Saturday, May 26, 2018

Sekilas tentang Biografi Prof. Dr. Harun Nasution


Beliau adalah salah satu dari beberapa tokoh pembaharu dalam pendidikan di Indonesia... Beliau juga salah satu dari beberapa tokoh Pemikir Islam di Indonesia favorit saya...semoga apa yang telah beliau berikan menjadi sebuah acuan, pedoman, untuk membangun  negeri ini menjadi lebih baik, terlebih di bidang Pendidikan, amin..


Berikut sekilas tentang biografi Harun Nasution, semoga bermanfaat..

Salam Pengetahuan..

Sekilas tentang Biografi Prof. Dr. Harun Nasution



Beliau lahir pada hari selasa, 23 September 1919 di Pematang Siantar, Sumatra Utara. Putra dari Abdul Jabar Ahmad, seorang pedagang dari Mandailing dan Qodhi (Penghulu), pada masa pemerintahan Belanda di kabupaten Simalungun, Pematang Siantar, seorang Ulama yang menguasai kitab-kitab Jawa dan suka membaca kitab Kuning berbahasa Melayu. Sedangkan Ibunya seorang Boru Mandailing Tapanuli, Maimunah keturunan seorang Ulama, ibunya pernah bermukim di Mekkah, dan mengikuti beberapa kegiatan di Masjidil Haram.
Harun Nasution berasal dari keturunan yang taat beribadah, keturunan orang terhormat dan mempunyai strategi ekonomi yang lumayan. Kondisi keluarganya yang seperti itu membuat Harun bisa lancar dalam melanjutkan cita-citanya mendalami ilmu pengetahuan.
Harun Nasution memulai pendidikannya di sekolah Belanda, Hollandsch Inlandche School (HIS), pada waktu berumur tujuh tahun. Selama tujuh tahun, Harun belajar bahasa Belanda dan ilmu pengetahuan umum di sekolah itu. Dia berada dalam lingkungan disiplin yang tepat di lingkungan keluarga, Harun memulai pendidikan agama dari lingkungan keluarganya dengan belajar mengaji, shalat dan ibadah lainnya. Setelah tamat di HIS, Harun mempunyai keinginan untuk meneruskan sekolah ke MULO, akan tetapi orang tuanya tidak merestui keinginannya karena menganggap pengetahuan umumnya sudah cukup dengan sekolah di HIS. Akhirnya, dia melanjutkan pendidikan ke sekolah agama yang bersemangat modern, yaitu Moderne Islamietische Kweek School (MIK), sederajat MULO di Bukit Tinggi.
Di Negeri Padang Pasir itu, Harun Nasution tidak lama, dan memohon pada orang tuanya agar mengijinkan pindah studi ke Mesir. Di Mesir dia mulai mendalami Islam pada Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar. Tidak puas dengan ilmu yang di dapatkan di universitas tersebut, lalu pindah ke Universitas Amerika di Kairo. Di Universitas tersebut, Harun bukan mendalami hukum-hukum Islam melainkan mendalami ilmu pendidikan dan ilmu sosial.
Setelah selesai dari Universitas tersebut dengan memperoleh ijazah dengan gelar BA, Harun Nasution bekerja di perusahaan swasta dan kemudian di konsulat Indonesia-Kairo. Dari Konsulat itulah, putra Batak yang mempersunting gadis Mesir bernama Sayedah, memulai karir diplomatiknya. Dari Mesir Harun ditarik ke Jakarta bekerja sebagai pegawai Departemen Dalam Negeri lalu menjabat sebagai Sekertaris di Kedutaan Besar Indonesia di Brussel.
Setelah meraih Doktor, Harun Nasution kembali ke tanah air dan mencurahkan perhatiannya pada pengembangan pemikiran Islam lewat IAIN. Ia sempat menjadi Rektor IAIN Jakarta selama dua periode (1974-1982). Kemudian Ia memelopori berdirinya Pascasarjana untuk studi Islam di IAIN Jakarta.
Kemudian dengan berdirinya program Pascasarjana, Harun menjabat sebagai Direktur program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sampai meninggal dunia (tahun 1998) di usianya lebih kurang 79 tahun.
Harun Nasution tahu apa yang akan ia lakukan pada masyarakat Muslim Indonesia. Ia berpendapat bahwa masyarakat muslim kurang maju dalam bidang ekonomi dan kebudayaan karena kaum muslimin berpandangan sempit dan tidak terbuka terhadap reformasi dan modernisasi sebagai prasyarat pembangunan umat. Inilah alas an mengapa ia ingin mengubah pandangan tradisional dengan pandangan yang lebih dinamis, rasional dan modern. Untuk mengimplementasikan tujuannya ini, Harun Nasution memilih pendidikan, terutama pendidikan tinggi.

