BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Di penghujung abad ke-18, Mesir sudah memperlihatkan tanda-tanda
kebangkitan. Mesir memang merupakan negeri muslim yang pertama mengalami
kebangkitan kembali, setelah sekian lama mengalami kemunduran. Kebangkitan ini
dimulai dengan munculnya beberapa orang penulis Mesir dalam berbagai disiplin
ilmu. Dalam bidang sejarah, ‘Abd al-Rahman al-Jabarti dapat dikatakan sebagai
pelopor dan perintis kebangkitan kembali Arab-Islam di Mesir pada abad ke-19.
Penulisan sejarah atau historiografi khususnya dalam dunia Islam telah
melewati berbagai masa. Mulai masa historiografi Islam klasik (650-1250),
historigrafi Islam masa pertengahan (1250-1800), sampai pada historigrafi Islam
di masa modern (1800 sampai sekarang). Masa historiografi Islam tersebut
masing-masing memiliki ciri dan karakter tersendiri. Khusus masa historiografi
Islam modern mengambil patokan di penghujung abad ke-18, di mana mesir sudah
memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan. Kebangkitan tersebut ditandai dengan
munculnya Abd. al-Rahma>n al-Jabarti< sebagai penulis sejarah. Penulisn
sejarah Islam di masa modern ini merupakan salah satu masa yang sangat urgen
untuk kita telusuri lebih jauh. A.Historiografi Islam di Masa Al-Jabarti Di
penghujung abad ke-18, mesir sudah memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan.
Mesir memang merupakan negeri muslim yang pertama mengalami kebangkitan
kembali, setelah sekian lama mengalami kemunduran. Kebangkitan ini dimulai
dengan munculnya beberapa orang penulis mesir dari berbagai disiplin ilmu.
Dalam bidang sejarah Abd. Rahma>n al-jabarti> dapat dikatakan sebagai
pelopor dan perintis kebangkitan kembali arab Islam di Mesir pada abad ke-19.
Al-Jabarti yang bernama lengkap ‘Abd. Al-Rahma>n ibn Hasan al-Jabarti
dilahirkan dikairo mesir (1167 H./1754 M.-1240 H./1285 M.) adalah sejarawan
mesir terkenal yang hidup di tiga periode politik Mesir yaitu zaman
pemerintahan Turki Usmani, zaman pendudukan perancis dan zaman pemerintahan
Muh`ammad ‘Ali> Pasya.
Oleh karenanya di dalam makalah ini akan kita bahas bersama mengenai
histografi Islam Modern.
B. Rumusan
Masalah
Dalam
makalah ini akan menjawab beberapa pertanyaan berikut:
1. Apa yang dimaksud
dengan histografi?
2. Bagaimana latar
belakang histografi islam modern?
3. Bagaimana Biografi
al-Jabarti?
4. Apa saja Karya-karya
al-Jabarti?
5. Bagaimana Penulisan
sejarah masa al-Jabarti?
6. Bagaimana Penulisan
sejarah di Mesir abad ke-19 pasca al-Jabarti?
7. Bagaimana Historiografi
Arab Islam pada abad ke-20?
C. Tujuan
Pembahasan
Adapun
tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui
yang dimaksud dengan histografi
2. Untuk mengetahui
latar belakang histografi islam modern
3. Untuk
mengetahui Biografi al-Jabarti
4. Untuk
mengetahui Karya-karya al-Jabarti
5. Untuk mengetahui
Penulisan sejarah masa al-Jabarti
6. Untuk
mengetahui Penulisan sejarah di Mesir abad ke-19 pasca al-Jabarti
7. Untuk
mengetahui Historiografi Arab Islam pada abad ke-20
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Histografi
Historigrafi terbentuk dari dua akar kata yaitu history dan grafi. Histori artinya sejarah dan grafi artinya
tulisan. Jadi historiografi artinya adalah tulisan sejarah, baik itu yang
bersifat ilmiah (problem oriented) maupun yang tidak bersifat ilmiah (no
problem oriented). Problem oriented artinya karya sejarah ditulis bersifat
ilmiah dan berorientasi kepada pemecahan masalah (problem solving), yang tentu
saja penulisannya menggunakan seperangkat metode penelitian. Sedangkan yang
dimaksud dengan no problem oriented adalah karya tulis sejarah yang ditulis
tidak berorientasi kepada pemecahan masalah dan ditulis secara naratif, juga
tidak menggunakan metode penelitian.
