BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Modernisasi atau pembaharuan bisa diartikan upaya atau usaha perbaikan
keadaan baik dari segi cara, konsep, dan serangkaian metode yang bisa
diterapkan dalam rangka mengantarkan keadaan yang lebih baik. Dengan demikian,
kalau kita kaitkan dengan pembaharuan pendidikan Islam akan memberi pengertian
bagi kita, sebagai suatu upaya melakukan proses perubahan kurikulum, cara, metodologi,
situasi dan pendidikan Islam dari yang tradisional (ortodox) kearah yang lebih
rasional, dan professional sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi saat itu.
Sebenarnya kesadaran akan kelemahan dan ketertinggalan kaum muslimin
dari bengsa Eropa dalam berbagai bidang kehidupan, telah timbul mulai abad ke
11 H/ 17 M. Mereka mulai memperhatikan kemajuan yang dicapai oleh Eropa,
pertama Prancis yang merupakan pusat kemajuan Eropa pada masa itu dan di kirim
duta-duta untuk mempelajari kemajuan Eropa, terutama dibidang militer dan
kemajuaan ilmu pengetahuan.
Eksploitasi dan intervensi barat lama kalamaan menyadarkan akan
keterbelakangan umat Islam. Mereka sadar kuatnya control barat terhadap mereka
terhadap kemajuan modern yang di miliki oleh barat. Inilah yang menyadarkan
mereka dari keterbelakangan mereka dan kelemahannya. Sehingga timbul usaha
pembaharuan dalam segala aspek kehidupan yang di pelopori oleh penguasa, kaum
bangsawan, elit, dan intelegensia. Salah
satu aspek adalah aspek pendidikan. Diantaranya negara yang sadar akan
pembaharuan adalah Turki. Makalah ini akan mejelaskan tentang Pembaharuan
pendidikan di negara Turki.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah :
1.
Apa Yang Melatar Belakangi Terjadinya
Modernisasi Pendidikan Islam di Turki?
2.
Apa Saja Bentuk-bentuk Modernisasi Islam di
Turki?
3.
Siapakah Tokoh-tokoh Pembaharu Islam di Turki?
C. Tujuan
Pembahasan
Adapun
tujuan pembahasan makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui yang Melatar Belakangi
Terjadinya Modernisasi Pendidikan Islam di Turki
4.
Untuk mengetahui Bentuk-bentuk Modernisasi
Islam di Turki
5.
Untuk mengetahui Tokoh-tokoh Pembaharu Islam di
Turki
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar
Belakang Terjadinya Modernisasi Pendidikan Islam di Turki
Pada abad pertengahan Dunia Barat telah maju, ditandai dengan beberapa
kemajuan dan penemuan teknologi modern seperti kaca lensa (1250) dan alat
percetakan (1450). Perkembangan IPTEK ini disamping menimbulkan hal-hal yang
positif adapula negatifnya; sedangkan umat islam dibelahan bagian timur sedang
bersimpuh dibawah penindasan dan juga terlena dibawah sisa kemegahan kulturnya
dimasa silam yang telah sirna, namun dibelahan barat (asia barat) ± tahun 1300
telah berdiri pula kerajaan turki usmani, namun mereka kurang berbudaya, mereka
hanya mengandalkan kemajuan militer, keberanian dan fisik mereka yang kuat,
namun mereka ini merupakan ancaman bagi Eropa.[1]
Wilayah kekuasaan Usmani sejak abad ke-16 sangatlah luas, membentang
dari Budepest di bagian utara sampai ke Yaman, di bagian selatan dan dari
Basrah di bagian timur hingga ke Al-jazair di bagian barat itu, dibagi kedalam
beberapa provinsi yang masing-masing dipimpin oleh seorang gubernur atau pasha.
Sampai abad ke-17, Turki Usmani menikmati masa keemasan. Kekuatan
militer Usmani yang sangat tangguh sangat menentukan stabilitas kekuasaan.
