Monday, May 14, 2018

Makalah Sejarah Dakwah di Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
 “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang berakal…” (QS. Yusuf ayat 111). Sangat penting mempelajari sejarah dakwah Islam di Indonesia. Sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an ayat 111 bahwa mempelajari sejarah terdapat ibrah (pelajaran).
Dengan memepelajari sejarah di masa lampau, kita dapat mengambil pelajaran untuk di masa yang akan datang dibuat perencanaan atau konsep yang lebih baik khususnya untuk dakwah di tanah air kita, Indonesia. Sesuai dengan hadist Rasulullah “Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini “.
Bahasa merupakan nilai tertinggi dari suatu peradaban. Suatu bangsa dipengaruhi nilai tertentu jika bahasanya dipengaruhi oleh nilai tersebut. Bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab (bahasa Al-Qur’an) contohnya kata ibarat yang kata dasarnya dari ibrah ini yang bermakna pelajaran dan masih banyak lagi bahasa indonesia yang berasal dari bahasa Arab. Ini membuktikan bahwa budaya Indonesia sudahdipengaruhi oleh budaya islami.

B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1.      Bagaimana Sejarah Masuk Islam Ke Indonesia?
2.      Bagaimana Perkembangan Dakwah Islam Di Indonesia?
3.      Bagaimana Periode Perkembangan Dakwah di Indonesia?



C.     Tujuan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui Sejarah Masuk Islam Ke Indonesia
2.      Untuk mengetahui Perkembangan Dakwah Islam Di Indonesia
3.      Untuk mengetahui Periode Perkembangan Dakwah di Indonesia



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Sejarah Masuk Islam Ke Indonesia
Pada abad 7 masehi, Islam sudah sampai ke Nusantara. Para Dai yang datang ke Indonesia berasal dari jazirah Arab yang sudah beradaptasi dengan bangsa India yakni bangsa Gujarat dan ada juga yang telah beradaptasi dengan bangsa Cina, dari berbagai arah yakni dari jalur sutera (jalur perdagangan) dakwah mulai merambah di pesisir-pesisir Nusantara. Sejak awal Islam tidak pernah membeda-bedakan fungsi seseorang untuk berperan sebagai dai (juru dakwah). [1]
Kewajiban berdakwah dalam Islam bukan hanya kasta (golongan) tertentu saja tetapi bagi setiap masyarakat dalam Islam. Sedangkan di agama lain hanya golongan tertentu yang mempunyai otoritas menyebarkan agama, yaitu pendeta. Sesuai ungkapan Imam Syahid Hasan Al-Bana “ Nahnu du’at qabla kulla syai“ artinya kami adalah dai sebelum profesi-profesi lainnya. Sampainya dakwah di Indonesia melalui para pelaut-pelaut atau pedagang-pedagang sambil membawa dagangannya juga membawa akhlak Islami sekaligus memperkenalkan nilai-nilai yang Islami. Masyarakat ketika berbenalan dengan Islam terbuka pikirannya, dimuliakan sebagai manusia dan ini yang membedakan masuknya agama lain sesudah maupun sebelum datangnya Islam. [2]
Sebagai contoh masuknya agama Kristen ke Indonesia ini berbarengan dengan Gold (emas atau kekayaan) dan glory (kejayaan atau kekuasaan) selain Gospel yang merupakan motif penyebaran agama berbarengan dengan penjajahan dan kekuasaan. Sedangkan Islam dengan cara yang damai. Begitulah Islam pertama-tama disebarkan di Nusantara, dari komunitas-komunitas muslim yang berada di daerah-daerah pesisir berkembang menjadi kota-kota pelabuhan dan perdagangan dan terus berkembang sampai akhirnya menjadi kerajaan-kerajaan Islam dari mulai Aceh sampai Ternata dan Tidore yang merupakan pusat kerajaan Indonesia bagian Timur yang wilayahnya sampai ke Irian jaya.

