BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia hidup di muka
bumi ini memiliki kewajiban-kewajiban yang wajib dipenuhi. Dan bahkan harus
berjuang untuk melakukan kewajibannya agar terpenuhi kebutuhannya sendiri dan
kebutuhan orang lain.
Selain sebagai
makhluk individu, manusia juga sebagai makhluk tuhan dan makhluk sosial.
Sehingga dalam upaya-upayanya, setiap manusia menyadari bahwa ada kekuatan lain
yang ikut menentukan dan membantunya yaitu kekuasaan tuhan. Dengan demikian
kewajiban manusia dapat dibagi menjadi 3 bagian secara umum, yaitu kewajibannya
sebagai makhluk tuhan, makhluk individu, dan makhluk sosial. Hubungan manusia
dengan tuhan dapat berlaku vertikal namun bernuansa horisontal, begitu juga
hubungan manusia dengan sesamanya atau berlaku horisontal namun juga bernuansa
vertikal.
Manusia merupakan
makhluk yang cenderung memanfaatkan sunnatullah, dengan jalan mengambil yang
enak-enaknya saja untuk kepentingan hidupnya. Fenomena ini memperlihatkan
kecenderungan atas perilaku manusaia yang berakibat kepada egonya. Apakah itu
dalam hubungan dengan sesama manusia atau dengan alam. Bahkan dalam urusan
beribadah pun masih saja manusia yang berperilaku seperti ini.
Berikut 3 kewajiban
manusia dimuka bumi :
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana Kewajiban
manusia sebagai mahluk tuhan ?
2.
Bagaimana
Kewajiban manusia sebagai mahluk individu?
3.
Dan
bagaimana kewajiban manusia sebagai mahluk sosial?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui kewajiban manusia terhadap Tuhan, Indkividu dan Sosial
2.
Untuk
memenuhi tuga smata kuliah Etika
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kewajiban
Manusia Sebagai Makhluk Tuhan
Manusia diciptakan
Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui kesempurnaannya itu manusia bisa
berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan mana yang benar dan baik. Di
sisi lain, manusia meyakini bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan.
Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh
sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia jika manusia mempercayai adanya Sang
Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan di muka bumi.[1]
Dalam kehidupannya,
manusia tidak bisa meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia selalu ingin mencari
sesuatu yang sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuhan. Hal itu
merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada
Tuhannya.
Oleh karena fitrah
manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa,
untuk beribadah kepada Tuhan pun diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh
melalui pendidikan. Dengan pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya.
Dengan pendidikan pula manusia dapat mengerti bagaimana cara beribadah kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Melalui sebuah
pendidikan yang tepat, manusia akan menjadi makhluk yang dapat mengerti
bagaimana seharusnya yang dilakukan sebagai seorang makhluk Tuhan. Manusia
dapat mengembangkan pola pikirnya untuk dapat mempelajari tanda-tanda kebesaran
Tuhan baik yang tersirat ataupun dengan jelas tersurat dalam lingkungan
sehari-hari.
Tentunya dalam
memenuhi kewajiban di sini harus lillahi ta’ala. Yaitu dikerjakan karena
mengharap ridha Allah semata. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Ibrahim
ayat 7:
øÎ)ur c©r's? öNä3/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyÎV{ ( ûÈõs9ur ÷Länöxÿ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓÏt±s9 ÇÐÈ
7. Dan (ingatlah juga),
tatkala Allahmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka
Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Beberapa kewajiban seorang muslim yang dikenal antara lain:
1.
