BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu
terdapat pengajaran bagi orang-orang yang berakal…” (QS. Yusuf ayat 111).
Sangat penting mempelajari sejarah dakwah Islam di Indonesia. Sesuai dengan
firman Allah dalam Al Qur’an ayat 111 bahwa mempelajari sejarah terdapat ibrah
(pelajaran).
Dengan memepelajari sejarah di masa
lampau, kita dapat mengambil pelajaran untuk di masa yang akan datang dibuat
perencanaan atau konsep yang lebih baik khususnya untuk dakwah di tanah air
kita, Indonesia. Sesuai dengan hadist Rasulullah “Hari ini harus lebih baik
dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini “.
Bahasa merupakan nilai tertinggi dari
suatu peradaban. Suatu bangsa dipengaruhi nilai tertentu jika bahasanya
dipengaruhi oleh nilai tersebut. Bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh
bahasa Arab (bahasa Al-Qur’an) contohnya kata ibarat yang kata dasarnya dari
ibrah ini yang bermakna pelajaran dan masih banyak lagi bahasa indonesia yang
berasal dari bahasa Arab. Ini membuktikan bahwa budaya Indonesia sudahdipengaruhi
oleh budaya islami.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana Sejarah Masuk Islam Ke Indonesia?
2. Bagaimana Perkembangan Dakwah Islam Di
Indonesia?
3. Bagaimana Periode Perkembangan Dakwah di
Indonesia?
C.
Tujuan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui Sejarah Masuk Islam Ke
Indonesia
2. Untuk mengetahui Perkembangan Dakwah Islam Di
Indonesia
3. Untuk mengetahui Periode Perkembangan Dakwah di
Indonesia
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Masuk Islam Ke Indonesia
Pada abad 7 masehi, Islam sudah sampai
ke Nusantara. Para Dai yang datang ke Indonesia berasal dari jazirah Arab yang
sudah beradaptasi dengan bangsa India yakni bangsa Gujarat dan ada juga yang
telah beradaptasi dengan bangsa Cina, dari berbagai arah yakni dari jalur
sutera (jalur perdagangan) dakwah mulai merambah di pesisir-pesisir Nusantara.
Sejak awal Islam tidak pernah membeda-bedakan fungsi seseorang untuk berperan
sebagai dai (juru dakwah). [1]
Kewajiban berdakwah dalam Islam bukan
hanya kasta (golongan) tertentu saja tetapi bagi setiap masyarakat dalam Islam.
Sedangkan di agama lain hanya golongan tertentu yang mempunyai otoritas
menyebarkan agama, yaitu pendeta. Sesuai ungkapan Imam Syahid Hasan Al-Bana “
Nahnu du’at qabla kulla syai“ artinya kami adalah dai sebelum profesi-profesi
lainnya. Sampainya dakwah di Indonesia melalui para pelaut-pelaut atau
pedagang-pedagang sambil membawa dagangannya juga membawa akhlak Islami
sekaligus memperkenalkan nilai-nilai yang Islami. Masyarakat ketika berbenalan
dengan Islam terbuka pikirannya, dimuliakan sebagai manusia dan ini yang
membedakan masuknya agama lain sesudah maupun sebelum datangnya Islam. [2]
Sebagai contoh masuknya agama Kristen
ke Indonesia ini berbarengan dengan Gold (emas atau kekayaan) dan glory
(kejayaan atau kekuasaan) selain Gospel yang merupakan motif penyebaran agama
berbarengan dengan penjajahan dan kekuasaan. Sedangkan Islam dengan cara yang
damai. Begitulah Islam pertama-tama disebarkan di Nusantara, dari
komunitas-komunitas muslim yang berada di daerah-daerah pesisir berkembang
menjadi kota-kota pelabuhan dan perdagangan dan terus berkembang sampai
akhirnya menjadi kerajaan-kerajaan Islam dari mulai Aceh sampai Ternata dan
Tidore yang merupakan pusat kerajaan Indonesia bagian Timur yang wilayahnya
sampai ke Irian jaya.
B.