Historiografi merupakan tahap terakhir dalam penyusunan sejarah. Disini
diperlukan kemahiran mengarang oleh seorang sejarawan. Ada cara-cara tertentu
yang perlu sekali diperhatikan oleh sejarawan dalam menyusun ceritera. Dengan
kata lain, penulisan atau penyusunan ceritera sejarah memerlukan
kemampuan-kemampuan tertentu untuk menjaga standart mutu dari ceritera
tersebut. [1]
Seperti misalnya prinsip serialisasi(cara-cara membuat urutan-urutan
peristiwa), yang mana memerlukan prinsip-prinsip seperti kronologi
(urutan-urutan wakutnya), prinsip kausasi (hubungan dengan sebab akibat) dan
bahkan juga kemampuan imajinasi: kemampuan untuk menghubungkan
peristiwa-peristiwa yang terpisah-pisah menjadi suatu rangkaian yang masuk akal
dengan bantuan pemgalaman, jadi membuat semacam analogi antara peristiwa
diwaktu yang lampau dengan yang telah kita saksikan dengan mata kepala sendiri
diwaktu sekarang, terutama bagi peristiwa-peristiwa yang sulit dicarikan dasar
kronologi dan kausasih dalam perhubungannya
B. Latar
Belakang Histografi Islam Modern
Pada akhir abad ke-18, Mesir sudah memperlihatkan tanda-tanda
kebangkitan, setelah sekian lama mengalami kemunduran. Kebangkitan ini dimulai
dengan munculnya beberapa orang penulis Mesir dalam berbagai disiplin ilmu.
Dalam bidang sejarah, Abd al-Rahman al-Jabarti dapat dikatakan sebagai pelopor
dan perintis kebangkitan kembali Arab-Islam di Mesir pada abad ke-19.[2]
Gerakan kebangkitan yang dipelopori oleh al-Jabarti terputus beberapa
tahun ketika terjadi pendudukan Napoleon dari Prancis atas Mesir (1798 M-1802
M). Setelah Prancis meninggalkan Mesir, penguasa baru Mesir, Muhammad Ali Pasha
bertekad memulai pembangunan Mesir dengan meniru Barat. Muhammad Ali Pasha pada
waktu itu menggalakkan gerakan penterjemahan. Di awal paruh kedua abad ke-19,
muncul dua kelompok yang menjadi pelopor kedua setelah al-Jabarti dalam kebangkitan
penulisan sejarah.Yang pertama adalah Rifa’ah al-Thathawi yang memiliki latar
belakang Islam di al-Azhar, kemudian menambah pengetahuan di lembaga pendidikan
di Prancis dan sebagai penuntut ilmu di lembaga-lembaga bahasa yang didirikan
Prancis. Kelompok kedua yaitu kelompok Ali Mubarak yang mempunyai latar
belakang pendidikan dalam bidang ilmu pengetahuan tekhnik, astronomi dan
arkeologi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kebangkitan penulisan sejarah di Mesir
pada abad ke-19 menurut Muhin Umar, adalah:[3]
1. Pengaruh utama
dalam hal ini adalah gerakan pembaharuan menjelang akhir kekuasaan Isma’il
Pasha pada pertengahan abad ke-19.
2. Sejak awal abad
ke-19, ahli-ahli Eropa melakukan penelitian arkeologi di Mesir.