Kejayaan Usmani mulai kelihatan pudar setelah Sultan Sulaiman meninggal dunia,
yang mengakibatkan terjadi perebutan kekuasaan antara putra-putranya. Sultan
Sulaiman dalam bidang politik dan pemerintahan telah membuat undang-undang
sehingga beliau dikenal dengan sebutan al-Qanun.
Pada abad ke-18, Turki Usmani berusaha mengembalikan kejayaan dengan
melakukan refarm yang sangat gencar. Bahkan Sultan Salim III (w. 1807) membuka
sejumlah kedutaan Usmani di Eropa. Kemudian Mahmud II (w. 1839) memperkenalkan
berbagai lembaga pembaharuan yang banyak diilhami dari barat, termasuk
pendidikan, militer, ekonomi dan hukum. Periode ini kemudian dikenal dalam
sejarah sebagai periode “Reorganisasi”. Berbagai modernisasi teru dilakukan
oleh orang-orang turki, baik dari kalangan ulama, kaum muda, cendekiawan maupun
biokrat hingga abad ke-20.[2]
B. Bentuk-bentuk
Modernisasi Pendidikan Islam di Turki
Pembaruan pendidikan di Dunia Islam pertama kali dimulai dikerajaan
Turki Utsmani. Faktor yang melatar belakangi gerakan pembaharuan pendidikan
bermula dari kekalahan-kekalahan kerajaan Utsmani dalam peperangan dengan
Eropa. Dan Turki merupakan bekas jantung tempat salah satu kekhalifahan
terbesar Islam, yakni Turki Usmani. Oleh karena itu keterikatan bangsa Turki dengan Islam berlangsung sangat kuat sebab mereka bangsa terkemuka di
dunia Islam selama beratus-ratus tahun lamanya. Ini merupakan suatu indikasi
tentang betapa pentingnya Islam dalam kehidupan nasional rakyat Turki. Secara
politis setiap orang yang bertempat tingal di Turki, tetapi secara kebudayaan
orang Turki adalah hanya orang Islam.[3]
Langkah-langkah pembaharuan yang dilakukan adalah, pertama pengiriman duta besar ke Eropa untuk
mengamati keunggulan barat, kedua mengirim para pelajar ke luar negeri, ketiga
mendatangkan guru dari Eropa, mendirikan selokah teknik militer, Pembentukkan
badan penerjemah, menulis beberapa buku matematika, geografi, kedokteran,
sejarah dan agama, pendirian penerbitan dan percetakan.
Pembaharuan pendidikan islam di Turki sudah dimulai sejak Sultan Mahmud
II (1785—M) berkuasa. Perubahan penting yang diadakan oleh Sultan Mahmud II dan
mempunyai pengaruh besar pada perkembangan dikerajaan Utsmani ialah perubahan
dalam bidang pendidikan. Sebagaimana halnya di Dunia Islam lain dizaman itu,
madrasah merupakan satu-satunya lembaga pendidikan umum yang ada di Kerajaan
Utsmani. Di Madrasah hanya diajarkan agama. Pengetahuan umum tidak diajarkan.
Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan Madrasah tradisional ini tidak sesuai
lagi dengan tuntutan zaman abad ke-19.
Di masa pemerintahannya orang juga telah kurang giat memasukkan
anak-anak mereka ke Madrasah dan mengutamakan mengirim mereka belajar
keterampilan secara praktis di perusahaan-perusahaan industri tangan. Kebiasaan
ini membuat bertambah meningkatnya jumlah buta huruf dikerajaan Utsmani. Untuk
mengatasi problema ini, Sultan Mahmud II mengeluarkan perintah supaya anak
sampai umur dewasa jangan dihalangi masuk Madrasah.[4]
Mengadakan perubahan dalam kurikulum madrasah dengan menambahkan
pengetahuan-pengetahuan umum kedalamnya, sebagai halnya di Dunia Islam lain
pada waktu itu, memang sulit. Madrasah tradisional tetap berjalan tetapi di sampingnya
Sultan mendirikan dua sekolah pengetahuan umum yaitu Mekteb-i Ma’arif (sekolah
pengetahuan umum) dan Mekteb-i Ulum-u Edebiye (sekolah sastra). Siswa untuk
kedua sekolah itu dipilih dari lulusan Madrasah yang bermutu tinggi.