Perkembangan
Dakwah Islam Di Indonesia
Di abad 13 Masehi berdirilah
kerajaan-kerajaan Islam diberbagai penjuru di Nusantara. Yang merupakan moment
kebangkitan kekuatan politik umat khususnya didaerah Jawa ketika kerajaan
Majapahit berangsur-angsur turun kewibawaannya karena konflik internal. Hal ini
dimanfaatkan oleh Sunan Kalijaga yang membina di wilayah tersebut bersama Raden
Fatah yang merupaka keturunan raja-raja Majapahit untuk mendirikan kerajaan
Islam pertama di pulau Jawa yaitu kerajaan Demak. Bersamaan dengan itu mulai
bermunculan pula kerajaan-kerajaan Islam yang lainnya, walaupun masih bersifat
lokal. Pada abad 13 Masehi ada fenoma yang disebut dengan Wali Songo yaitu ulama-ulama
yang menyebarkan dakwah di Indonesia. Wali Songo mengembangkan dakwah atau
melakukan proses Islamisasinya melalui saluran-saluran: [3]
1. Perdagangan
2. Pernikahan
3. Pendidikan (pesantren)
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang asli dari akar budaya
indonesia, dan juga adopsi dan adaptasi hasanah kebudayaan pra Islam yang tidak
keluar dari nilai-nilai Islam yang dapat dimanfaatkan dalam penyebaran Islam.
Ini membuktikan Islam sangat menghargai budaya setempat selama tidak
bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
4. Seni dan budaya
Saat itu media tontonan yang sangat
terkenal pada masyarakat jawa kkhususnya yaitu wayang. Wali Songo menggunakan
wayang sebagai media dakwah dengan sebelumnya mewarnai wayang tersebut dengan
nilai-nilai Islam. Yang menjadi ciri pengaruh Islam dalam pewayangan
diajarkannya egaliterialisme yaitu kesamaan derajat manusia di hadapan Allah
dengan dimasukannya tokoh-tokoh punakawam seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
Para Wali juga menggubah lagu-lagu tradisional (daerah) dalam langgam Islami,
ini berarti nasyid sudah ada di Indonesia ini sejak jaman para wali. Dalam
upacara-upacara adat juga diberikan nilai-nilai Islam.
5. Tasawwuf
C.
Periode
Perkembangan Dakwah di Indonesia
1.
Dakwah
Islam sebelum masa penjajahan (masa para wali)
Di
abad 13 Masehi berdirilah kerajaan-kerajaan Islam diberbagai penjuru di
Nusantara. Yang merupakan moment kebangkitan kekuatan politik umat khususnya
didaerah Jawa ketika kerajaan Majapahit berangsur-angsur turun kewibawaannya
karena konflik internal. Hal ini dimanfaatkan oleh Sunan Kalijaga yang membina
di wilayah tersebut bersama Raden Fatah yang merupaka keturunan raja-raja
Majapahit untuk mendirikan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yaitu kerajaan
Demak. Bersamaan dengan itu mulai bermunculan pula kerajaan-kerajaan Islam yang
lainnya, walaupun masih bersifat lokal. Pada abad 13 Masehi ada fenoma yang
disebut dengan Wali Songo yaitu ulama-ulama yang menyebarkan dakwah di
Indonesia. Wali Songo mengembangkan dakwah atau melakukan proses Islamisasinya
melalui beberapa saluran antara lain:[4]
a) Perdagangan
b) Pernikahan
c) Pendidikan (pesantren)
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang asli dari akar budaya
indonesia, dan juga adopsi dan adaptasi hasanah kebudayaan pra Islam yang tidak
keluar dari nilai-nilai Islam yang dapat dimanfaatkan dalam penyebaran Islam.
Ini membuktikan Islam sangat menghargai budaya setempat selama tidak
bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
a)
Seni dan
budaya
Saat itu media tontonan yang sangat
terkenal pada masyarakat jawa kkhususnya yaitu wayang. Wali Songo menggunakan
wayang sebagai media dakwah dengan sebelumnya mewarnai wayang tersebut dengan
nilai-nilai Islam. Yang menjadi ciri pengaruh Islam dalam pewayangan diajarkannya
egaliterialisme yaitu kesamaan derajat manusia di hadapan Allah dengan
dimasukannya tokoh-tokoh punakawam seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
Para Wali juga menggubah lagu-lagu tradisional (daerah) dalam langgam Islami,
ini berarti nasyid sudah ada di Indonesia ini sejak jaman para wali. Dalam
upacara-upacara adat juga diberikan nilai-nilai Islam.
b)
Tasawwuf
Kenyatan sejarah bahwa ada
tarikat-tarikat di Indonesia yang menjadi jaringan penyebaran agama Islam.