3. Keberhasilan
Rafa’ah al-Thathawi menempatkan sejarah sebagai ilmu yang berdiri sendiri yang
mengakibatkan diajarkannya ilmu sejarah di sekolah-sekolah sampai tingkat
menengah.
4. Adanya
percetakan yang ikut membantu perkembangan ilmu sejarah di Mesir pada abad ke-19.
5. Munculnya
penerbitan harian dan berkala.
6. Rifa’ah dan Ali
Mubarak melakukan editing naskah-naskah kuno untuk kemudian diterbitkan.
7. Berdirinya
himpunan-himpunan ilmu pengetahuan yang mempengaruhi perkembangan penulisan
sejarah.[4]
Sejarawan Muslim di
dunia Arab, sejak awal abad ke-20 itu, banyak mengambil tema, metodologi, dan
pendekatan penulisan sejarah dari Barat. Penulisan sejarah dengan cara Barat
itu disebut dengan penulisan sejarah modern. Perubahan-perubahan materi, tema,
metodologi, dan pendekatan penulisan sejarah dari Barat sejak itu ikut mewarnai
perubahan historiografi Islam.
Sejarah historiografi
Islam secara umum ditulis oleh Franz Rosenthal dalam satu karyanya A History of
Moslem Historiography yang terbit tahun 1952, kemudian dicetak kembali tahun
1968. Karyanya ini telah memberikan suatu pengaruh yang besar dalam menelusuri
pengaruh sejarah Islam.
Nizar Ahmed Faruqi yang
lahir pada tanggal 29 Juni 1934 adalah seorang intelektual muda India yang
menulis tentang historiografi Islam. Karyanya yang diterbitkan di New Delhi
oleh Idarah_i Adabiyat_i Delhi pada tahun 1979 berupa disertasi yang berjudul
Early Moslem Historiography, untuk memperoleh gelar doktornya di Delhi
University tahun 1977. Disertasi ini menyajikan bahan-bahan penulisan sejarah pada
permulaan Islam yang sekaligus menghilangkan keraguan tentang cara yang
dilakukan oleh penulis-penulis permulaan yang telah membukukan cerita-cerita
sejarah secara mendetail yang berasal dari mulut ke mulut. Disertasi ini dapat
dikatakan sebagai dokumentasi yang menyajikan perspektif penulisan sejarah pada
permulaan Islam (612-750).
Beberapa karya lain
yang dapat dijadikan bahan studi historiografi Islam adalah tulisan J.H.
Kramers, Historiography Among The Osmani Turks, yang dimuat dalam kumpulan
karyanya Analecta Orientalia, terbit di Leiden tahun 1954. H.A.R. Gibb menulis
dengan judul Tarikh dimuat dalam suplemen Encyclopedia of Islam (Leiden, 1938),
selanjutnya dimuat juga dalam kumpulan karangannya yang dilakukan oleh Stanford
J. Shaw dan William R.Polk, Studies on The Civilization of Islam, terbit di
London tahun 1962.
C. Perkembangan
Historiografi Islam Modern
1. Biografi
al-jabarti
Nama lengkap al-Jabarti adalah Abd
al-Rahman Ibn Hasan al-Jabarti, lahir di Kairo tahun 1163 H/ 1753 M. (Abdullah,
2004: 56). Al-Jabarti dinisbatkan pada Jabart yaitu sebuah karang kecil di
negeri Habasyah (Ethiopia), negeri asal nenek moyang.[5]
Al-Jabarti berasal dari keluarga
yang taat beragama dan aktif berkecimpung di dunia ilmiyah. Beberapa orang
diantaranya dikenal sebagai ilmuwan di al-Azhar, Mesir. Ayahnya sendiri, Hasan
al-Jabarti (w. 1179 H), adalah seorang ahli ilmu keagamaan islam dan ilmu
pasti, terutama Astronomi dan Geografi dan mengajar di al-Azhar. (yatim, 1997:
218) Al-Jabarti adalah sejarawan Mesir terkenal yang hidup di tiga periode
politik Mesir; 1). Zaman pemerintahan Turki Ustmani di Mesir yang berakhir
tahun 1798; 2). Zaman pendudukan Perancis (1798-1801) dan 3). Zaman
pemerintahan Muhammad Ali Pasya yang dimulai tahun 1805 M.