Di kedua sekolah itu diajarkan bahasa Prancis, ilmu bumi, ilmu ukur,
sejarah dan ilmu politik disamping bahasa arab. Sekolah pengetahuan umum
mendidik siswa untuk menjadi pegawai-pegawai administrasi, sedang sekolah yang
kedua menyediakan penerjemah-penerjemah untuk keperluan pemerintah.
Selain itu juga di dirikan pula sekolah-sekolah dengan model barat,
misalnya sekolah edokteran (tilahane-i amire), dan sekolah teknik
(muhendiseane).
Begitu juga dalam Pembaharuan Pendidikan Islam dengan memperhatikan
berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam sebagaimana nampak
pada masa sebelumnya, dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan
kekuatan yang dialami oleh Bangsa Eropa, maka pada garis besarnya terjadi tiga
pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut adalah : (1)
pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern
di Eropa, (2) golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni, (3)
usaha yang berorientasi pada Nasionalisme.
1.
Pola pembaharuan pendidikan Islam yang
berorientasi pada pendidikan modern di Barat. Mereka berpandangan, pada
dasarnya kekuatan dan kesejahteraan yang dialami Barat adalah hasil
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka capai. Golongan
ini berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh Barat sekarang ini merupakan
pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di
dunia Islam. Maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber
kekuatan itu harus dikuasai kembali. Cara pengembalian itu tidak lain adalah
melalui pendidikan, karena pola pendidikan Barat dipandang sukses dan efektif,
maka harus meniru pola Barat yang sukses itu. Pembaharuan pendidikan dengan
pola Barat, mulai timbul di Turki Utsmani akhir abad ke 11 H / 17 M setelah
mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur pada masa itu.
Pada dasarnya, mereka (golongan ini) berpandangan bahwa pola pendidikan
Islam harus meniru pola Barat dan yang dikembangkan oleh Barat, sehingga
pendidikan Islam bisa setara dengan pendidikan mereka. Mereka berpandangan
bahwa usaha pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan lembaga
pendidikan / sekolah dengan pola pendidikan Barat, baik sistem maupun isi
pendidikannya. Jadi intinya, Islam harus meniru Barat agar bisa maju.[5]
2. Golongan yang
berorientasi pada sumber Islam yang murni.
Mereka berpendapat bahwa sesungguhnya Islam itu sendiri merupakan sumber
dari kemajuan dan perkembangan peradaban Ilmu Pengetahuan modern. Dalam hal ini
Islam telah membuktikannya. Sebab-sebab kelemahan umat Islam meurut mereka
adalah karena tidak lagi melaksanakan ajaran Agama Islam sebagaimana mestinya.
Ajaran Islam yang sudah tidak murni lagi digunakan untuk sumber kemajuan dan
kekuatan. Pola ini dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin
Al-Afghani, dan Muhammad Abduh.
3. Usaha yang
berorientasi kepada Nasionalisme. Golongan ini melihat di Barat rasa
Nasionalisme ini timbul bersamaan dengan berkembangnya pola kehidupan modern
sehingga mengalami kemajuan yang menimbulkan kekuatan politik yang berdiri
sendiri. Keadaan ini pada umumnya mendorong Bangsa timur dan bangsa terjajah
lainnya untuk mengembangkan nasionalisme mereka masing-masing. Yang mendorong
berkembangnya nasionalisme adalah karena kenyataannya mereka terdiri dari
berbagai bangsa dengan latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaan yang
berbeda satu sama lain.