B.     Perkembangan Dakwah Islam Di Indonesia
Di abad 13 Masehi berdirilah kerajaan-kerajaan Islam diberbagai penjuru di Nusantara. Yang merupakan moment kebangkitan kekuatan politik umat khususnya didaerah Jawa ketika kerajaan Majapahit berangsur-angsur turun kewibawaannya karena konflik internal. Hal ini dimanfaatkan oleh Sunan Kalijaga yang membina di wilayah tersebut bersama Raden Fatah yang merupaka keturunan raja-raja Majapahit untuk mendirikan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yaitu kerajaan Demak. Bersamaan dengan itu mulai bermunculan pula kerajaan-kerajaan Islam yang lainnya, walaupun masih bersifat lokal. Pada abad 13 Masehi ada fenoma yang disebut dengan Wali Songo yaitu ulama-ulama yang menyebarkan dakwah di Indonesia. Wali Songo mengembangkan dakwah atau melakukan proses Islamisasinya melalui saluran-saluran: [3]
1.      Perdagangan
2.      Pernikahan
3.      Pendidikan (pesantren)
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang asli dari akar budaya indonesia, dan juga adopsi dan adaptasi hasanah kebudayaan pra Islam yang tidak keluar dari nilai-nilai Islam yang dapat dimanfaatkan dalam penyebaran Islam. Ini membuktikan Islam sangat menghargai budaya setempat selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
4.      Seni dan budaya
Saat itu media tontonan yang sangat terkenal pada masyarakat jawa kkhususnya yaitu wayang. Wali Songo menggunakan wayang sebagai media dakwah dengan sebelumnya mewarnai wayang tersebut dengan nilai-nilai Islam. Yang menjadi ciri pengaruh Islam dalam pewayangan diajarkannya egaliterialisme yaitu kesamaan derajat manusia di hadapan Allah dengan dimasukannya tokoh-tokoh punakawam seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Para Wali juga menggubah lagu-lagu tradisional (daerah) dalam langgam Islami, ini berarti nasyid sudah ada di Indonesia ini sejak jaman para wali. Dalam upacara-upacara adat juga diberikan nilai-nilai Islam.
5.      Tasawwuf

