Sunday, May 13, 2018

Makalah Metode Penelitian Dalam Psikologi Sosial


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Untuk memperkuat analisis mengenai penelitian yang berkaitan dengan sosial agar mampu untuk memecahkan persoalan masyarakat baik yang berkaitan dengan sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang secara umum tidak dapat terhindarkan dari kehidupan masyarakat. Metode Penilitian Sosial merupakan salah satu solusi yang harus dikembangkan oleh semua kalangan agar mampu menutupi semua persalahan tersebut, guna terciptanya masyarakat yang berkompeten dalam segala hal agar dapat secara mudah memecahkan persoalan dalam masyarakat. Penelitian sosial dapat digunakan sebagai penyelidikan-penyelidikan yang dirancang untuk menambah ilmu pengetahuan sosial, gejala sosial, atau praktik-praktik sosial. Istilah social ini menunjuk pada hubungan-hubungan antara dan diantara, orang-orang, kelompok-kelompok seperti keluarga, institusi (sekolah, komunitas, organisasi dan lain sebagainya), dan lingkungan yang lebih besar.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana metode penelitan dalam psikologi sosial ?
2.      Apa saja langkah-langkah dan kelemahan prosedur ilmiah ?
3.      Apa saja jenis-jenis penelitian sosial?
4.      Bagaiamana  etika dalam penelitian psikologi sosial?
5.      Apa saja contoh metode penelitian Ilmiah?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui metode penelitan dalam psikologi sosial ?
2.      Untuk mengetahui langkah-langkah dan kelemahan prosedur ilmiah?
3.      Untuk mengetahui jenis-jenis penelitian sosial?
4.      Untuk mengetahui  etika dalam penelitian psikologi sosial?
5.      Untuk mengetahui contoh metode penelitian Ilmiah?
BAB II
PEMBAHASAN

A.       Metode Ilmiah dalam Penelitian Sosial
Ketika saya dududk dikelas satu sampai dua sekolah dasar, ada satu hal yang sangat berkesan samapai sekarang. Itu adalah pengalaman selalu mendapatkan nilai dibawah ilmu untuk pelajaran membaca, dikte dan menulis. Padahal saya sudah belajar keras untuk mendapat angka paling tidak enam. Kenyataan yang ada angka enam hanya ada dalam imipian saja.  Sadarlah saya bahwa metode mengajar membaca dan dikte pada masa itu ternyata sangat tidak tepat.  Murid-murud SD bahkan TK sekarang ini diajar membaca dan menulis dengan metode kalimat penuh. Artinya mereka diajar membaca kalimat secara secara keseluruhan, bukan berdasarkan suku kata saya seperti dahulu. Metode sekarang ini terbukti telah membuat anak-anak TK pun mampu mambaca majalah bobo dengan lancar.
Fisher (19820 dalam bukunya menekan bahwa psikologi sosial termasuk dalam kategori ilmu pengetahuan, bukan karena topik yang dipelajari (wahat) tetapi karena cara-caranya yang memang ilmiah (how). Dasar metode ilmiah ini adalah empirism, artinya segala sesutu melalui tahap observasi/pengamatan, kemudian exsprience (melakukannya). Hal ini berlawanan dengan metode nonempirism, yang lebih menekankan pada cara-cara subyektif untuk mendapatkan informasi. Ciri-ciri itu antaralain instuisi, pencarian jawaban secara sederhana.
Empirisme ada dua yaitu, subyektif dan obyektif. Empirisme yang subyektif yaitu kegiatan untuk  mendapatakan informasi berdasarkan pengalaman sekilas (tidak mendalam) yang digabungkan dengan pencarian alasan, dan kita akhrinya dapat menraik sebuah kesimpulan. Contoh nya itu sigmund frued (bapak psikoanalisi), yang menggabungkan usaha-usaha pencarian alasan secara logis dengan observasi pasien-pasien psikoterapinya.
Empirisme obyektif, cendrung lebih menggunakan berbagai pengalam untuk mengadakan generalisasi. Berikut ini adalah ilustrasi penerapan empirisme obyektif.  Mungkin anda mempunyai perasaan intuitif bahwa siswa laki-laki yang mengikuti kelas psikologi mempunyai rambut lebih panjang dari pada temen-teman seangkatan nya yang berada dikelas kimia. Rambut pendek berhubungan dengan kecedrungan sikap yang konserpatif dan pemilihan ilmu murni. Kombinasi dari empirisme obyektif dengan pencarian alasan yang masuk akal disebut logical positifism.
Bedasarakan hal itu, kemampuan mempunyai makna berarti bila dilakukan dengan cara observasi dan experimen. Psikologi sosial mempunyai asumsi bahwa pendekatan logical positivism juga dilakukan ketika mempelajari prilaku sosial. Banyak penelitian psikologi sosial yang bersumber pada intuisi, dan dipandu oleh akal sehat. Prses yang biasanya digunakan yaitu membuat perkiraan yang bersumber dan kearifan pengalam dan akal sehat. Kemudin perkiraan itu diuji peneliti secara sistematis dan kaku dengan menggunakan metode ilmiah. [1]