Golongan ini berusaha
memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan situasi dan kondisi
objektif umat Islam yang bersangkutan. Dalam usaha mereka bukan semata
mengambil unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, tetapi juga mengambil unsur
dari budaya warisan bangsa yang bersangkutan. Ide kebangsaan inilah yang
akhirnya menimbulkan timbulnya usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan
pemerintahan sendiri dikalangan pemeluk Islam. Sebagai akibat dari pembaharuan
dan kebangkitan kembali pendidikan ini terdapat kecendrungan dualisme sistem
pendidikan kebanyakan negara tersebut, yaitu sistem pendidikan modern dan
sistem pendidikan tradisional.[6]
C. Tokoh-tokoh
Pembaharu Islam di Turki
1. Sultan Mahmud
II
Pembaharuan di Kerajaan Usmani abad
ke-19, sama halnya dengan pembaharuan di Mesir juga dipelopori oleh raja. Kalau
di mesir, Muhammad ali pashalah raja yang melopori pembaharuan, dikerajaan
Usmani raja yg menjadi pelopor pembaharuan adlah sultan Mahmud II.
Mahmud lahir pada tahun 1785 dan
mempunyai didikn tradisional antara lain pengethauan agama, pengetahuan
pemerintahan, sejarah dan sastra arab, turki dan Persia. Ia diangkat menjadi
sultan di tahun1807 dan meninggal 1839.
Pada tahun 1826 Sultan Mahmud II
membentuk korp tentara baru di luar Jeniseri dan menggunakan instruktur dari
Mesir tidak berasal dari Eropa agar
tidak direspon negatif oleh ulama dan segera membubarkan Jeniseri serta melarang Tarekat Bektasy,
mengadakan penghapusan wajir agung diganti dengan perdana menteri, wajir agung
pada saat itu dipegang oleh syaikh al-Islam.
Perubahan penting yang diadakan oleh
Sultan Mahmud II dan kemudian yang mempunyai pengaruh besar pada perkembangan
pembaharuan di kerjaan usmani ialah perubahan dalam bidang pendidikan. Sebagai
halnya di dunia islam lain di zaman itu, madrasah merupakan satu-satunya
lembaga pendiodikan umum yang ada di kerajaan usmani. Di madrasah hanya di
ajarkan agama. Pengetahuan umum tidak di ajarkan. Sultan Mahmud II sadar bahwa
pendidikan madrasah tradisional ini tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman
abad 19.[7]
Mengadakan perubahan dalam kurikulum
madrasah dengan menambahkan pengetahuan-pengetahuan umum kedalamnya, sebagai
halnya didunia Islam lain pada waktu itu, memang sulit. Madrasah tradisional
tetap berjalan tetapi disampingnya Sultan mendirikan dua sekolah pengetahuan
umum, dengan membentuk sekolah umum ( Mekteb-I Ma’arif) dan sekolah sastra (
mekteb-i ‘Ulum-u Edebiye).siswa untuk kedua sekolah itu di pilih dari lulusan
madrasah yang bemutu tinggi.
2. Tanzimat
Sepeninggal Sultan Mahmud II,
gerakan pembaharuan dilakukan oleh Abdul Majid (1839-1861) dengan perdana
menteri Rasyid Pasya. Periode ini disebut masa Tanzimat yang mengandung arti peraturan dan
perundang-undangan baru. Tokoh-tokoh Tanzimat antara lain: Rasyid Pasya, Mehmed
Sadik Rifat Pasya, dan Muhammad Ali Pasya dan Fuad Pasya
Kemakmuran suatu negara bergantung
kepada kemakmuran rakyat yang diperoleh dengan cara menghilangkan pemerintahan
absolut selama ini, menghilangan kesewenang-wenangan, peraturan mengenai
kewajiban dan lamanya dinas militer, hukuman mati dengan diracun tidak
dibolehkan lagi,hak milik terhadap harta dijamin dan tiap orang mempunyai
kebebasan terhadap harta yang dimilikinya, semua pegawai kerajaan menerima gaji
sesuai dengan beban tugasnya untuk mengurangi korupsi, mengajak rakyat
memberikan pendapat tentang soal-soal negara dan administrasi, mendirikan
Bank Usmani dan mengganti peredaran uang dengan memakai sistem desimal,
dan pendidikan umum dilepaskan dari kekuasaan kaum ulama untuk diserahkan
kepada kementerian Pendidikan yang dibentuk pada tahun 1847.