C.     Periode Perkembangan Dakwah di Indonesia
1.      Dakwah Islam sebelum masa penjajahan (masa para wali)
Di abad 13 Masehi berdirilah kerajaan-kerajaan Islam diberbagai penjuru di Nusantara. Yang merupakan moment kebangkitan kekuatan politik umat khususnya didaerah Jawa ketika kerajaan Majapahit berangsur-angsur turun kewibawaannya karena konflik internal. Hal ini dimanfaatkan oleh Sunan Kalijaga yang membina di wilayah tersebut bersama Raden Fatah yang merupaka keturunan raja-raja Majapahit untuk mendirikan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yaitu kerajaan Demak. Bersamaan dengan itu mulai bermunculan pula kerajaan-kerajaan Islam yang lainnya, walaupun masih bersifat lokal. Pada abad 13 Masehi ada fenoma yang disebut dengan Wali Songo yaitu ulama-ulama yang menyebarkan dakwah di Indonesia. Wali Songo mengembangkan dakwah atau melakukan proses Islamisasinya melalui beberapa saluran antara lain:[4]
a)      Perdagangan
b)      Pernikahan
c)      Pendidikan (pesantren)
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang asli dari akar budaya indonesia, dan juga adopsi dan adaptasi hasanah kebudayaan pra Islam yang tidak keluar dari nilai-nilai Islam yang dapat dimanfaatkan dalam penyebaran Islam. Ini membuktikan Islam sangat menghargai budaya setempat selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
a)      Seni dan budaya
Saat itu media tontonan yang sangat terkenal pada masyarakat jawa kkhususnya yaitu wayang. Wali Songo menggunakan wayang sebagai media dakwah dengan sebelumnya mewarnai wayang tersebut dengan nilai-nilai Islam. Yang menjadi ciri pengaruh Islam dalam pewayangan diajarkannya egaliterialisme yaitu kesamaan derajat manusia di hadapan Allah dengan dimasukannya tokoh-tokoh punakawam seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Para Wali juga menggubah lagu-lagu tradisional (daerah) dalam langgam Islami, ini berarti nasyid sudah ada di Indonesia ini sejak jaman para wali. Dalam upacara-upacara adat juga diberikan nilai-nilai Islam.
b)      Tasawwuf
Kenyatan sejarah bahwa ada tarikat-tarikat di Indonesia yang menjadi jaringan penyebaran agama Islam.
2.      Dakwah pada masa penjajahan (pesantren dan organisasi Islam)
Dalam literature yang beredar dan menjadi arus besar sejarah, masuknya Islam ke Indonesia selalu diidentikkan dengan penyebaran agama oleh Arab, Persia, ataupun Gujarat. Namun ada penemuan lain yang menyatakan bahwa Islam Nusantara tidak hanya berasal dari wilayah India dan Timur Tengah, akan tetapi juga dari Cina, tepatnya Yunan.[5]
Penyebaran bermula dalam pergaulan dagang antara muslim Yunan dengan penduduk Nusantara. Pada kesempatan itu terjadilah asimilasi budaya lokal dan agama Islam yang salah satunya berasal dari Daratan Cina. Diawali saat armada Tiongkok Dinasti Ming yang pertama kali masuk Nusantara melalui Palembang tahun 1407. Saat itu mereka mengusir perompak dari Hokkian Cina yang telah lama bersarang disana. Kemudian Laksamana Cheng Ho membentuk Kerajaan Islam di Palembang. Meskipun merupakan kerajaan yang lebh dahulu didirika, namun dalam perjalanan sejarah justru Kerajaan Demak yang lebih dikenal dalam masyarakat.
Dengan banyaknya penduduk pribumi yang masuk Islam, terbentuklah pemerintahan-pemerintahan Islam. Hubungan dengan kaum muslimin dari pusat dunia Islam-pun menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin erat. Yang terbesar dalah dari Hadramaut, Yaman.
Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah di nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke-17 dan 18 Masehi. Hal ini disebabkan karena kaum muslimin nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan dan dampak dari peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis yang isinya melarang untuk berhubungan dagang dengan dunia luar.[6]
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin nusantara, namun disisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Sebagian besar kaum muslimin mengalami pencampuran akidah dengan tradisi pra-Islam.
Pada masa ini semangat dakwah banyak diwarnai dengan jihad melawan kaum kolonial, namun terdapat dua pola dakwah yang dikembangkan pada masa ini, yaitu:
a)      Masa Penjajahan (Pesantren dan Organisasi Islam)
(1)   Pesantren
Pesantren berubah fungsi dari lembaga pendidikan menjadi a centre of anti Ducth (pusat pembangkit anti belanda). Setiap perlawanan bersenjata terhadap penjajah Belanda tidak terlepas dari dari hubungan pesantren. Dalam abad ke-19 terdapat empat perang besar dari hasil perjuangan para santri, diantaranya :
(a)    Perang Cirebon (1802-1806)
(b)   Perang Diponegoro (1825-1830)
(c)    Perang Padri (1821-1838)
(d)   Perang di Aceh(1873-1908)
(2)   Organisasi Islam
Para ulama menggerakkan masyarakat melalui pendidikan dan mendorong untuk memulihkan kembali ekonomi dan perdagangan. Kebangkitan Islam semakin berkembang dengan membentuk organisasi sosial keagamaan.
Organisasi Islam pertama adalah SDI (Serikat Dagang Islam) di tahun 1905 dan merupakan cikal bakal pertumbuhan nasionalis yang dipelopori kaum pelajar. Pada perkembangannya SDI berubah menjadi SI (Sarikat Islam) dan menjadi pola dakwah baru yang berupa pembentukan organisasi Islam secara modern dalam sejarah bangsa Indonesia. Dari sinilah mulai muncul organisasi-organisasi Islam lain di Indonesia seperti, muhammadiyah (1905), persatuan Islam (Persis) di tahun 1920, Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1926, dan Persatuan Tasbiyah Indonesia tahun 1930. Pada masa pendudukan Jepang lahir Masyumi yang merupakan organisasi Islam bercorak politik yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan umat Islam. Dalam Masyumi terkumpul berbagai kalangan dari elemen organisasi islam.[7]
(3)   Masa Kemerdekaan
Menilik perjalanan sejarah, dakwah Islam pada masa penjajahan ini berpusat dan berkonsentrasi dalam upaya jihad dan mengusir penjajah. Umat Islam memiliki peran yang besar dalam proses kemerdekaan, bahkan setelah merdekapun jihad masi menjadi PR yang wajib diselesaikan meski dalam bentuk yang berbeda. Sudah bukan lagi jihad peperangan dengan bentuk fisik namun jihad dalam bentuk perang ideology.