Pendidikan formal pertamanya yang
dilalui al-Jabarti adalah di Madrasah as-Samaniyah, Kairo. Disamping menuntut
ilmu di madrasah ini, pada waktu yang sama, sepulang dari madrasah, ia juga
belajar berbagai ilmu keagamaan dari ayahnya dan dari ulama-ulama yang datang
ke rumahnya. Setelah itu, al-Jabarti melanjutkan pendidikannya di al-Azhar
sambil terus belajar ilmu astronomi, matematika dan hikmah dari ayahnya.
Demikianlah pendidikan yang dilalui
sampai ayahnya meninggal dunia pada 1179 H, ketika ia masih berusia 21 tahun.
Dalam lapangan ilmu, al-Jabarti sebenarnya melanjutkan tradisi ilmiyah yang
sudah dikembangkan oleh anggota keluarga al-Jabarti lebih dahulu. Sebagaimana
ayahnya, dia juga menjadi salah seorang ulama besar al-Azhar, Kairo, Mesir.
Disamping itu, al-Jabarti juga memberi pengajaran di masjid-masjid dan
rumahnya.
2. Penulisan
sejarah Al-jabarti
Dalam penulisan sejarah Mesir pada
masa Turki Usmani, al-Jabarti mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sejarawan
lainnya karena,
a) Ia
menggambarkan masyarakat Mesir pada masa itu dengan sempurna serta berusaha
melakukan penelitian mendalam terhadap peristiwa yang dialaminya.
b) Ia menyatakan
dalam bukunya ia menulis sejarah bukan karena perintah penguasa karena ia
adalah seorang ilmuan independen. [6]
Pada masa pemerintahan kerajaan
Ottoman atau Usmani di dunia Arab (1517-1922) yang berpusat di Istanbul, Turki,
buku-buku sejarah yang bermutu tidak banyak lagi muncul dalam bahasa Arab,
tetapi dalam bahasa Turki. Ketika Abdurrahman al-Jabarti muncul dengan karya
besar sejarahnya, dia kemudian dinilai dengan sebagai seorang pahlawan sejarah
Arab-Islam.
3. Karya-karya
al-jabarti
Dalam bidang sejarah, al-Jabarti
menulis dua buah karya buku penting, yang pertama buku yang berjudul “Aja’ib
al-Atsar fi al-Tarajim wa al-Akhbar” (Keanehan-keanehan Peninggalan tentang
Biografi dan Kabar Berita). Terdiri dari empat jilid yang lebih dikenal dengan
nama “Tarikh al-Jabarti” dan buku yang berjudul “Mazhab at-Taqdis”. Buku Aja’ib
memotret peristiwa-peristiwa yang terjadi di Mesir, terutama di Kairo mulai
dari tahun 1688 M/ 1000 H sampai dengan 1821 M/ 1236 H.
Karya al-Jabarti berisi catatan
berbagai peristiwa dan data-data kematian. Penulis memulai keryanya dengan
pengantar singkat dan uraian peristiwa hingga era Utsmani. Jilid I buku Aja’ib
ditutup dengan catatan kematian Muhammad Bek Abi Dzahab. Jilid III, membahas
sejarah Mesir semenjak kedatangan misi Perancis di bawah kepemimpinan Napoleon
Bonaparte.[7]
Dalam perkembangan selanjutnya,
Aja’ib al-Atsar dilarang beredar di Mesir pada tahun 1878 M karena menyebutkan kejelekan
yang terjadi pada zaman pemerintahan Muhammad Ali Pasha. Pada tahun itu,
sebagian dari buku itu saja yang diterbitkan dan baru pada tahun 1880 M buku
tersebut data diterbitkan secara lengkap yaitu pada zaman Khudaywi Tawfiq.
