BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang dibekali akal dan nafsu perlu membekali diri
dengan agama supaya menjadi manusia yang lebih baik bagi sesama manusia
berkelompok atau bermasyarakat .
Manusia sebagai makhluk
sosial atau bermasyarakat butuh individu
atau manusia lain karna manusia tidak akan mampu hidup sendiri ia butuh orang
lain .manusia perlu bermasyarakat dan saling berhubungan atau berinteraksi satu
sama lain dalam kelompok sosial maupun masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
hidup nya dan untuk berkembang.
Oleh karena itu kami
mengangkat judul makalah agama dan masyarakat, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca terutama bagi pemakalah sendiri , serta kami minta maaf
apabila makalah ini belum sempurna.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.
Apa
pengertian agama ?
2.
Apa
pengertian masyarakat ?
3.
Apa hubungan
agama dan masyarakat ?
C.
Tujuan
Tujuan dari perumusan
masalah di atas tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Agama, dan juga
memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan baru untuk kami khusus nya dan
para pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Agama dan Masyarakat
Pengertian agama menurut
kamus besar Bahasa Indonesia adalah system yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah
yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungannya. Kata agama
berasal dari Bahasa sansekerta yang berarti tradisi, sedangkan kata lain untuk
menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari Bahasa latin religio dan
berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti mengikat kembali. Maksudnya
dengan religi seseorang mengikat dirinya kepada tuhan. Pengertian agama menurut
M. Hasbi Alshiddiqy adalah tuntunan yang melengkapi segala segi dan suatu
peruangan untuk memperoleh kekayaan dunia dan kesentosaan akhirat, pengertian
agama menurut Emile Durkheim adalah suatu sisten yang terpadu yang terdiri atas
kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.
Sedangkan pengvertian
masyarakat dapat di definisikan yakni sebagai berikut : [1]
1.
Peter l.
Berger, definisi masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia
yang luas sifatnya. Keseluruhan yang kompleks sendiri berarti bahwa keseluruhan
itu terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan .
2.
Karl Marx,
definisi masyarakat ialah keseluruhan hubungan - hubungan ekonomis, baik
produksi maupun konsumsi, yang berasal dari kekuatan-kekuatan produksi
ekonomis, yakni teknik dan karya.
3.
Gillin &
Gillin, definisi masyarakat adalah kelompok manusia yang mempunyai kebiasaan,
tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.
4.
Harold j.
Laski, definisi masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan
bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama.
5.
Robert
Maciver, definisi masyarakat adalah suatu sistim hubungan-hubungan yang
ditertibkan (society means a system of ordered relations)
6.
Selo
Soemardjan, definisi masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan.
7.
Horton &
Hunt, definisi masyarakat adalah suatu organisasi manusai yang saling
berhubungan.
8.
Mansur Fakih,
definisi masyarakat adalah sesuah sistem yang terdiri atas bagian-bagian yang
saling berkaitan dan masing-masing bagian secara terus menerus mencari
keseimbangan (equilibrium) dan harmoni.
Berdasarkan
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa definisi masyarakat merupakan
kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang
cukup lama , tinggal di suatu wilayah tertentu , mempunyai kebudayaan
sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan
manusia tersebut .
B.
Fungsi
Agama dalam Masyarakat
Agama juga merupakan
salah satu prinsip yang (harus) dimiliki oleh setiap manusia untuk mempercayai
Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu, secara individu agama bisa
digunakan untuk menuntun kehidupan manusia dalam mengarungi kehidupannya
sehari-hari. Adapun fungsi agama adalah sebagai berikut : [2]
1.
Fungsi agama
dalam pengukuhan nilai-nilai, bersumber pada kerangka acuan yang bersifat
sakral, maka normanya pun dikukuhkan dengan sanksi-sanksi sakral. Dalam setiap
masyarakat sanksi sakral mempunyai kekuatan memaksa istimewa, karena ganjaran
dan hukumannya bersifat duniawi dan supramanusiawi dan ukhrowi.
2.
Fungsi agama
di bidang sosial adalah fungsi penentu, di mana agama menciptakan suatu ikatan
bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa mayarakat maupun dalam
kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka.
3.
Fungsi agama
sebagai sosialisasi individu ialah individu, pada saat dia tumbuh menjadi
dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan umum untuk
(mengarahkan) aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir
pengembangan kepribadiannya. Orang tua di mana pun tidak mengabaikan upaya
“moralisasi” anak-anaknya, seperti pendidikan agama mengajarkan bahwa hidup
adalah untuk memperoleh keselamatan sebagai tujuan utamanya. Oleh sebab itu,
untuk mencapai tujuan tersebut harus beribadat dengan kontinyu dan teratur,
membaca kitab suci dan berdoa setiap hari, menghormati dan mencintai orang tua,
bekerja keras, hidup secara sederhana, menahan diri dari tingkah laku yang
tidak jujur, tidak berbuat yang senonoh dan mengacau, tidak minum-minuman
keras, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang, dan tidak berjudi. Maka
perkembangan sosialnya terarah secara pasti serta konsisten dengan suara
hatinya.