menyembah
Allah dan taat pada perintahnya
Sebagai seorang muslim
yang beriman, maka diwajibkan kepadanya untuk beribadah hanya kepadanya. Tidak
dibenarkan seorang hamba menyembah kepada selainnya. Jika kita mengingat awal
penciptaan manusia, maka kita akan melihat bahwa Allah SWT menciptakan manusia
hanyalah untuk beribadah kepadnya. Allah berfirman dalam QS Adz-Dzariyaat, 56:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Sudah
tergambar jelas bahwa Allah manciptakan makhluknya terutaman manusia dalam
konteks ini hanyalah untuk menyembahnya. Namun tidak berarti bahwa Allah butuh
disembah. Karena Allah berdiri dengan sendirinya dan tidak mengurangi kekuasaan
dan kemuliaanNya. Selanjutnya kewajiban manusia sebagai makhluk Allah adalah
mentaati semua yang telah Allah perintahkan kepada hambanya. Dalam firmannya
surat An Nisa’ ayat 65
xsù y7În/uur w cqãYÏB÷sã 4Ó®Lym x8qßJÅj3ysã $yJÏù tyfx© óOßgoY÷t/ §NèO w (#rßÅgs þÎû öNÎhÅ¡àÿRr&
%[`tym $£JÏiB |MøÒs% (#qßJÏk=|¡çur $VJÎ=ó¡n@ ÇÏÎÈ
Artinya: Maka demi Allahmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS: An Nisa’
65)
Diterangkan
juga dalam hadits rasulullah SAW “Tidak
beriman salah seorang diantara kalian, hingga hawa nafsunya (keinginanya) telah
datang dariku (al-quran dan hadist) (HR. Abi ashim al-syaibani). Dapat
disimpulkan bahwa tidak beriman seseorang sebelum mengikuti perintah-perintah
allah. Dengan kata lain, seseorang dikatakan beriman jika dia mentaati
perintahNya. Mengerjakan semua amal ibadah yang telah Rasul tuntunkan.
2.
Tidak
menyekutuan Allah dengan makhluknya
Sebagai sang pencipta maka
tidak ada suatu apapun di dunia ini yang dapat disamakan (disekutukan) dengan
Allah SWT. hanya Allah yang wajib disembah. Adalah isa besar bagi seseorang
yang menyekutukan Allah SWT. Sesuai firmanNya yang Artinya: Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni isa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia
mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa
yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya. (QS. An nisa’:116)
Seseorang
yang menyekukan Allah dengan makhluknya adalah merupakan termasuk orang-orang
yang merugi. Sebagai seorang muslim yang beriman, maka wajib berusaha
menghindari perilaku-perilaku yang bisa mendekatkan dirinya dari kesyirikan.[2]
3.
Bersyukur
atas segala nikmat Allah
Tidak ada yang lebih
pantas bagi sesuatu yang telah diberi selain berterima kasih dan memanfaatkan
segala sesuatu yang telah diberikan untuk tujuan diberikanya. Adapun manusia
yang telah diberi banyak kenikmatan, seharusnya selalu bersyukur kepadaNya. Dalam
surat Al Baqarah ayat Allah berfirman
yang artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku. 152
Ketika
nikmat kita peroleh, maka akan ada dua kemunkinan yang dialami oleh manusia.
Yang pertama adalah lalai bersyukur karena nikmat tersebut. Dan yang kedua
senantiasa mengingat untuk selalu bersyukur atas apa yang ia peroleh pada hari
itu.
Sebagai
seorang mukmin sejati, wajib hukumnya kita selalu mengingat untuk mensyukuri
segala hal yang kita dapatkan. Kita bisa bersyukur dengan berbagai cara.
Misalnya, dengan membelanjakan harta kita di jalan yang dibenarkan oleh agama,
Bersedekah, mencari nafkah dengan cara yang halal, dan lain sebagainya
B.
Manusia
Sebagai Mahluk Individu
Individu berasal dari
kata latin “individuum” artinya yang tidak terbagi, maka kata individu
merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan yang
paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu
keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas
yaitu sebagai manusia perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya dengan
pembicaraan mengenai keluarga dan masyarakat manusia, dapat pula diartikan
sebagai manusia.[3]
Dalam pandangan
psikologi sosial, manusia itu disebut individu bila pola tingkah lakunya
bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini
berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki
peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga
mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Didalam suatu
kerumunan massa manusia cenderung menyingkirkan individualitasnya, karena
tingkah laku yang ditampilkannya hampir identik dengan tingkah laku masa.
Sebagai makhluk
individu, manusia setidaknya memenuhi 3 potensi dalam dirinya sehingga mampu
menjadi makhluk yang sempurna sesuai dengan fitrah penciptaanya. Manusia harus
mau memenuhi IQ nya, yaitu akal pikirannya dengan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat, kemudian memenuhi Psikologisnya dengan nila-nilai dan muatan-muatan
norma yang positif dalam hidupnya dan budaya masyarakat dimana dirinnya
tinggal, kemudian memenuhi potensi Spiritualitasnya atau jiwanya dengan
nilai-nilai agama yang dianutnya dengan sungguh-sungguh.