Bangsa Perancis sejak dini telah berusaha menerjemahkan buku itu dan
menerbitkannya karena di dalamnya terdapat ulasan tentang penjajahan Perancis
terhadap Mesir, keberadaan penduduk aslinya, serta para panglima dan
kekuasaannya. (Amin, 1995: 276)
Secara garis besar, sesuai dengan
judulnya, karya ini dibagi atas dua bagian; bagian pertama tentang
peristiwa-peristiwa sejarah dan bagian kedua tentang biografi para tokoh. Yang
terakhir ini mempunyai nilai sosial yang sangat besar karena ia menggambarkan
secara terinci kehidupan penduduk dunia islam bagian Timur.
Adapun karya yang lain, yaitu
berjudul “Mazhab at-Taqdis” merupakan sebuah catatan terinci tentang proses
pendudukan Perancis atas Mesir. Buku ini diterbitkan kembali bahasa Arab dalam bentuk ringkasan pada tahun
1960-an, tanpa suntingan dan dibagikan di sekolah-sekolah yang berada di bawah
kordinasi Departemen Pendidikan dan Pengajaran Mesir. Bentuk utuh buku ini
dalam bahasa Arab tidak pernah terbit lagi, tetapi terjemahannya oleh Cardin,
terbit di Paris pada 1838 M dalam bahasa Turki dan Bahasa Perancis.
4. Penulisan
sejarah di Mesir abad ke-19 pasca al-Jabarti
Gerakan kebangkitan yang dipelopori
oleh al-Jabarti terputus beberapa tahun ketika terjadi pendudukan Napoleon dari
Perancis atas Mesir (1798-1802 M). Namun pendudukan itu memberikan konstribusi
bagi kebangkitan Mesir pada masa selanjutnya, termasuk dalam bidang sejarah.
Setelah Perancis meninggalkan Mesir,
penguasa baru Mesir Muhammad Ali Pasya bertekad untuk memulai pembangunan Mesir
dengan meniru Barat. Sekolah-sekolah baru dibuka dan para mahasiswa dikirim ke
Eropa. Muhammad Ali Pasya pada waktu itu menggalakkan gerakan penterjemahan. Di
awal abad ke 19, muncul dua kelompok yang menjadi pelopor kedua setelah
al-Jabarti dalam kebangkitan penulisan sejarah. Yang pertama adalah kelompok
Rifaah al-Thahthawi yang memiliki latar belakang pendidikan islam di al-Azhar,
kemudian menambah pengetahuan dilembaga pendidikan di Perancis dan sebagai
penuntut ilmu di lembaga-lembaga bahasa yang didirikan Perancis. Sedangkan
kelompok kedua adalah kelompok ‘Ali Mubarak yang mempunyai latar belakang
pendidikan dalam bidang ilmu pengetahuan
teknik, astronomi dan arkeologi. Kedua kelompok ini didalam penulisan
sejarah dipengaruhi oleh literatur dan pengetahuan kebudayaan Perancis. Mereka
juga menggunakan referensi buku-buku sejarah yang ditulis masa Klasik dan
Pertengahan Islam, serta referensi Barat modern.[8]
Menurut Mu’in Umar, ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kebangkitan penulisan sejarah di Mesir pada abad
ke-19, yaitu:
a) Adanya gerakan
pembaharuan menjelang akhir kekuasaan Ismail Pasya pada pertengahan abad ke-19.
b) Semenjak awal
abad ke-19, ahli-ahli Eropa melakukan penelitian Arkeologi di Mesir. Hal itu
memberi pengaruh yang besar bagi ahli-ahli Mesir untuk mempergunakan
bahan-bahan hasil penelitian Arkeologi itu dalam penulisan sejarah pada abad
ke-19.
c) Keberhasilan
Rifaah al-Thahthawi menempatkan sejarah sebagai ilmu yang berdiri sendiri,
sehingga di ajarkan ilmu sejarah di sekolah sampai pada tingkat menengah.