Sedangkan piagam Hatt-I Humayun yang
mengakomodir hak-hak minoritas seperti penghapusan perbedaan agama, bahasa dan
bangsa, rakyat non muslim diperbolehkan masuk dinas militer, dan penghapusan perbedaan pajak yang bagi
rakyat non muslim, penghapusan hukum bunuh terhadap orang yang murtad dari
Islam dan pemasukan anggota-anggota
bukan Islam ke dalam dewan hukum. Setelah piagam Hatt-I Humayun ini, maka
diadakan penyempurnaan hukum pidana, hukum dagang dan hukum maritim dengan
menggunakan hukum Prancis, didirikan Mahkamah Agung, serta dalam bidang
pendidikan didirikan Sekolah Galatasaray tahun 1868 yang siswanya Islam dan
non dapat duduk berdampingan. Padahal
sebelumnya masing-masing golongan agama
mempunyai sekolah tersendiri.[8]
Kedua piagam yang dihasilkan
kelompok Tanzimat ini mendapat kritikan keras terutama dari kalangan
Intelegensia Turki Usmani. Piagam ini mengandung sekularasisasi dalam berbagai
institusi kemasyarkatan seperti lembaga hukum baru yang dipengaruhi sistem
hukum Barat, menimbulkan pro-Barat yang mengakibatkan campur tangan
negara-negara Barat dalam soal inter
kerajaan Usmani yang pada akhirnya
jatuhnya perekonomian negara ini, serta menyebabkan semakin absolutnya
kekuasaan sultan dan menteri-menterinya karena tidak adanya oposisi dari
Yeniseri sebagai yang sudah dibubarkan pada masa Sultan Mahmud II. Pasukan
Yeniseri ini ditakuti bukan hanya karena memiliki senjata akan tetapi karena
memiliki dukungan kuat dan erat dari Tarekat Bektasyi yang mempunyai pengikut
yang besar di kalangan masyarakat.
3. Usmani Muda
Kematian Perdana Menteri Ali Pasya (
1871 M) menandai berakhirnya Tanzimat,
gerakan pembaharuan diganti oleh kelompok Usmani Muda yang berhasil menurunkan
secara paksa Sultan Abdul Aziz pada tahun 1876 melalui fatwa Syaikh al-Islam
dan diganti oleh Murad V yang mendapat dukungan Usmani Muda. Akan tetapi karena
Murad V dianggap tidak berhasil memimpin Turki Usmani dan dianggap sakit mental
oleh Syaikh al-Islam di kemudian hari, maka diganti oleh Sultan Abdul Hamid (
31 Agustus 1876) dan perdana menterinya Mihdat Pasya salah seorang tokoh Usmani
Muda.[9]
Pada perang Dunia I. Turki Usmani bersekutu
dengan Jerman sebagai keputusan yang dilakukan Syaik al-Islam pada tanggal 23
Nopember 1914 dengan mengumumkan perang suci agar mendapat dukungan umat Islam
secara luas. Akan tetapi yang terjadi malah umat Islam menjadi terkotak-kotak,
seperti bangsa Tartar bersatu dengan Rusia, Al Jazair dan senegal bergabung
dengan Prancis, Umat Islam India dan Arab Saudi bergabung dengan Inggris.
Dampak selanjutnya Arab Saudi menyatakan merdeka dari Turki, begitu juga Syiria
dan Transyordan bangkit melawan Turki, serta terjadi pembelotan yang dilakukan
tentara yang berasal dari suku Arab.