2.
Dakwah
pada masa penjajahan (pesantren dan organisasi Islam)
Dalam
literature yang beredar dan menjadi arus besar sejarah, masuknya Islam ke
Indonesia selalu diidentikkan dengan penyebaran agama oleh Arab, Persia,
ataupun Gujarat. Namun ada penemuan lain yang menyatakan bahwa Islam Nusantara
tidak hanya berasal dari wilayah India dan Timur Tengah, akan tetapi juga dari
Cina, tepatnya Yunan.[5]
Penyebaran
bermula dalam pergaulan dagang antara muslim Yunan dengan penduduk Nusantara.
Pada kesempatan itu terjadilah asimilasi budaya lokal dan agama Islam yang
salah satunya berasal dari Daratan Cina. Diawali saat armada Tiongkok Dinasti
Ming yang pertama kali masuk Nusantara melalui Palembang tahun 1407. Saat itu
mereka mengusir perompak dari Hokkian Cina yang telah lama bersarang disana.
Kemudian Laksamana Cheng Ho membentuk Kerajaan Islam di Palembang. Meskipun
merupakan kerajaan yang lebh dahulu didirika, namun dalam perjalanan sejarah
justru Kerajaan Demak yang lebih dikenal dalam masyarakat.
Dengan
banyaknya penduduk pribumi yang masuk Islam, terbentuklah
pemerintahan-pemerintahan Islam. Hubungan dengan kaum muslimin dari pusat dunia
Islam-pun menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga
semakin erat. Yang terbesar dalah dari Hadramaut, Yaman.
Namun
setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai
daerah di nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus.
Terutama di abad ke-17 dan 18 Masehi. Hal ini disebabkan karena kaum muslimin
nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan dan dampak dari
peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis yang isinya melarang untuk
berhubungan dagang dengan dunia luar.[6]
Kedatangan
kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin
nusantara, namun disisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata.
Sebagian besar kaum muslimin mengalami pencampuran akidah dengan tradisi
pra-Islam.
Pada
masa ini semangat dakwah banyak diwarnai dengan jihad melawan kaum kolonial,
namun terdapat dua pola dakwah yang dikembangkan pada masa ini, yaitu:
a) Masa Penjajahan (Pesantren dan Organisasi
Islam)
(1) Pesantren
Pesantren berubah fungsi dari lembaga
pendidikan menjadi a centre of anti Ducth (pusat pembangkit anti belanda).
Setiap perlawanan bersenjata terhadap penjajah Belanda tidak terlepas dari dari
hubungan pesantren. Dalam abad ke-19 terdapat empat perang besar dari hasil
perjuangan para santri, diantaranya :
(a) Perang Cirebon (1802-1806)
(b) Perang Diponegoro (1825-1830)
(c) Perang Padri (1821-1838)
(d) Perang di Aceh(1873-1908)
(2)
Organisasi
Islam
Para ulama menggerakkan masyarakat
melalui pendidikan dan mendorong untuk memulihkan kembali ekonomi dan
perdagangan. Kebangkitan Islam semakin berkembang dengan membentuk organisasi
sosial keagamaan.
