hati
10.  Menghindari sikap statis, pesimis, pasif, maupun egois
11.  Mampu hidup mandiri
12.  Harus mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya
13.  Selalu belajar dan memenuhi diri dengan ilmu pengetahuan
C.    Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.
Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia tentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimana tanggungjawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan.
Oleh karena itu kewajiban manusia sebagai makhluk sosial adalah : [5]
1.      Bisa menghargai orang lain
2.      Saling tolong menolong dengan sesama
3.      Sadar bahwa diri ini sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan
4.      Berlaku adil dan jujur dalam masyarakat
5.      Mampu menciptakan suasana damai dan sejahtera di mana tempat dirinya tinggal
6.      Siap berinteraksi dengan orang lain tanpa memandang unsur SARA
7.      Menjaga hubungan baik antara sesama manusia dan makhluk Tuhan yang lain
8.      Tidak membuat kerusakan dimuka bumi



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sebagai makhluk Allah yang baik tentunya kita sebagai makhlukNya telah diperintahkan untuk melakukan semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Sebagai pahala (hak) yang kita peroleh dariNya adalah kita tidak akan mendapat siksa di akhirat kelak. Seperti yang telah difirmankan yang artinya : Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga (QS; Ar Rahman: 46)
Allah tidak memberi apa yang manusia inginkan
Banyak cara yang dapat dilakukan seorang hamba Allah untuk mendapatkan haknya. Salah satu dengan berdoa. Namun yang Perlu digaris bawahi adalah, tidak jarang manusia menginginkan haknya semata akan tetapi melalaikan kewajibannya sebagai hamba Allah. Terkadang  hanya berdoa saat dalam keadaan sulit saja. Padahal belum tentu Allah akan mengabulkan doanya tersebut. Bisa jadi Allah menangguhkan ia hamba tersebut dan mengganti denngan hal yang lain, semisal terselamatkan dari kecelakaan dan lain sebagainya.

B.     Saran
Demikianlah pembahasan makalah mengenai kwajiban manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain dan kewajiban manusia terhadap sang pencipta, semga bemrnafaat bagi para pembaca sekalian. Kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

H. Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta. RajaGrafindo. 2005)

Soedirman, Moch. Basofi. Eksistensi Manusia Dan Agama. (Jakarta. Yayasan annash 1995)

Arifalmaydhani. Tugas dan Kewajiban Manusia. Sumber: blogspot.com diunggah pada 05/06/2014 pukul 17.00 dan diakses pada 16/10/2016 pukul 21.00



[1]  H. Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta. RajaGrafindo. 2005) h. 25
[2] Soedirman, Moch. Basofi. Eksistensi Manusia Dan Agama. (Jakarta. Yayasan annash 1995) h. 51
[3] Soedirman, Moch. Basofi. Eksistensi Manusia Dan Agama.  … h. 53
[4] Arifalmaydhani. Tugas dan Kewajiban Manusia. Sumber: blogspot.com diunggah pada 05/06/2014 pukul 17.00 dan diakses pada 16/10/2016 pukul 21.00
[5] Arifalmaydhani. Tugas dan Kewajiban Manusia. Sumber: blogspot.com diunggah pada 05/06/2014 pukul 17.00 dan diakses pada 16/10/2016 pukul 21.00

No comments:

Post a Comment