Secara spesifik
dibawah ini adalah beberapa kewajiban manusia sebagai makhluk individu: [4]
1. Selalu bersih, rapi, sehat, dan kuat
2. Berhati nurani yang bersih
3. Memiliki semangat hidup yang tinggi
4. Memiliki prinsip hidup yang tangguh
5. Memiliki cita-cita yang tinggi
6. Kreatif dan gesit dalam memanfaatkan potensi
alam
7. Berjiwa besar dan penuh optimis
8. Mengembangkan rasa perikemanusiaan
9. Selalu berniat baik dalam hati
10. Menghindari sikap statis, pesimis, pasif,
maupun egois
11. Mampu hidup mandiri
12. Harus mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya
13. Selalu belajar dan memenuhi diri dengan ilmu
pengetahuan
C.
Manusia
Sebagai Makhluk Sosial
Manusia adalah
makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai
apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Sebagai makhluk sosial karena
manusia menjalankan peranannya dengan menggunakan simbol untuk
mengkomunikasikan pemikiran dan perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari
individualitas, kecuali melalui medium kehidupan sosial.
Esensi manusia
sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia tentang status
dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimana tanggungjawab dan
kewajibannya di dalam kebersamaan.
Oleh karena itu
kewajiban manusia sebagai makhluk sosial adalah : [5]
1. Bisa menghargai orang lain
2. Saling tolong menolong dengan sesama
3. Sadar bahwa diri ini sebagai makhluk sosial
yang saling membutuhkan
4. Berlaku adil dan jujur dalam masyarakat
5. Mampu menciptakan suasana damai dan sejahtera
di mana tempat dirinya tinggal
6. Siap berinteraksi dengan orang lain tanpa
memandang unsur SARA
7. Menjaga hubungan baik antara sesama manusia dan
makhluk Tuhan yang lain
8. Tidak membuat kerusakan dimuka bumi
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sebagai makhluk Allah
yang baik tentunya kita sebagai makhlukNya telah diperintahkan untuk melakukan
semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Sebagai pahala (hak) yang
kita peroleh dariNya adalah kita tidak akan mendapat siksa di akhirat kelak. Seperti
yang telah difirmankan yang artinya : Dan bagi orang yang takut akan saat
menghadap Tuhannya ada dua syurga (QS; Ar Rahman: 46)
Allah tidak memberi
apa yang manusia inginkan
Banyak cara yang
dapat dilakukan seorang hamba Allah untuk mendapatkan haknya. Salah satu dengan
berdoa. Namun yang Perlu digaris bawahi adalah, tidak jarang manusia
menginginkan haknya semata akan tetapi melalaikan kewajibannya sebagai hamba
Allah. Terkadang hanya berdoa saat dalam
keadaan sulit saja. Padahal belum tentu Allah akan mengabulkan doanya tersebut.
Bisa jadi Allah menangguhkan ia hamba tersebut dan mengganti denngan hal yang
lain, semisal terselamatkan dari kecelakaan dan lain sebagainya.
B.
Saran
Demikianlah
pembahasan makalah mengenai kwajiban manusia terhadap dirinya sendiri, orang
lain dan kewajiban manusia terhadap sang pencipta, semga bemrnafaat bagi para
pembaca sekalian. Kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi untuk
perbaikan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
H. Jalaluddin. Psikologi Agama.
(Jakarta. RajaGrafindo. 2005)
Soedirman, Moch. Basofi. Eksistensi
Manusia Dan Agama. (Jakarta. Yayasan annash 1995)
Arifalmaydhani. Tugas dan Kewajiban
Manusia. Sumber: blogspot.com diunggah pada 05/06/2014 pukul 17.00 dan diakses
pada 16/10/2016 pukul 21.00
[1] H. Jalaluddin. Psikologi
Agama. (Jakarta. RajaGrafindo. 2005) h. 25
[2] Soedirman, Moch. Basofi. Eksistensi Manusia Dan Agama. (Jakarta.
Yayasan annash 1995) h. 51
[3] Soedirman, Moch. Basofi. Eksistensi Manusia Dan Agama. … h. 53
[4] Arifalmaydhani. Tugas dan Kewajiban Manusia. Sumber: blogspot.com
diunggah pada 05/06/2014 pukul 17.00 dan diakses pada 16/10/2016 pukul 21.00
[5] Arifalmaydhani. Tugas dan Kewajiban Manusia. Sumber: blogspot.com
diunggah pada 05/06/2014 pukul 17.00 dan diakses pada 16/10/2016 pukul 21.00
No comments:
Post a Comment