Usmani Muda merupakan perkumpulan
yang didirikan pada tahun 1865 dengan tujuan untuk mengubah pemerintahan
absolut menjadi pemerintahan yang konstitusional. Tokoh Usmani muda antara lain
Mihdat Pasya, Ziya Pasya, dan Nanik Kemal. Diantara isi ide-ide pembaharunnya
sebagai berikut:
a) Ekonomi dan
politik yang tidak beres dapat diatasi dengan merubah sistem pemerintahan absolut menjadi
pemerintahan konstitusional yang memisahkan kekuasaan eksekutif, legislatif dan
yudikatif. Rakyat sebagai warga negara mempunyai hak politik . Pemerintahan
demokrasi tidak bertentangan dengan ajaran Islam, karena dalam Islam dikenal
sistem bai’ah yang pada hakikatnya merupakan kedaulatan rakyat. Khalifah
sebagai eksekutif tidak boleh mengambil
sikap atau tindakan yang berlawanan dengan maslahat umum ( al-maslahah
al-‘ammah), dan tidak melanggar
syari’ah, kaum ulama sebagai pembuat hukum, dan pemerintah yang melaksanakan
hukum. Sehingga sistem pemerintahan konstitusional tidak merupakan bid’ah dalam
Islam. Hal ini merupakan ide baru pada saat itu yang memegang sistem otokrasi.
b) Tumbuh ide
tanah air Usmani bukan tanah air Turki dengan melihat perlu adanya persatuan
umat Islam di bawah pimpinan Turki Usmani yang mirif Pan-Islamisme.[10]
4. Mustafa Kemal
Ataturk
Sejak kecil, Mustafa Kemal memiliki
bakat untuk selalu memberontak terhadap segala keadaan yang tidak berkenan di
hatinya. Ia secara brutal menentang peraturan apapun. Bahkan, tanpa malu-malu
ia sering memaki-maki gurunya saat bersekolah. Sehingga suatu hari pernah
ditampar salah satu gurunya karena sang guru sudah kehilangan kesabaran
menghadapi perilaku Mustafa Kemal. Dan akibatnya, Mustafa Kemal kecil lari dan
tidak mau masuk sekolah lagi
Mustafa kecil juga terkenal arogan
dalam bergaul. Ia tidak mau sembarangan dalam memilih kawan. Akhirnya, ibunya
mengirim dia ke sekolah militer, sehingga riwayat pendidikan Mustafa Kemal
dimulai tahun 1893 ketika ia memasuki sekolah Rushdiye (Sekolah Menengah
Militer Turki). Tahun 1895 ia masuk ke akademi militer di Kota Monastir dan
pada tanggal 13 maret 1899 ia masuk ke sekolah ilmu militer di Istambul. Tahun
1902 ia ditunjuk sebagai salah satu staf pengajar dan pada bulan Januari 1905
ia lulus dengan pangkat Kapten. Perjuangan Mustafa Kemal mewujudkan pembaharuan
untuk kemajuan Turki penuh liku, dan mencapai klimaksnya ketika ia menjadi
Presiden Republik Turki. Bangsa Eropa mengakui Republik Turki yang ditandai
oleh Perjanjian Lausanne pada tahun 1923. Mustafa Kemal meninggal dunia tahun
1938
Setelah perang dunia I, Mustafa
kemal diangkat menjadi panglima militer di Turki Selatan untuk merebut Izmir
dari tentara sekutu dan berhasil memukul mundur tentara sekutu dan
menyelamatkan Turki dari penjajahan Barat.
Pada saat itu Sultan di Istanbul berada
di bawah kekuasaan sekutu yang harus menyesuaikan diri dengan mereka, Kemudian
ia mendirikan pemerintahan tandingan di Anatolia dengan mengatakan kemerdekaan
negara dalam keadaan bahaya, rakyat Turki harus berusaha sendiri membebaskan
tanah air dari kekuatan asing, sultan tidak menjalankan pemerintahan dan segera
mengadakan kongres.
