BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Untuk memperkuat analisis mengenai penelitian
yang berkaitan dengan sosial agar mampu untuk memecahkan persoalan masyarakat
baik yang berkaitan dengan sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang secara
umum tidak dapat terhindarkan dari kehidupan masyarakat. Metode Penilitian
Sosial merupakan salah satu solusi yang harus dikembangkan oleh semua kalangan
agar mampu menutupi semua persalahan tersebut, guna terciptanya masyarakat yang
berkompeten dalam segala hal agar dapat secara mudah memecahkan persoalan dalam
masyarakat. Penelitian sosial dapat digunakan sebagai penyelidikan-penyelidikan
yang dirancang untuk menambah ilmu pengetahuan sosial, gejala sosial, atau
praktik-praktik sosial. Istilah social ini menunjuk pada hubungan-hubungan
antara dan diantara, orang-orang, kelompok-kelompok seperti keluarga, institusi
(sekolah, komunitas, organisasi dan lain sebagainya), dan lingkungan yang lebih
besar.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode penelitan dalam
psikologi sosial ?
2. Apa saja langkah-langkah dan kelemahan
prosedur ilmiah ?
3. Apa saja jenis-jenis penelitian sosial?
4. Bagaiamana etika dalam penelitian psikologi sosial?
5. Apa saja contoh metode penelitian
Ilmiah?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui metode penelitan dalam
psikologi sosial ?
2. Untuk mengetahui langkah-langkah dan
kelemahan prosedur ilmiah?
3. Untuk mengetahui jenis-jenis penelitian
sosial?
4. Untuk mengetahui etika dalam penelitian psikologi sosial?
5. Untuk mengetahui contoh metode
penelitian Ilmiah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Ilmiah dalam Penelitian Sosial
Ketika
saya dududk dikelas satu sampai dua sekolah dasar, ada satu hal yang sangat
berkesan samapai sekarang. Itu adalah pengalaman selalu mendapatkan nilai
dibawah ilmu untuk pelajaran membaca, dikte dan menulis. Padahal saya sudah
belajar keras untuk mendapat angka paling tidak enam. Kenyataan yang ada angka
enam hanya ada dalam imipian saja. Sadarlah
saya bahwa metode mengajar membaca dan dikte pada masa itu ternyata sangat
tidak tepat. Murid-murud SD bahkan TK
sekarang ini diajar membaca dan menulis dengan metode kalimat penuh. Artinya
mereka diajar membaca kalimat secara secara keseluruhan, bukan berdasarkan suku
kata saya seperti dahulu. Metode sekarang ini terbukti telah membuat anak-anak
TK pun mampu mambaca majalah bobo dengan lancar.
Fisher
(19820 dalam bukunya menekan bahwa psikologi sosial termasuk dalam kategori
ilmu pengetahuan, bukan karena topik yang dipelajari (wahat) tetapi karena
cara-caranya yang memang ilmiah (how). Dasar metode ilmiah ini adalah empirism,
artinya segala sesutu melalui tahap observasi/pengamatan, kemudian exsprience (melakukannya).
Hal ini berlawanan dengan metode nonempirism, yang lebih menekankan pada
cara-cara subyektif untuk mendapatkan informasi. Ciri-ciri itu antaralain
instuisi, pencarian jawaban secara sederhana.
Empirisme
ada dua yaitu, subyektif dan obyektif. Empirisme yang subyektif yaitu kegiatan untuk mendapatakan informasi berdasarkan pengalaman
sekilas (tidak mendalam) yang digabungkan dengan pencarian alasan, dan kita
akhrinya dapat menraik sebuah kesimpulan. Contoh nya itu sigmund frued (bapak
psikoanalisi), yang menggabungkan usaha-usaha pencarian alasan secara logis
dengan observasi pasien-pasien psikoterapinya.
Empirisme
obyektif, cendrung lebih menggunakan berbagai pengalam untuk mengadakan
generalisasi. Berikut ini adalah ilustrasi penerapan empirisme obyektif. Mungkin anda mempunyai perasaan intuitif
bahwa siswa laki-laki yang mengikuti kelas psikologi mempunyai rambut lebih
panjang dari pada temen-teman seangkatan nya yang berada dikelas kimia. Rambut
pendek berhubungan dengan kecedrungan sikap yang konserpatif dan pemilihan ilmu
murni. Kombinasi dari empirisme obyektif dengan pencarian alasan yang masuk
akal disebut logical positifism.