B.       Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Urutan langkah metode ilmiah yang digunkan psikologi sosial, pada umumnya tidak bertele-tele langsung pada sasaran.
1.         Pertama kita harus mampu mendefenisikan  pertanyaan penelitian  sedemikaian rupa sehingga dapat terjawab pada tahap ini, minat, nilai-nilai kreatifitas peneliti sangan berperan. Pertanyaan itu kemudian dirumuskan pada bentuk hipotesa. Artinya pernyataan yang menggambar dua atau lebih variabel.
2.         Membuat desain prosedur penelitian untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesa.
3.         Mengumpulkan informasi berdasarakan peraturan-peraturan ilmiah yang ada. Kondisi yang indetik ini misalnya meliputi jumlah waktu istirahat, waktu mengadakan percobaan, kecepatan angin. Semua variabel diluar variabel penelitian yang diberikan akan mempengaruhi hasil penelitian dikontrol sedemikian rupa sehingga keadaan menjadi homogen.
4.         Memuat interprestasi  informasi dan menarik kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian.[2]

C.       Jenis-Jenis Penelitian Sosial.
Fisher (1982) dalam bukunya menyebutkan bahwa ada lima jenis penelitian soaial yaitu:
1.    Penelitian Deskriptif
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang paling mendasar. Karena kegiatan utamanya yaitu membuat dokumentasi tentang kenyataan sosial, dengan cara menjawab pertanyaan. Untuk mengumpulkan informasi pada penelitian deskriptif ini, penelitian mungkin akan melakukan observasi terhadap situasi sosial tersebut, dan kemudian mencatat reaksi yang timbul dari responder.
Sebagai contoh, penelitian psikologi sosial mungkin akan memperoleh kenyataan (dari hasil observasinya) bahwa hanya penduduk kelompok umur tertentu saja yang engan mengunakan sarana pelayanan kesehatan yang ada. Untuk mencapai tujuannya, penelitian deskriptif ini memakai berbagai teknik pengambilan data yaitu observasi, wawancara, penelitian survey, pengisian angket dan juga studi kasus.
Pegangan utama penelitian deskriptif ini adalah peralatan yang valid dan reliabel. Peralatan yang reliabel menghasilkan pengukuran karakteristik yang diteliti secara konsisten. Kemudian peralatan yang valid berarti peralatan itu benar-benar hendak mengukur apa yang seharusnya diukur.
2.    Penelitian Korelasional (Correlational Research)
Penelitian ini berada setingkat diatas penelitian deskriptif. Penelitian ini ingin mengetahui “apa hubungan ini dengan itu” artinya penelitian ini ingin mengetahui apakah variable-variabel penelitian itu memang benar-benar saling berhubungan.
Sifat hubungan variabel itu bisa positif, dan juga bisa negatif. Hubungan yang positif artinya peningkatan suatu variabel diikuti, dengan peningkatan variabel yang lain. Sedangkan hubungan yang negative artinya peningkatan satu variabel diikuti dengan penurunan variabel yang lain.
Dalam ilmu sosial, penelitian hendaknya berhati-hati dalam mengambil sebuah kesimpulan. Ini karena dalam hubungan dua buah variabel. Oleh karena itu, dalam penelitian sosial sangan disarankan untuk mengamati keterlibatan berbagai variabel. Sebab pada dasarnya tidak ada satu gejala sosial pun yang disebabkan oleh hanya satu variabel saja.
3.    Penelitian Eksperimental
Penelitian ini menjawab pertanyaan “apa yang akan terjadi bila…?
Berdasarkan pendekatan ini, ilmuwan psikologi sosial mengintervensi baik secara alami ataupun buatan, dan memanipulasi satu atau lebih variabel demi untuk mengetahui apakah hal itu dapat mempengaruhi variabel lain.
