BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan
peradaban kehidupan manusia secara perspektif menuntut kecakapan hidup
sebagaimana trend kebutuhan dalam era kehidupan global saat ini. Interaksi
kehidupan manusia terjadi secara global, memungkinkan terjadinya banyak
benturan baik yang bersifat budaya maupun kepribadian. Budaya dan kepribadian
manusia sesungguhnya banyak dipengaruhi oleh keyakinan dan tingkat pengetahuan
yang diperoleh dari proses pendidikan. Dengan demikian, anak sepatutnya mendapatkan
pendidikan tentang budaya kehidupan global dengan bekal kemampuan interaksi dan
kolaborasi yang baik.
Kurikulum
pendidikan nasional tahun 2006, menetapkan prinsip pelaksanaan kurikulum
didasarkan pada potensi, karakteristik, perkembangan dan kondisi peserta didik
untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini siswa harus
mendapatkan pelayanan pendidikan memberi kesempatan untuk mengekspresikan
dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan dengan menegakkan pilar belajar
hidup dalam kebersamaan dengan saling berbagi dan saling menghargai.
Pembelajaran secara konstruktif dapat memberikan pengakuan terhadap pandangan
dan pengalaman siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan situasi yang tidak
tentu. Untuk mewujudkan prinsip pelaksanaan kurikulum tersebut di atas,
pembelajaran harus dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi,
multimedia dan multiresource.
Salah satu
strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas adalah pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan melalui riset ilmiah
diberbagai negara di dunia, sehingga sitematikanya dapat diterapkan disemua
tingkat pendidikan dan di semua mata pelajaran termasuk Ilmu Pengetuan Alam
(Biologi). Strategi
Pembelajaran
kooperatif telah dikembangkan dalam berbagai tipe variasi, di antaranya adalah
Think-Pair-Share, Students Teams Achievement Devition, Teams Games-Turnament,
Jigsaw, dan sebagainya. Tipe pembelajaran tersebut memiliki penekanan yang
berbeda tetapi semuanya masih dalam konsep regular dari pembelajaran
kooperatif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Apa pengertian pembelajaran kooperatif ?
2. Apa karakteristik dan prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif ?
3. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran kooperatif ?
4. Apa macam-macam metode pembelajaran kooperatif ?
5. Apa saja keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran kooperatif
?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui karakteristik dan prinsip-prinsip pembelajaran
kooperatif.
2. Mengetahuilangkah-langkah pembelajaran kooperatif.
3. Mengetahuimacam-macam metode pembelajaran kooperatif.
4. Mengetahui keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran
kooperatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dalam Pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.[1]
Gracia mendefinisikan
pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar aktif, kelas tampak
seperti mesin belajar dan siswa; termasuk aktivitas belajar mereka sebagai
bahan bakar yang menggerakkan mesin; siswa dikelompokkan oleh guru dalam empat
sampai lima anggota dam satu tim; siswa-siswi tersebut hetrogen dalam kemampuan
dan jenis kelamin; mereka tercampur antara kelas sosial, ras, etnik, dan agama.
Siswa dalam tim memberikan hasil pekerjaan masing-masing siswa dalam tim mempelajari
apa yang ditugaskan oleh guru sebagai hasil kerja mereka.
B. Karakteristik dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif
1.
Karakteristik
Pembelajaran Kooperatif
Ada empat unsur
penting dalam SPK, yaitu :
a) Adanya peserta dalam kelompok
b) Adanya aturan kelompok
c) Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan
d) Adanya tujuan yang harus dicapai.
Menurut suyanti karakteristik pembelajaran kooperatif dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Pembelajaran secara tim.
Tim merupakan
tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat siswa
belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran
ditentukan oleh keberhasilan tim.[2]
2) Didasarkan pada manajemen kooperatif
Sebagaimana
pada umumnya, manajemen mempunyai 4 fungsi pokok yaitu perencanaan, organisasi,
pelaksanaan, dan kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif.
Perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran memerlukan perencanaan yang matang
agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Pelaksanaan menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan melalui
langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan
yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menujukkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok. Oleh sebab
itu, perlu diatur tugas dan tanggungjawab setiap anggota kelompok. Fungsi
kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan
kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.