Kemudian ia mendeklarasikan diri sebagai berikut:[11]
a) Kemerdekaan
tanah air dalam keadaan bahaya
b) Sultan tidak
dapat menjalankan pemerintahan karena berada di bawah kekuasaan sekutu.
c) Rakyat Turki
harus berusaha sendiri untuk membebaskan tanah air dari kekuasaan asing.
d) Gerakan pembela
tanah air harus dikoordinir oleh panitia nasional.
e) Untuk
merealisasikan hal-hal tersebut, perlu diadakan kongres.
Dengan pernyataan tersebut Mustafa
kemal dipecat dari jabatan panglima oleh
Sultan. Kemudian ia berkiprah di dunia politik menjadi ketua perwakiolan rakyat
yang menganamanatkan Turki harus merdeka dari kungkungan asing, dan pada tahun
1920 terpilih menjadi ketua Majlis Nasional Agung ( MNA) di Ankara.
Mustafa Kemal memproklamirkan
Republik Turki pada 29 Oktober 1923 dengan membentuk negara modern didasarkan kepada kekecewaan yang amat
mendalam terhadap sistem kekhalifahan sebelumnya yang dianggap gila dan dibangun
atas sendi-sendi keagamaan yang rapuh. Peraturan dan pengadilan agama kuno
segera digantikan dengan hukum perdata yang modern dan ilmiah, begitu juga
sekolah agama harus diserahkan kepada pemerintah sekuler.
Tujuan akhir Mustafa Kemal dengan
reformasi berupa westernisasi adalah membawa Turki berbaris bersama dengan
peradaban Barat, bahkan berusaha mencuri satu langkah mendahului perdaban
Barat. Mustafa Kemal dikenal sebagai
Bapak Rakyat Turki dengan julukan Ataturk, dan ia juga mendapat julukan Ghazi.
Rangkaian kebijakan pembaharuan
Mustafa Kemal berperinci kepada:, nasionalisme, sekularisme, westernisme :
1) Pertama,unsur
Nasionalisme. Ide Nasionalisme dalam pemikiran Mustafa Kemal ialah nasionalisme
Turki yang terbatas daerah geografisnya dan bukan ide nasionalisme yang luas,
yakni diilhami oleh Ziya Gokalp (1875-1924) yang menyerukan reformasi Islam
untuk menjadikan Islam sebagai ekspresi dari etos Turki. Dalam pemahaman
Mustafa Kemal, Islam yang berkembang di Turki adalah Islam yang telah disatukan
dengan budaya Turki, sehingga ia berkeyakinan bahwa Islam dapat diselaraskan
dengan dunia modern. Namun turut campurnya Islam dalam segala aspek kehidupan
pada bangsa dan agama akan menghambat Turki untuk maju. Atas dasar itu, Mustafa
Kemal berpendapat bahwa agama harus dipisahkan dari negara. Islam tidak perlu
menghalangi Turki mengadopsi peradaban barat sepenuhnya, termasuk merubah
bentuk negara. Pada permulaan di dirikannya Republik Turki, Mustafa Kemal
berpendapat bahwa pemerintah nasional harus didasarkan pada prinsip pokok
populisme (kerakyatan). Ini berarti, kedaulatan dan semua kekuatan administrasi
harus langsung diberikan kepada rakyat. Konsekuensi logis dari prinsip tersebut
adalah dihapusnya sistem kekhalifahan.