4.
Fungsi
Edukatif (Pendidikan). Ajaran agama secara yuridis (hukum) berfungsi
menyuruh/mengajak dan melarang yang harus dipatuhi agar pribagi penganutnya
menjadi baik dan benar, dan terbiasa dengan yang baik dan yang benar menurut
ajaran agama masing-masing. [3]
5.
Fungsi Perdamaian.
Melalui tuntunan agama seorang/sekelompok orang yang bersalah atau berdosa
mencapai kedamaian batin dan perdamaian dengan diri sendiri, sesama, semesta
dan Alloh. Tentu dia/mereka harus bertaubat dan mengubah cara hidup.
6.
Fungsi
Kontrol Sosial. Ajaran agama membentuk penganutnya makin peka terhadap
masalah-masalah sosial seperti, kemaksiatan, kemiskinan, keadilan,
kesejahteraan dan kemanusiaan. Kepekaan ini juga mendorong untuk tidak bisa
berdiam diri menyaksikan kebatilan yang merasuki sistem kehidupan yang ada.
7.
Fungsi
Pembaharuan. Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi seseorang atau
kelompok menjadi kehidupan baru. Dengan fungsi ini seharusnya agama
terus-menerus menjadi agen perubahan basis-basis nilai dan moral bagi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
8.
Fungsi
Kreatif. Fungsi ini menopang dan mendorong fungsi pembaharuan untuk mengajak
umat beragama bekerja produktif dan inovatif bukan hanya bagi diri sendiri
tetapi juga bagi orang lain.
C.
Hubungan
Agama dengan Masyarakat
Telah kita ketahui
Indonesia memiliki banyak sekali budaya dan adat istiadat yang juga berhubungan
dengan masyarakat dan agama. Dari berbagai budaya yang ada di Indonesia dapat
dikaitkan hubungannya dengan agama dan masyarakat dalam melestraikan
budaya.Sebagai contoh budaya Ngaben yang merupakan upacara kematian bagi umat
hindu Bali yang sampai sekarang masih terjaga kelestariannya.
Hal ini membuktikan
bahwa agama mempunyai hubungan yang erat dengan budaya sebagai patokan utama
dari masyarakat untuk selalu menjalankan perintah agama dan melestarikan
kebudayaannya.Selain itu masyarakat juga turut mempunyai andil yang besar dalam
melestarikan budaya, karena masyarakatlah yang menjalankan semua perintah agama
dan ikut menjaga budaya agar tetap terpelihara.[4]
Selain itu ada juga
hubungan lainnya,yaitu menjaga tatanan kehidupan.Maksudnya hubungan agama dalam
kehidupan jika dipadukan dengan budaya dan masyarakat akan membentuk kehidupan
yang harmonis,karena ketiganya mempunyai keterkaitan yang erat satu sama lain.
Sebagai contoh jika kita rajin beribadah dengan baik dan taat dengan peraturan
yang ada,hati dan pikiran kita pasti akan tenang dan dengan itu kita dapat
membuat keadaan menjadi lebih baik seperti memelihara dan menjaga budaya kita
agar tidak diakui oleh negara lain.
Namun sekarang ini
agamanya hanyalah sebagi symbol seseorang saja. Dalam artian seseorang hanya
memeluk agama, namun tidak menjalankan segala perintah agama tersebut. Dan di
Indonesia mulai banyak kepercayaan-kepercayaan baru yang datang dan mulai
mengajak/mendoktrin masyarakat Indonesia agar memeluk agama tersebut. Dari
banyaknya kepercayaan-kepercayaan baru yang ada di Indonesia, diharapkan
pemerintah mampu menanggulangi masalah tersebut agar masyarakat tidak tersesaat
di jalannya. Dan di harapkan masyarakat Indonesia dapat hidup harmonis,
tentram, dan damai antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya.
D.
Kaitan
Agama Dalam Masyarakat
Menurut Elizabeth K.
Nottingham (1954), kaitan agama dalam masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe,
meskipun tidak menggambarkan keseluruhannya secara utuh.
1. Masyarakat yang Terbelakang dan Nilai-nilai Sakral
Masyarakat tipe ini
kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakatnya menganut agama yang
sama. Sebab itu, keanggotaan mereka dalam masyarakat dan dalam kelompok
keagamaan adalah sama. Agama menyusup ke dalam kelompok aktivitas yang lain.