Organisasi Islam pertama adalah SDI
(Serikat Dagang Islam) di tahun 1905 dan merupakan cikal bakal pertumbuhan
nasionalis yang dipelopori kaum pelajar. Pada perkembangannya SDI berubah
menjadi SI (Sarikat Islam) dan menjadi pola dakwah baru yang berupa pembentukan
organisasi Islam secara modern dalam sejarah bangsa Indonesia. Dari sinilah
mulai muncul organisasi-organisasi Islam lain di Indonesia seperti,
muhammadiyah (1905), persatuan Islam (Persis) di tahun 1920, Nahdlatul Ulama
(NU) tahun 1926, dan Persatuan Tasbiyah Indonesia tahun 1930. Pada masa
pendudukan Jepang lahir Masyumi yang merupakan organisasi Islam bercorak
politik yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan umat Islam. Dalam
Masyumi terkumpul berbagai kalangan dari elemen organisasi islam.[7]
(3)
Masa
Kemerdekaan
Menilik perjalanan sejarah, dakwah
Islam pada masa penjajahan ini berpusat dan berkonsentrasi dalam upaya jihad
dan mengusir penjajah. Umat Islam memiliki peran yang besar dalam proses
kemerdekaan, bahkan setelah merdekapun jihad masi menjadi PR yang wajib
diselesaikan meski dalam bentuk yang berbeda. Sudah bukan lagi jihad peperangan
dengan bentuk fisik namun jihad dalam bentuk perang ideology.
3.
Dakwah
pada masa Orde Baru dan Reformasi
Pada
fase ini proses dakwah (Islamisasi) di Indonesia mempunyai ciri terjadinya
globalisasi informasi dengan pengaruh-pengaruh gerakan Islam internasional
secara efektif yang akan membangun kekuatan Islam lebih utuh yang meliputi
segala dimensinya. Sebenarnya kalau saja Indonesia tidak terjajah maka proses
Islamisasi di Indonesia akan berlangsung dengan damai karena bersifat kultural
dan membangun kekuatan secara struktural. Hal ini karena awalnya masuknya Islam
yang secara manusiawi, dapat membangun martabat masyarakat yang sebagian besar
kaum sudra (kelompok struktur masyarakat terendah pada masa kerajaan) dan
membangun ekonomi masyarakat.
Sejarah
membuktikan bahwa kota-kota pelabuhan (pusat perdagangan) yang merupakan
kota-kota yang perekonomiannya berkembang baik adalah kota-kota muslim. Dengan
kata lain Islam di Indonesia bila tidak terjadi penjajahan akan merupakan
wilayah Islam yang terbesar dan terkuat. Walaupun demikian Allah mentakdirkan
di Indonesia merupakan jumlah peduduk muslim terbesar di dunia, tetapi masih
menjadi tanda Tanya besar apakah kualitasnya sebanding dengan kuantitasnya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada abad 13 Masehi ada fenoma yang
disebut dengan Wali Songo yaitu ulama-ulama yang menyebarkan dakwah di
Indonesia. Wali Songo mengembangkan dakwah atau melakukan proses Islamisasinya
melalui saluran-saluran:
a)
Perdagangan
b)
Pernikahan
c)
Pendidikan
(pesantren)
d)
Seni dan
budaya
e)
Tasawwuf
Ketika penjajahan datang, mengubah pesantren-pesantren menjadi
markas-markas perjuangan, santri-santri (peserta didik pesantren) menjadi
jundullah (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah sedangkan ulamanya menjadi
panglima perangnya. Hampir seluruh wilayah di Indonesia yang melakukan
perlawanan terhadap penjajah adalah kaum muslimin beserta ulamanya Dakwah Islam
di Indonesia terus berkembang dalam institusi-institusi seperti lahirnya
Nadhatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, dan lain-lain. Lembaga-lembaga ke-Islaman
tersebut tergabung dalam MIAI (Majelis Islam ‘Ala Indonesia) yang kemudian
berubah namanya menjadi MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia) yang
berperan penting dalam kemerdekaan dari penjajahan oleh negara lain terhadap
bangsa indonesia.
B.
Saran
Demikianlah pembahasan makalah
mengenai sejarah dakwah di Indonesia, semoga dapat bermanfaat bagi kita
sekalian. Kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi untuk perbaikan
makalah kami selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, Taufik. Sejarah Umat Islam
Indonesia. ( Jakarta: MUI, 2013)
Munzier Suparta dan Harjani (Ed.), Metode
Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2003)
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban
Islam Indonesia, (Rajawali Press, 2005)
Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan
Sejarah, 1998, cet. IV, Mizan,
No comments:
Post a Comment