Tak lama kemudian ia diangkat menjadi rektor dan ia di ercaya juga sebagai Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga akhir hayatnya.. Harun Nasution juga tercatat sebagai ilmuwan yang produktif dalam bidang karya ilmiah. Diantaranya: Buku Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Pembaruan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan,Buku Filsafat Agama, Buku Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah, Analisa dan Perbandingan, Buku Muhammad Abduh dan Teologi Rasional, Akal dan Wahyu, dan Islam Rasional.
Harun nasution, selama kepemimpinannya di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini telah banyak gagasan pembaruan yang dipraktikkannya. Gagasan tersebut antara lain:
Pertama, menumbuhkan tradisi ilmiah. Upaya ini antara lain dilakukan dengan cara mengubah sistem perkuliahan yang semula bercorak hafalan dan cenderung menganut mazhab tertentu, menjadi  sistem perkuliahan yang mengajak mahasiswa berfikir rasional, kritis, inovatif, objektif dan menghargai perbedaan pendapat.. dengan cara ini, wawasan berpikir mahasiswa menjadi luas serta berani mengemukakan pendapat yang berbeda . tradisi ilmiah dilakukan dengan cara mengajak mahasiswa membaca berbagai literature baik dari Barat maupun Timur, mengkritisnya dan menuangkannya dalam makalah serta mempertanggung-jawabkannya di dalam forum ilmiah.
Kedua, memperbarui kurikulum. Jika Kurikulum IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta hanya memuat bidang kajian agama dari aliran mazhab tertentu saja, maka di zaman Harun Nasution kurikulum di tambah dengan kajian ilmu kalam dengan berbagai aliran, filsafat dengan berbagai aliran, tasauf serta ilmu-ilmu umum dasar seperti sosiologi, filsafat umum, pernadingan agama bahkan ilmu-ilmu alam.
Ketiga, pembinaan tenaga dosen. Upaya ini dilakukan dengan cara membentuk Forem Pengkajian Islam (FPI), diskusi dan seminar-seminar. Pada setiap diskusi tersebut para dosen diwajibkan membuat makalah ilmiah dengan standard yang ditentukan. Dengan cara demikian, para dosen ditantang untuk mau membaca dan mendalami bidang keahliannya.
  1. Menerbitkan Jurnal Ilmiah. Melalui jurnal ini berbagai makalah yang disusun para dosen dan disajikan dalamforum kajian tersebut diatas, dilanjutkan dengan diterbitkannya pada Jurnal Ilmiah.
  2. Pengembangan perpustakaan. Upaya ini dilakukan antara lain dengan membangun gedung perpuatakaan yang memadai, jumlah buku yang memadai, serta sistem pelayanan yang lebih baik.
  3.  Pengembangan organisasi.   
  4. Pembukaan Program Pascasarjana. Seiring dengan upaya meningkatkan mutu tenaga pengajar, maka pada tahun 1982 telah dibuka program pascasarjana untuk starata 2 (S2) dan Starata 3 (S3) yang langsung beliau pimpin.
  5. Menjadikan IAIN sebagai Pusat Pembaruan Pemikiran dalam Islam.

No comments:

Post a Comment