Lulusannya kemudian dikirim ke Eropa untuk melanjutkan studinya dalam ilmu
sejarah.
d) Adanya
percetakan. Pada masa Muhammad Ali Pasya, tepatnya pada tahun 1822 M didirikan
satu unit percetakan Bulaq.
e) Munculnya
penerbitan harian dan berkala, artikel-artikel sejarah banyak ditulis dalam
penerbitan media massa itu.
f) Rifa’ah dan Ali
Mubarak melakukan editing naskah-naskah kuno untuk kemudian diterbitkan. Usaha
ini sangat membantu rakyat Mesir untuk memperoleh pengetahuan warisan sejarah
mereka dimasa silam.
g) Berdirinya
himpunan-himpunan ilmu pengetahuan dalam bidang sejarah. Himpunan yang pertama
adalah Institut Egyptian pada tahun 1798 M yang didirikan oleh Napoleon.[9]
Berbeda dengan penulisan sejarah
pada masa Islam Klasik dan Pertengahan yang sedikit sekali melakukan kritik,
analisis, dan perbandingan, penulisan sejarah Mesir pada abad ke-19 dipengaruhi
oleh penulisan metode ilmu pengetahuan baru dengan mengikuti buku-buku sejarah
Eropa. Mereka mencoba mengkritik, menganalisis, membandingkan dan memberikan
pandangan mereka tentang apa yang mereka tulis.
Dalam hal ini, mereka juga sudah
menggunakan ilmu-ilmu bantu sejarah seperti dokumen, numismatik, arkeologi,
inskripsi, ekspolari, geografi dan lain-lain.Menurut Umar (1987: 169) Ahli-ahli
sejarah tidak hanya tertumpu kepada sejarah mesir dan islam tetapi juga
menyajikan masalah-masalah lain yang tidak begitu dikenal di dalam periode
islam. ahli sejarah menyajikan berbagai ragam sejarah seperti:
a) Sejarah dunia
b) Sejarah
negara-negara tetangga
c) Memoar pribadi
d) Sejarah umum
mengenai mesir
e) Sejarah
topografi dan sejarah kota
f) Sejarah mesir
abad ke-19 M di bawah kekuasaan dinasti muhammad ali
g) Biografi-biografi
h) Novel sejarah
i)
Penulisan sejarah dalam bahasa asing
Adapun pengaruh penulisan sejarah
bagi rakyat mesir adalah sebagai berikut:
a) Membangkitkan kesadaran
sejarah yang mendorong orang-orang mesir berminat kepada sejarah pada umumnya
dan sejarah mesir pada khususnya dalam aneka ragam masanya.
b) Membangkitkan
rasa patriotisme dan mengokohkan semangat nasionalisme.
D. Historiografi
Arab Islam pada abad ke-20
Sejak awal abad ke-20, barat menjadi kiblat dalam historiografi islam.
di barat kemajuan-kemajuan ilmiah, termasuk dalam bidang sejarah, dengan cepat
terjadi. Volteire memulai perubahan dalam penulisan sejarah, dalam karyanya the
age of louis XIV (1751) ia menguraikan masyarakat perancis sebagai satu
kesatuan. Ia berusaha menyajikan suatu pandangan yang komprehensif dengan
meneliti banyak segi kehidupan dan kebudayaannya, seperti peperangan, ilmu
pengetahuan, kesusasteraan, kesenian dan agama.