Sifat-sifatnya: agama
memasukkan pengaruhnya yang sakral ke dalam sistem masyarakat secara mutlak,
nilai agama sering meningkatkan konservatisme dan menghalangi perubahan dalam
masyarakat dan agama menjadi fokus utama pengintegrasian dan persatuan
masyarakat secra keseluruhan yang berasal dari keluarga yang belum berkembang.[5]
2. Mayarakat-masyarakat Praindustri yang Sedang
Berkembang
Masyarakatnya tidak
terisolasi, ada perkembangan teknologi. Agama memberi arti dan ikatan kepada
sistem nilai dalam tiap masyarakat,pada saat yang sama, lingkungan yang sakral
dan yang sekular masih dapat dibedakan. Fase kehidupan sosial diisi dengan
upacara-upacara tertentu. Di pihak lain, agama tidak memberikan dukungan
sempurna terhadap aktivitas sehari-hari, agama hanya memberikan dukungan
terhadap adat-istiadat.
Pendekatan rasional
terhadap agama dengan penjelasan ilmiah biasanya akan mengacu dan berpedoman
pada tingkah laku yang sifatnya ekonomis dan teknologis dan tentu akan kurang
baik. Karena adlam tingkah laku, tentu unsur rasional akan lebih banyak, dan
bila dikaitkan dengan agama yang melibatkan unsur-unsur pengetahuan di luar
jangkauan manusia (transdental), seperangkat symbol dan keyakinan yang kuat,
dan hal ini adalah keliru. Karena justru sebenarnya, tingkah laku agama yang
sifatnya tidak rasional memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Agama melalui wahyu atau
kitab sucinya memberikan petunjuk kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan
mendasar, yaitu selamat di dunia dan akhirat. Dalam perjuangannya, tentu tidak
boleh lalai. Untuk kepentingan tersebut, perlu jaminan yang memberikan rasa
aman bagi pemeluknya. Maka agama masuk dalam sistem kelembagaan dan menjadi
sesuatu yang rutin. Agama menjadi salah satu aspek kehiduapan semua kelompok
sosial, merupakan fenomena yang menyebar mulai dari bentuk perkumpulan manusia,
keluarga, kelompok kerja, yang dalam beberapa hal penting bersifat keagamaan.
Adanya organisasi keagamaan, akan meningkatkan pembagian kerja dan spesifikasi
fungsi,juga memberikan kesempatan untuk memuaskankebutuhan ekspresif dan
adatif.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kaitan agama dengan
masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah dan figur
Nabi dalam mengubah kehidupan sosial,
argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan , tentang Tuhan dan
kesadaran akan maut menimbulkan relegi dan
sila Ketuhanan Yang Maha Esa sampai pada pengalaman agama nya para
tasauf.
Bukti di atas sampai pada
pendapat bahwa agama merupakan tempat
mencari makna hidup yang final dan ultimate.
Kemudian , pada urutannya agama yang diyakininya merupakan sumber motivasi
tindakan individu dalam
hubungan sosialnya, dan kembali kepada konsep hubungan agama dengan masyarakat, di mana
pengalaman keagamaan akan terefleksikan
pada tindakan sosial , dan individu dengan masyarakat seharusnyalah tidak
bersifat antagonis.
B.
Saran
Semoga dengan
tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan wawasan tentang agama dan
masyarakat lebih jauh penyusun berharap dengan memahami agama dan masyarakat
kita dapat memahami perkembangannya dengan benar .
DAFTAR PUSTAKA
Damanik Fritz,
Hotman. Sosiologi . (Klaten : intan pariwara, 2007)
Afrianto, Anton. Agama dan Masyarakat.
http://gadogadoinf.blogspot.com. Diunggah pada : 10 Mei 2014, 17.00 Wib, dan
diakses pada 02Oktober 2016 pukul 20.00
Tahir, Tarmuji.
2012. Masyarakat Agama. http://tarmujimuji.wordpress.com/. Diakses : 10 Mei
2014
[1] Damanik Fritz, Hotman.
Sosiologi . (Klaten : intan pariwara, 2007) h. 153
[3] Tahir, Tarmuji. 2012. Masyarakat Agama.
http://tarmujimuji.wordpress.com/. Diupload :
10 Mei 2014, pukul
15.00 dan diakses pada 02/10/2016 pukul 19.00
[4] Afrianto, Anton. Agama dan Masyarakat.
http://gadogadoinf.blogspot.com. Diunggah pada : 10 Mei 2014, 17.00 Wib, dan
diakses pada 02Oktober 2016 pukul 20.00
[5] Afrianto, Anton. Agama dan Masyarakat.
http://gadogadoinf.blogspot.com. Diunggah pada : 10 Mei 2014, 17.00 Wib, dan
diakses pada 02Oktober 2016 pukul 20.00
No comments:
Post a Comment