3.      Dakwah pada masa Orde Baru dan Reformasi
Pada fase ini proses dakwah (Islamisasi) di Indonesia mempunyai ciri terjadinya globalisasi informasi dengan pengaruh-pengaruh gerakan Islam internasional secara efektif yang akan membangun kekuatan Islam lebih utuh yang meliputi segala dimensinya. Sebenarnya kalau saja Indonesia tidak terjajah maka proses Islamisasi di Indonesia akan berlangsung dengan damai karena bersifat kultural dan membangun kekuatan secara struktural. Hal ini karena awalnya masuknya Islam yang secara manusiawi, dapat membangun martabat masyarakat yang sebagian besar kaum sudra (kelompok struktur masyarakat terendah pada masa kerajaan) dan membangun ekonomi masyarakat.
Sejarah membuktikan bahwa kota-kota pelabuhan (pusat perdagangan) yang merupakan kota-kota yang perekonomiannya berkembang baik adalah kota-kota muslim. Dengan kata lain Islam di Indonesia bila tidak terjadi penjajahan akan merupakan wilayah Islam yang terbesar dan terkuat. Walaupun demikian Allah mentakdirkan di Indonesia merupakan jumlah peduduk muslim terbesar di dunia, tetapi masih menjadi tanda Tanya besar apakah kualitasnya sebanding dengan kuantitasnya.
BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Pada abad 13 Masehi ada fenoma yang disebut dengan Wali Songo yaitu ulama-ulama yang menyebarkan dakwah di Indonesia. Wali Songo mengembangkan dakwah atau melakukan proses Islamisasinya melalui saluran-saluran:
a)      Perdagangan
b)      Pernikahan
c)      Pendidikan (pesantren)
d)      Seni dan budaya
e)      Tasawwuf
Ketika penjajahan datang, mengubah pesantren-pesantren menjadi markas-markas perjuangan, santri-santri (peserta didik pesantren) menjadi jundullah (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah sedangkan ulamanya menjadi panglima perangnya. Hampir seluruh wilayah di Indonesia yang melakukan perlawanan terhadap penjajah adalah kaum muslimin beserta ulamanya Dakwah Islam di Indonesia terus berkembang dalam institusi-institusi seperti lahirnya Nadhatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, dan lain-lain. Lembaga-lembaga ke-Islaman tersebut tergabung dalam MIAI (Majelis Islam ‘Ala Indonesia) yang kemudian berubah namanya menjadi MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia) yang berperan penting dalam kemerdekaan dari penjajahan oleh negara lain terhadap bangsa indonesia.

B.     Saran
Demikianlah pembahasan makalah mengenai sejarah dakwah di Indonesia, semoga dapat bermanfaat bagi kita sekalian. Kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA


Abdullah, Taufik. Sejarah Umat Islam Indonesia. ( Jakarta: MUI, 2013)

Munzier Suparta dan Harjani (Ed.), Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2003)

Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Rajawali Press, 2005)

Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, 1998, cet. IV, Mizan,


[1] Abdullah, Taufik. Sejarah Umat Islam Indonesia. ( Jakarta: MUI, 2013) Hal: 61
[2] Abdullah, Taufik. Sejarah Umat Islam Indonesia.  .... Hal: 63
[3] Munzier Suparta dan Harjani (Ed.), Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2003), hlm. 6.
[4] Munzier Suparta dan Harjani (Ed.), Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2003), hlm. 6.
[5] Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Rajawali Press, 2005) hal. 8
[6] Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Rajawali Press, 2005) hal. 10
[7] Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, 1998, cet. IV, Mizan, hal. 92

No comments:

Post a Comment