Bedasarakan
hal itu, kemampuan mempunyai makna berarti bila dilakukan dengan cara observasi
dan experimen. Psikologi sosial mempunyai asumsi bahwa pendekatan logical
positivism juga dilakukan ketika mempelajari prilaku sosial. Banyak penelitian
psikologi sosial yang bersumber pada intuisi, dan dipandu oleh akal sehat.
Prses yang biasanya digunakan yaitu membuat perkiraan yang bersumber dan
kearifan pengalam dan akal sehat. Kemudin perkiraan itu diuji peneliti secara
sistematis dan kaku dengan menggunakan metode ilmiah. [1]
B. Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Urutan
langkah metode ilmiah yang digunkan psikologi sosial, pada umumnya tidak
bertele-tele langsung pada sasaran.
1.
Pertama
kita harus mampu mendefenisikan
pertanyaan penelitian sedemikaian
rupa sehingga dapat terjawab pada tahap ini, minat, nilai-nilai kreatifitas
peneliti sangan berperan. Pertanyaan itu kemudian dirumuskan pada bentuk
hipotesa. Artinya pernyataan yang menggambar dua atau lebih variabel.
2.
Membuat
desain prosedur penelitian untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan
hipotesa.
3.
Mengumpulkan
informasi berdasarakan peraturan-peraturan ilmiah yang ada. Kondisi yang
indetik ini misalnya meliputi jumlah waktu istirahat, waktu mengadakan
percobaan, kecepatan angin. Semua variabel diluar variabel penelitian yang
diberikan akan mempengaruhi hasil penelitian dikontrol sedemikian rupa sehingga
keadaan menjadi homogen.
4.
Memuat
interprestasi informasi dan menarik
kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian.[2]
C. Jenis-Jenis Penelitian Sosial.
Fisher (1982) dalam bukunya menyebutkan bahwa ada lima jenis
penelitian soaial yaitu:
1.
Penelitian Deskriptif
Penelitian
ini merupakan jenis penelitian yang paling mendasar. Karena kegiatan utamanya
yaitu membuat dokumentasi tentang kenyataan sosial, dengan cara menjawab
pertanyaan. Untuk mengumpulkan informasi pada penelitian deskriptif ini,
penelitian mungkin akan melakukan observasi terhadap situasi sosial tersebut,
dan kemudian mencatat reaksi yang timbul dari responder.
Sebagai
contoh, penelitian psikologi sosial mungkin akan memperoleh kenyataan (dari
hasil observasinya) bahwa hanya penduduk kelompok umur tertentu saja yang engan
mengunakan sarana pelayanan kesehatan yang ada. Untuk mencapai tujuannya,
penelitian deskriptif ini memakai berbagai teknik pengambilan data yaitu
observasi, wawancara, penelitian survey, pengisian angket dan juga studi kasus.
Pegangan
utama penelitian deskriptif ini adalah peralatan yang valid dan reliabel.
Peralatan yang reliabel menghasilkan pengukuran karakteristik yang diteliti
secara konsisten. Kemudian peralatan yang valid berarti peralatan itu
benar-benar hendak mengukur apa yang seharusnya diukur.
2.
Penelitian Korelasional (Correlational Research)
Penelitian ini berada setingkat diatas penelitian deskriptif.
Penelitian ini ingin mengetahui “apa hubungan ini dengan itu” artinya
penelitian ini ingin mengetahui apakah variable-variabel penelitian itu memang
benar-benar saling berhubungan.
Sifat hubungan variabel itu bisa positif, dan juga bisa negatif.
Hubungan yang positif artinya peningkatan suatu variabel diikuti, dengan
peningkatan variabel yang lain. Sedangkan hubungan yang negative artinya
peningkatan satu variabel diikuti dengan penurunan variabel yang lain.
Dalam ilmu sosial, penelitian hendaknya berhati-hati dalam
mengambil sebuah kesimpulan. Ini karena dalam hubungan dua buah variabel. Oleh
karena itu, dalam penelitian sosial sangan disarankan untuk mengamati
keterlibatan berbagai variabel. Sebab pada dasarnya tidak ada satu gejala
sosial pun yang disebabkan oleh hanya satu variabel saja.