Perkembangan penulisan sejarah islam tidak begitu cepat mengikuti
perubahan yang terjadi di barat. Para
sejarawan arab banyak mengajukan kritik terhadap corak penulisan sejarah islam
tradisional.[10]
Menurut Dr. Sayyidah ismail kasyif, guru besar sejarah islam pada universitas
syams. Para sejarawan hingga awal abad ke-20, dalam pembahasan sejarah hanya
berorientasi kepada pembahasan peristiwa-peristiwa politik negara, dan mereka
memperhatikan pengkajian terhadap para pemimpin, tokoh-tokoh menonjol,
perbuatan dan kontroversi mereka. Akan tetapi, orientasi modern dalam studi
sejarah mengarahkan kepada studi tentang strata sosial bangsa yang beragam,
cara hidupnya, pranata sosialnya, keadaan sosial, ekonomi, dan politik. Dalam
artian sejarawan harus mengkaji seluruh aspek kehidupan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Jabarti lahir di Kairo 1753 M dan meninggal tahun 1805 M merupakan
salah satu beberapa tokoh besar di Mesir yang hidup di tiga periode penguasa
Mesir yaitu zaman Turki Usmani, masa pendudukan Perancis dan era pemerintahan
Muhammad Ali Pasha.
Perintis penulisan sejarah Islam awal di mesir adalah al-jabarti, dalam
penulisannya Ia menggambarkan masyarakat Mesir pada masa itu dengan sempurna
serta berusaha melakukan penelitian mendalam terhadap peristiwa yang
dialaminya. Dalm penulisan sejarah Islam Ia juga menyatakan dalam bukunya ia
menulis sejarah bukan karena perintah penguasa tetapi karena ia adalah seorang
ilmuan independen.
Al-Jabarti merupakan tokoh sejarawan besar yang menghidupi historiografi
Arab-Islam untuk pertama kalinya setelah sekian lama menghilang di Mesir. Dua
buah karyanya; Ajaib al-Atsar fi al-Tarajim wa al-Akhbar dan Mazhar at-Taqdis.
Buku Ajaib terdiri dari empat jilid. Buku ini pernah dilarang beredar pada
zaman pemerintahan Muhammad Ali Pasha tahun 1878 M. buku ini kembali beredar di
Mesir tahun 1880 M.
Metode penulisan sejarah al-Jabarti dalam bentuk kombinasi antara
biografi dan kronikel. Karyanya banyak terinspirasi dari gurunya, al-Muradi dan
al-Murtadha. Al-Jabarti menggunakan sumber-sumber primer dalam karyanya serta
menggunakan hawliyat. Al-Jabarti sudah menggunakan pendekatan tematik meskipun
antara tema satu dengan tema lainnya tidak ada hubungannya.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca senantiasa pemakalah harapkan, yang nantinya dapat
dijadikan sebagai titian usaha perbaikan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim, Historiografi
Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997)
Muhin Umar, Historiografi
Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1988)
Danar Widiyanta, Perkembangan
Historiografi Tinjauan di Berbagai Wilayah Dunia, (Yogyakarta: UNY, 2002)
Abdullah,Yusri Abdul Ghani.
Historiografi Islam dari Klasik Hingga Modern. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 2004)
Umar, Muin. Historiografi
Islam. (Jakarta: Rajawali Press.
1987)
[1] Anggar Kaswati. Metodelogi
Sejarah dan Historiografi. (Yogyakarta: Beta Offset. 1998) h. 64
[2] Badri Yatim, Historiografi
Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h.217
[3] Muhin Umar, Historiografi
Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1988), h. 164
[4] Muhin Umar, Historiografi
Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1988), h. 165
[5] Danar Widiyanta, Perkembangan
Historiografi Tinjauan di Berbagai Wilayah Dunia, (Yogyakarta: UNY, 2002),
h.38
[6] Badri Yatim, Historiografi
Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h.219
[7] Abdullah,Yusri Abdul
Ghani. Historiografi Islam dari Klasik Hingga Modern. (Jakarta: Raja
Grafindo Persada. 2004) H. 58
No comments:
Post a Comment