3) Kemauan untuk bekerjasama
Keberhasilan
pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh
karena itu, prinsip bekerjasama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran
kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung
jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu,
misalnya siswa yang pintar membantu siswa yang kurang pintar.
4) Keterampilan bekerjasama
Kemampuan untuk
bekerjasama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang
tergambar dalam keterampilan bekerjasama. Dengan demikan, siswa perlu didorong
untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa
perlu dibantu mengatasi bebagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi,
sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat dan memberi
kontribusi kepada keberhasilan kelompok.
Pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :[3]
a) siswa bekerjasam dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.
b) Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah,
sedang, dan tinggi.
c) Jika memungkinkan, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya,
dan gender.
d) Sistem rewardnya berorientasi kelompok maupun individu.
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Terdapat
empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan dibawah ini.
a) Prinsip Ketergatungan Positif (Positive Interdependence)
Dalam
pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung
kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu
didasari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok
akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua
anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.
Untuk
terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing
pelru membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja
disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat
ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan
manakala ada anggota kelompok yang tak bisa menyelesaiakan tugasnya, dan semua
ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok.
Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau dan mampu
membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.
b) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)
Prinsip ini
merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan
kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus
memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugansya. Setiap anggota haru memberikan
yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru
perlu memberikan penilaian terhadap indvidu dan juga kelompok. Penilaian
individu bisa berbeda akan tetapi penilaian kelompok harus sama.[4]
c) Interaksi tatap muka (Face to face promtion interaction)
Pembelajatan
kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling
membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga
kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan,
memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan
masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, yang
berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akademik yang
berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses saling
memperkaya antar anggota kelompok.
d) Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication)
Pembelajaran
kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan
berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam
kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif,
guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa
mempunyai kemampuan berkomunikasi, mislanya kemampuan mendengarkan dan
kemampuan bicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi
setiap anggotanya.
Untuk dapat
melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan
berkomunikasi. Mislanya, cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah
pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan cara menyampaikan gagasan
dan ide-ide yang dianggapanya baik dan berguna.
Keterampilan
berkomunikasi memang memerlukan waktu. Siswa tak mungkin dapat menguasainya
dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu, guru peru terus melatih dan melatih,
sampai akhirnya setiap siswa memiliki kemampuan untuk menjadi komunikator yang
baik.
Prinsip dasar
dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut: [5]
1) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung
jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
4) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung
jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
C. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Penggunaan
pembelajaran kooperatif seharusnya mengikuti langkah-langkah atau prosedur
tertentu dalam penggunaannya. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan pembelajaran
kooperatif dapat efektif meningkatkan kemampuan belajar dan hasil belajar
siswa. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
1.
Guru merancang
pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin
dicapai
2.
Guru merancang
lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-sama dalam
kelompok-kelompok kecil.
3.
Guru
mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individu maupun kelompok.
4.
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mempersentasikan hasil kerjanya.
5.
Keempat
langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif di atas diuraikan sebagai
berikut:
a)
Guru merancang
pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin
dicapai oleh guru sesuai dengan tuntutan materi pembelajaran. Guru juga
menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan sosial yang diharapkan dapat
dikembangkan oleh guru selama berlangsungnya proses pembelajaran. Selain itu,
guru juga mengorganisir materi tugas-tugas yang dikerjakan bersama-sama dalam
dimensi kerja kelompok oleh siswa melalui keaktifan semua anggota kelompok.
b)
Guru merancang
lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-sama dalam
kelompok-kelompok kecil. Dalam penyampaian materi pelajaran, pemahaman dan
pendalamannya akan dilakukan siswa ketika belajar secara bersama-sama dalam
kelompok. Pemahaman dan konsepsi guru terhadap siswa secara individual sangat
menentukan kebersamaan dari kelompok yang dibentuk oleh guru dalam proses
pembelajaran.
Dalam melakukan
kegiatan observasi terhadap siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa, baik
secara individual maupun kelompok, dalam pemahaman materi maupun mengenai sikap
dan perilaku siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran.
Langkah
selanjutnya adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mempersentasikan hasil kerjanya. Guru juga memberikan penekanan terhadap nilai,
sikap, dan perilaku sosial yang dikembangkan dan dilatih oleh para siswa dalam
kelas.
Langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif yang terdiri atas 6 langkah, yaitu: [6]
1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
2) Menyajikan informasi.
3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
5) Evaluasi.
6) Memberikan penghargaan.
Langkah-langkah di atas menunjukkan bahwa pelajaran dimulai yaitu
guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. langkah
ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan daripada
secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap
ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan
tugas bersama mereka. Langkah terakhir pembelajaran kooperatif meliputi
presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah
mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun
individu agar siswa dapat termotivasi dalam mengikuti model pembelajaran
kooperatif atau kerja kelompok. Jadi pembelajaran kooperatif sangat positif
dalam menumbuhkan kebersamaan dalam belajar pada setiap siswa sekaligus
menuntut kesadaran dari siswa untuk aktif dalam kelompok, karena jika ada siswa
yang pasif dalam kelompok maka hal itu dapat mempengaruhi kualitas pelaksanaan
pembelajaran kooperatif khususnya berkaitan dengan rendahnya kerjasama dalam
kelompok.
D. Macam Macam Metode Pembelajaran Kooperatif
1.
STAD (Student
Teams Achievement Divisions)
STAD
merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif learning yang paling
sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk premulaan bagi para guru
yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Dalam STAD para siswa dibagi dalam
tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan,
jenis kelamin, dan latar belakang etniknya.
Guru
menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan
bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya semua mengerjakan
kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri dimana saat itu mereka tidak
diperbolehkan untuk saling bantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan
rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim diberikan
poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang
mereka capai sebelumnya.
Poin
ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil
memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan
lainnya. Seluruh rangkaian kegiatan termasuk presentasi yang disampaikan guru,
praktik tim, dan kuis biasanya memerlukan waktu 3-5 periode.
2. TGT (Team Game Tournament)
Metode
ini menggunakan pelajaran yang sama seperti dalam STAD, menggantikan kuis
dengan turnamen mingguan. Dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota
tim lain untuk menyumbang poin bagi skor timnya. Siswa memainkan game ini
bersama tiga orang siswa yang memiliki rekor nilai matematika terakhir yang
sama. [7]
Sebuah
prosedur “menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup adil. Peraih rekor
tertinggi dalam tiap meja turnamen akan mendapat 60 poin untuk timnya. Tanpa
menghiraukan dari meja mana ia mendapatkannya. Ini berarti bahwa merekayang
berprestasi rendah (bermain dengan yang berprestasi rendah juga) dan yang
berprestasi tinggi (bermain dengan yang berprestasi tinggi juga) keduanya
memiliki kesempatan yang sama untuk sukses.
3. TAI (Team Assisted Individualization)
TAI
menggunakan penggunaan bauran kemampuan empat anggota yang bebeda dan memberi
sertifikat untuk tim dengan kinerja terbaik. TAI menggabungkan pembelajaran
kooperatif dengan pengajaran yang individual. Dalam TAI, para siswa memasuki
sekuen individual berdasarkan tes penempatan dan kemudian melanjutkannya dengan
tingkat kemampuan mereka sendiri.
Para
siswa saling mendukung dan saling membantu satu sama lain untuk berusaha keras
karena mereka menginginkan tim mereka berhasil. Tanggungjawab individu bisa
dipastikan hadir karena satu-satunya skor yang diperhitungkan adalah skor
akhir, dan siswa melakukan tes akhir tanpa bantuan satu tim.
4. CIRC (Cooperative Inegrated Reading and Composition)
Dalam
CIRC, guru menggunakan novel atau bahan bacaan yang berisi latihan soal dan
cerita.
Madden,
Slavin, dan Steven berpendapat bahwa “CIRC merupakan program komprehensif untuk
mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang
lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah.” Dalam kebanyakan kegiatan CIRC,
para siswa mengikuti serangkaian pengajaran guru, praktik tim, pra nilai tim,
dan kuis.
5. JIGSAW
Elliot
Aronson dalam buku Robert E. Slavin
berpendapat bahwa: metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah
salah satu model pembelajaran yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen,
beranggotakan 4-6 siswa, setiap siswa bertanggungjawab atas penguasaan bagian
dari materi belajar dan harus mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota
tim lainnya.