3.
Penelitian Eksperimental
Penelitian
ini menjawab pertanyaan “apa yang akan terjadi bila…?
Berdasarkan pendekatan ini, ilmuwan psikologi sosial mengintervensi
baik secara alami ataupun buatan, dan memanipulasi satu atau lebih variabel
demi untuk mengetahui apakah hal itu dapat mempengaruhi variabel lain.
Variabel lain itu sisebut variabel tegantung, yaitu variabel yang
benar-benar tergantung pada perubahan kondisi yang dimanipulasi tadi. Sedangkan
variabel yang direkayasa yaitu variabel bebas. Penelitian eksperimen ini
mengunakan program statistik untuk memperhitungkan apakah dampak tersebut
signifikan atau tidak. Hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung
mungkin saja terpengaruh variabel-variabel lain diluar disain penelitian.
Penelitian ini sangat tertarik dengan masalah: Apakah frustasi yang
dialami sebuah kelompok akan menyebabkan timbulnya agresivitas terhadap out
group (kelompok berdasarkan agama). Ketika anggota sebuah kelompok dibuat
frustasi maka akan timbul perilaku agresif. Namun mereka mungkin berpikiran
bahwa perilaku agresif itu tidak pantas, diungkapkan secara langsung.
Cara ekspresi lain yang lebih aman yaitu agresivitas yang ditujukan
kepada kelompok luar yang berbeda dan yang relatif tidak mempunyai kekuasaan
apapun juga untuk membalas perlakuan yang agresif. Dengan mengunakan daftar
pernyataan yang berisi kata sifat, kedua peneliti tadi mengukur sikap-sikap yang
tidak adil terhadap ras tertentu.
Adapun kelemahan dari penelitian eksperimental, kelemahannya yaitu
tentang generalisasi hasil penelitian dalam situasi kehidupan yang nyata. Pada
penelitian diatas, rasa frustasi itu timbil karena ada unsure rekayasa atau
simulasi. Pada peristiwa simulasi ini sering terbukti responden berprilaku
tertentu agar hubungan pada variabel penelitian menjadi terbukti.
4.
Action Research
Situasi sekarang ini penuh dengan prasangka antar suku dan agama
telah melahirkan suasana yang sangat tidak nyaman. Hal yang seperti inilah yang
terus menjadi kerisauan Kurt Lewin semenjak tahun 1940-an. Ia terus
berkomunikasi dengan orang-orang yang menaruh perhatian pada masalah ras dan
agama, seperti Yahudi, kulit putih, kulit hitam, dan nasrani.
Penelitian ini kemudian mengarah pada tindakan sosial. Ia juga
menambahkan bahwa penelitian yang hanya menghasilkan buku saja, merupakan
penelitian yang tidak berguna.
Langkah-Langkah
Dalam Action Research
a.
Tahap pertama yaitu perencanaan.
b.
Tahap kedua yaitu pencarian fakta atau fact finding dengan
cara mengumpulkan data.
c.
Berdasarkan perencanaan yang telah disusun dan data lapangan yang
ditemukan, maka tahap selanjutnya yaitu melakukan tindakan.
d.
Implementasi program ini harus dievaluasi secara menyeluruh.
Beberapa variasi dari action
research yang ditemukan oleh peneliti Chein, Cook dan Harding pada tahun
1948 (dalam Fisher, 1982) yaitu:
·
Diagnostic action research. Ini adalah penelitian yang berkuat pada analisa situasi yang
sedang mengalami masalah. Hasilnya adalah berbagai rekomendasi yang mengarah
pada tindakan sosial yang perlu dilakukan.
·
Diagnostic action research. Ini adalah penelitian yang cenderung membutuhkan kerja sama lintas
sektoral.
·
action research.
Penelitian ini sudah melibatkan penerapan suatu program.
·
Experimental action research. Penelitian ini telah melibatkan beberapa peristiwa yang sudah
terkontrol.
5.