2) Kedua
Sekulerisme, sekulerisasi yang dijalankan oleh Mustafa Kemal tidak serta merta
menghilangkan agama dari rakyat Turki, namun hanya melakukan pembatasan
kekuasaan golongan ulama dalam soal negara dan politik. Oleh karena itu,
pembentukan partai yang berdasarkan agama dilarang, institusi-institusi negara,
sosial, ekonomi, hukum, politik, dan pendidikan harus dibebaskan dari kekuasaan
syari’ah. Menurut Mustafa Kemal, sekulerisme bukan saja memisahkan masalah
bernegara (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) dari pengaruh agama melainkan
juga membatasi peranan agama dalam kehidupan orang Turki sebagai suatu bangsa,
karena menurut beliau bahwa indikasi ketinggian suatu peradaban terletak pada
keseluruhannya, bukan secara parsial. Peradaban Barat dapat mengalahkan
peradaban-peradaban lain bukan hanya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologinya, tetapi karena keseluruhan unsurnya. Dan sekulerisasilah yang
menimbulkan peradaban yang tinggi itu. Sehingga, Mustafa Kemal berpendapat jika
rakyat Turki ingin mempunyai peradaban tinggi harus melakukan sekulerisasi.[12]
3) Ketiga,
Westernisme, dalam hal ini Mustafa Kemal berpendapat bahwa Turki harus
berorientasi ke Barat. Ia melihat bahwa dengan meniru barat Negara Turki akan
maju. Ungkapan yang digunakan oleh Mustafa Kemal, “Kita (bangsa Turki) harus
bergerak bersama zaman.” Oleh karena itu, satu-satunya jalan untuk memajukan
rakyat Turki adalah dengan melakukan reformasi berupa modernisasi yakni suatu
upaya untuk mengubah wajah Turki secara total dengan menerapkan nilai-nilai
modern yang progresif dan meninggalkan segala hal yang dipandang kaku, kolot,
tradisional dan berbau Utsmaniyah. Kemal berkeyakinan hanya dengan jalan itu
rakyat Turki akan makmur dan dihormati oleh bangsa-bangsa lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Latar belakang terjadinya modernisasi pendidikan Islam di Turki Pada
abad pertengahan Dunia Barat telah maju, ditandai dengan beberapa kemajuan dan
penemuan teknologi modern seperti kaca lensa (1250) dan alat percetakan (1450).
Perkembangan IPTEK ini disamping menimbulkan hal-hal yang positif adapula
negatifnya; sedangkan umat islam dibelahan bagian timur sedang bersimpuh
dibawah penindasan dan juga terlena dibawah sisa kemegahan kulturnya dimasa
silam yang telah sirna, namun dibelahan barat (asia barat) ± tahun 1300 telah
berdiri pula kerajaan turki usmani, namun mereka kurang berbudaya, mereka hanya
mengandalkan kemajuan militer, keberanian dan fisik mereka yang kuat, namun
mereka ini merupakan ancaman bagi Eropa.
Pembaruan pendidikan di Dunia Islam pertama kali dimulai dikerajaan
Turki Utsmani. Faktor yang melatar belakangi gerakan pembaharuan pendidikan
bermula dari kekalahan-kekalahan kerajaan Utsmani dalam peperangan dengan
Eropa. Dan Turki merupakan bekas jantung tempat salah satu kekhalifahan
terbesar Islam, yakni Turki Usmani.
Tokoh-tokoh Pembaharu Islam di Turki diantaranya Sultan Mahmud II,
Rasyid Pasya, Mehmed Sadik Rifat Pasya, dan Muhammad Ali Pasya dan Fuad Pasya,
Mihdat Pasya, Ziya Pasya, Nanik Kemal dan Mustafa kemal attartruk.
B. Saran
Demikianlah Makalah yang dapat kami buat, sebagai manusia biasa kita
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Asmuni,
Yusran, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam,
Jakarta: Raja Grafindo, 1996.
Mubarok,
Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandung, CV. Pustaka Islamika, 2008. Cet-1
Nata,
Abuddin, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo, 2004.
Suwito,
sejarah sosial pendidikan islam, jakarta: kencana, 2008, cet. II
Tohir
Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta : Raja Grapindo
Persada, Islam,2009.
Zuhairini,
sejarah pendidikan islam, jakarta; PT
bumi aksara, 2010, cet 10
[1] Yusran Asmuni, Pengantar
Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, (Jakarta: Raja
Grafindo, 1996), hal. 11
[3] Abuddin Nata, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2004 ) hlm. 273
[4] Yusran Asmuni, Pengantar
Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam, ... hal. 115
[5] Abuddin Nata, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2004 ) hlm. 247
[6] Abuddin Nata, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2004 ) hlm. 248
No comments:
Post a Comment