Jigsaw
merupakan sebuah teknik dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan
teknik “pertukaran dari kelompok ke kelompok” (Group to group exchange) dengan
suatu perbedaan penting : setiap peserta didik mengajarkan sesuatu ini adalah
alternatif menarik, ketika ada materi yang dipelajari dapat disinggkat atau
“dipotong” dan disaat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang
lain-lain. Setiap peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan
materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah sebuah kumpulan
pengetahuan yang bertalian atau keahlian.
E. Keunggulan dan Kelemahan SPK
1.
Keunggulan SPK
Keunggulan
pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran di antaranya:[8]
a) Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain.
b) SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan
dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c) SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari
akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d) SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
e) SPK merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan
prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga
diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan
keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
f) Melalaui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide
dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berparktik
memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat
adalah tanggung jawab kelompoknya.
g) SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil). Interaksi selama kooperatif
berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk
berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
2. Kelemahan SPK
Di samping
keunggulan, SPK juga memiliki kelemahan, diantranya:
a) Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK memang butuh waktu.
Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat
mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap
memiliki kelebihan, contohnya, meraka akan merasa terhambat oleh siswa yang
dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat
mengganggu iklm kerja sama dalam kelompok.[9]
b) Ciri utama dari SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh
karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan
pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang
seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
c) Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada hasil kerja
kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau
prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
d) Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat
tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini.
e) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya
didasarkan kepada kemampuan individual. Oleh karena itu idealnya melalui SPK
selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun
kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam SPK memang bukan pekerjaan
yang mudah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Karakteristik dan prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif
karakteristiknya
:
a. Pembelajaran secara tim
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif
c. Kemauan untuk bekerjasama
d. Keterampilan bekerjasama
Prinsip-prinsipnya
:
a. Prinsip Ketergatungan Positif (Positive Interdependence)
b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)
c. Interaksi tatap muka (Face to face promtion interaction
d. Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication)
2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif :
a. Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target
pembelajaran yang ingin dicapai.
b. Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara
bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil.
c. Guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individu maupun
kelompok.
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempersentasekan hasil
kerjanya.
3. Macam-macam metode pembelajaran kooperatif :
a. STAD (Student Teams Achievement Divisions)
b. TGT (Team Game Tournament)
c. TAI (Team Assisted Individualization)
d. CIRC (Cooperative Inegrated Reading and Composition)
e. JIGSAW
B. Saran
Demikianlah
pembahasan makalah mengenai strategi pembelajaran kooperatif, semoga dapat
bermanfaat bagi rekan sekalian. Kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi
untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Made, Wena. Strategi Pembelajaran Inivatif Kontenporer, (Bumi aksara, Jakarta timur; 2011)
Triyanto, Mendesain
model pembelajaran inovatif progresif,
(Surabaya; kencana prenada media
grup. 2009)
Wina Sanjaya, Strategi
pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan, (Kencana prenada
media, Jakarta. 2006)
Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Grasindo, 2002)
Ibrahim. Pembelajaran Kooperatif. (Surabaya: Surabaya University Press. 2000)
[1] Made, Wena. Strategi Pembelajaran
Inivatif Kontenporer, (Bumi aksara,
Jakarta timur; 2011), hal. 43
[2] Triyanto, Mendesain model pembelajaran inovatif progresif, (Surabaya; kencana prenada media grup. 2009), Hal 57
[3] Triyanto, Mendesain model pembelajaran inovatif progresif, (Surabaya; kencana prenada media grup. 2009), Hal 58
[4] Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran berorientasi standar proses
pendidikan, (Kencana prenada media, Jakarta. 2006), Hal. 249
[5] Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran berorientasi standar proses
pendidikan, (Kencana prenada media, Jakarta. 2006), Hal. 251
[6] Gulo, W. Strategi
Belajar Mengajar. (Jakarta: Grasindo,
2002), h. 56
[7] Gulo, W. Strategi
Belajar Mengajar. (Jakarta: Grasindo,
2002), h. 57
[8] Ibrahim. Pembelajaran
Kooperatif. (Surabaya: Surabaya
University Press. 2000), h. 133
[9] Ibrahim. Pembelajaran
Kooperatif. (Surabaya: Surabaya
University Press. 2000), h. 135
No comments:
Post a Comment