Evaluation Research
Penelitian evaluasi ini untuk menilai dampak dari sebuah program
atau kebujakan sosial. Penelitian ini merupakan, perluasan dari action
research karena telah mencari suatu umpan balik mengenai dampak dari suatu kebujakan.
Penelitian ini timbul karena adanya pertimbangan yang manusiawi,
bahwa masyarakat yang dikenai oleh suatu kebijakan sosial harus ikut berbicara.
Masyarakat tidak boleh hanya dianggap sebagai obyek suatu kebijakan. Untuk
mengetahui epektivitas suatu kebijakan, maka diperlukan penelitian evaluasi,
penelitian ini sangat sulit karena melibatkan system sosial politik suatu daerah/Negara.[3]
D. Etika dalam Penelitian Psiokoogi Sosial
Penelitian
yang bekerja menangani manusia sebagai subyek penelitiannya, sering menemui
dilema tentang etika. Pada satu sisi, hasil penelitian itu snagat berguna untuk
memperbaiki kehidupan manusia. Namun disisi yang lain peneliti juga harus
memeperhatikan sekejateraan dan keselamatan reponden. Jangan sampai keselamatan
responden dikorbankan demi mencapai kecanggihan penelitian. Menggenggam dua
prinsip yang berlwanan scara bersama-sama, ternyata bukan perkejaan yang mudah.
Nilai-nilai
yang dianut peneliti sangat berpengaruh terhadap tehap-tahap penelitian yang
akan diambilnya. Ada tiga hal yang menyangkut sebagai berikut:
1.
Seleksi
responden penelitian
2.
Treatmen
atau perlakuan yang diberikan kepada responden agar aspek penelitian (mislanya
prilakunya yang akan diteliti) dapat muncul. Inilah prinsip rekayasa dalam
penelitian experimen.
3.
Hasil
penelitian ini akan diterapkan pada siapa saja.
Bila dihadapakan pada cost yang harus
dibayarkan kepada responden penelitian. Cost ini tidak meliputi uang saja
tetapi juga masalah sosial yang mungkin ditimbulkan oleh penilitan. Jenis
penelitian yang sering menimbulkan masalah etika yaitu penelitian experimen.
Ini karena peneliti ikut campur tangan
dalam kehidupan responden . Sebaliknya action reasearch dan evaluational
research justru lebih megutamakan responden, ini karna peneliti berusaha untuk meningkatkan
kerja sama / kolaborasinya dengan responden. Ini dilakukan dengan tujuan agar
penelitian dapat tercapai.
Dampak positifnya responden menjadi
lebih dianggapkan sebagai sebuyektif, bukan sebgaia sebagai obyek penelitian,.
Jadi responden ikut terlihat aktif atas kemamuaannya sendiri. Selain itu,
prilalu responden yang muncul benar-benar alami sifatnya bukan direkayasa
seperti halnya ada penelitian experimen. [4]
E.
Contoh
Metode Penelitian
1. Metode deskriptif
Metode
penelitian deskriptif dipilih berdasarkan kebutuhan peneliti untuk menarasikan
perilaku sosial yang secara spesifik terjadi dalam konteks sosial tertentu.
Metode deskriptif disebut juga metode naratif. Data yang diperoleh berupa
narasi mendalam yang secara detail menjelaskan objek penelitian yang diteliti. Penelitian
yang menggunakan metode deskriptif berupaya untuk mendeskripsikan,
mengidentifikasi mengapa, apa dan bagaimana fenomena sosial bisa terjadi.
Contoh metode penelitian deskriptif biasanya megadopsi metode observasi karena
seringkali deskripsi tentang fenomena sosial diperoleh melalui observasi. Namun
tidak sebatas observasi, metode studi kasus dan survey bisa pula digunakan
untuk menghasilkan data deskriptif.
2. Metode survey
Telah
disinggung di awal, metode survey identik dengan riset kuantitatif. Riset yang
mengadopsi metode survey memiliki quesioner atau angket sebagai instrumen utama
penelitiannya. Pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner umumnya terstruktur dan
tertutup. Responden sebatas mengisi jawaban sesuai perintah yang sudah didesain
sebelum peneliti turun lapangan. Penelitian
dengan metode survey umumnya membahas topik yang relatif sederhana. Misalnya,
tipe pengunjung objek wisata sejarah pada akhir pekan. Survey bisa dilakukan
dengan cara mempersilahkan responden mengisi kuesioner sendiri atau wawancara
terstruktur dengan peneliti.
3. Metode eksperimental
Metode eksperimental dipilih untuk
mengukur kemungkinan akibat yang muncul dari variabel tertentu. Peneliti sosial
dapat menerapkan metode eksperimental untuk melihat hubungan sebab akibat antar
dua variabel atau lebih. Contoh metode penelitian eksperimental misalnya, riset
tentang penggunaan simbol agama minoritas di ruang publik di masyarakat yang
secara religius homogen. Peneliti bisa melakukan eksperimen sosial untuk
melihat seperti apa reaksi masyarakat ketika melihat simbol agama minoritas di
ruang publcontoh metode penelitianRiset eksperimen
umumnya dimulai dengan hipotesis. Eksperimen dilakukan untuk menguji apakah
hipotesis ditolak atau diterima. Secara umum ada dua tipe metode eksperimental;
ekeperimen di laboraturium dan lapangan. Eksperimen di laboraturium dilakukan
dengan komputer atau alat peraga. Eksperimen di lapangan dilakukan di ruang
sosial atau ’dunia nyata’.
4. Metode wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan
data dengan cara bertanya secara oral. Terdapat tiga tipe metode wawancara dalam
ilmu sosial: Wawancara terstruktur adalah wawancara
dengan model pertanyaan terstruktur atau tertutup. Secara tipikal biasa digunakan dalam
metode survey. Wawancara tidak terstruktur adalah
wawancara dengan model pertanyaan terbuka. Informan diberi kebebasan untuk
bernarasi secara oral dalam menjawab pertanyaan. Secara tipikal biasa digunakan
dalam riset kuantitatif. Wawancara
semi-struktur adalah wawancara yang menggunakan model pertanyaan dari kombinasi
keduanya. Pertanyaan penelitian disusun secara terstruktur, namun di bagian
akhir informan diberi kebebasan untuk bercerita lebih terbuka.
5. Metode observasi.
Observasi secara umum merupakan
pengamatan dengan panca indera terhadap fenomena sosial yang berada diluar diri
peneliti. Dalam penelitian sosial, observasi yang dilakukan bisanya melibatkan
peran aktif peneliti. Peran aktif peneliti dalam melakukan pengamatan lebih
relevan disebut dengan observasi partisipatoris. Observasi
partisipatoris bisa dilakukan dengan terbuka (overt) atau tertutup (covert).
Terbuka artinya identitas peneliti dan penelitian yang dilakukan diketahui oleh
grup atau komunitas yang sedang diteliti. Tertutup artinya komunitas yang
diteliti tidak mengetahui bahwa dirinya sedang dalam pengamatan untuk
penelitian.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam
kesimpulan tidaklah ditampilkan penjelaan rinci, tetapi ditampilkan
temuan-temuan yang penting, dan (bila ada) hubungan antara temuan data dengan
hipotesis. Kesimpulan berisi pernyataan apa yang sudah ditemukan tentang objek
yang diteliti dalam konteks kerangka teori. Ia tidak boleh menyimpulkan sesuatu
yang tidak diteliti dalam konteks dan jangkauan penelitian. Kendala-kendala apa
yang dihadapi dan saran-saran untuk menunjukan cara mengatasinya
B.
Saran
Dengan hadirnya makalah
ini sekiranya dapat berguna untuk kedepanya untuk lebih memahami lagi bagaimana
karakteristik dalam suatu penelitian. Saran yang dapat penulis sampaikan adalah
semoga buku ini dapat diterima di kalangan mahasiswa karena makalah ini dibuat
berdasarkan referensi yang ada di buku sehingga dapat dimuat di materi
perkuliahan.
DAFTRA PUSTAKA
Sejati, Sugeng. 2012. “Psikologi Sosial “. Teras Depok Sleman
Yogyakarta.
[1] Sejati Sugeng, Psikologi Sosial, (Teras,
Depok Sleman Yogyakarta,2012), Hal. 21
[2] Sejati Sugeng, Psikologi Sosial, (Teras,
Depok Sleman Yogyakarta,2012), Hal. 25
No comments:
Post a Comment