Variabel lain itu sisebut variabel tegantung, yaitu variabel yang benar-benar tergantung pada perubahan kondisi yang dimanipulasi tadi. Sedangkan variabel yang direkayasa yaitu variabel bebas. Penelitian eksperimen ini mengunakan program statistik untuk memperhitungkan apakah dampak tersebut signifikan atau tidak. Hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung mungkin saja terpengaruh variabel-variabel lain diluar disain penelitian.
Penelitian ini sangat tertarik dengan masalah: Apakah frustasi yang dialami sebuah kelompok akan menyebabkan timbulnya agresivitas terhadap out group (kelompok berdasarkan agama). Ketika anggota sebuah kelompok dibuat frustasi maka akan timbul perilaku agresif. Namun mereka mungkin berpikiran bahwa perilaku agresif itu tidak pantas, diungkapkan secara langsung.
Cara ekspresi lain yang lebih aman yaitu agresivitas yang ditujukan kepada kelompok luar yang berbeda dan yang relatif tidak mempunyai kekuasaan apapun juga untuk membalas perlakuan yang agresif. Dengan mengunakan daftar pernyataan yang berisi kata sifat, kedua peneliti tadi mengukur sikap-sikap yang tidak adil terhadap ras tertentu.
Adapun kelemahan dari penelitian eksperimental, kelemahannya yaitu tentang generalisasi hasil penelitian dalam situasi kehidupan yang nyata. Pada penelitian diatas, rasa frustasi itu timbil karena ada unsure rekayasa atau simulasi. Pada peristiwa simulasi ini sering terbukti responden berprilaku tertentu agar hubungan pada variabel penelitian menjadi terbukti.
4.    Action Research
Situasi sekarang ini penuh dengan prasangka antar suku dan agama telah melahirkan suasana yang sangat tidak nyaman. Hal yang seperti inilah yang terus menjadi kerisauan Kurt Lewin semenjak tahun 1940-an. Ia terus berkomunikasi dengan orang-orang yang menaruh perhatian pada masalah ras dan agama, seperti Yahudi, kulit putih, kulit hitam, dan nasrani.
Penelitian ini kemudian mengarah pada tindakan sosial. Ia juga menambahkan bahwa penelitian yang hanya menghasilkan buku saja, merupakan penelitian yang tidak berguna.
Langkah-Langkah Dalam Action Research
a.         Tahap pertama yaitu perencanaan.
b.         Tahap kedua yaitu pencarian fakta atau fact finding dengan cara mengumpulkan data.
c.         Berdasarkan perencanaan yang telah disusun dan data lapangan yang ditemukan, maka tahap selanjutnya yaitu melakukan tindakan.
d.         Implementasi program ini harus dievaluasi secara menyeluruh.
Beberapa  variasi dari action research yang ditemukan oleh peneliti Chein, Cook dan Harding pada tahun 1948 (dalam Fisher, 1982) yaitu:
·           Diagnostic action research. Ini adalah penelitian yang berkuat pada analisa situasi yang sedang mengalami masalah. Hasilnya adalah berbagai rekomendasi yang mengarah pada tindakan sosial yang perlu dilakukan.
·           Diagnostic action research. Ini adalah penelitian yang cenderung membutuhkan kerja sama lintas sektoral.
·           action research. Penelitian ini sudah melibatkan penerapan suatu program.
·           Experimental action research. Penelitian ini telah melibatkan beberapa peristiwa yang sudah terkontrol.
5.    Evaluation Research
Penelitian evaluasi ini untuk menilai dampak dari sebuah program atau kebujakan sosial. Penelitian ini merupakan, perluasan dari action research karena telah mencari suatu umpan balik  mengenai dampak dari suatu kebujakan.
Penelitian ini timbul karena adanya pertimbangan yang manusiawi, bahwa masyarakat yang dikenai oleh suatu kebijakan sosial harus ikut berbicara. Masyarakat tidak boleh hanya dianggap sebagai obyek suatu kebijakan. Untuk mengetahui epektivitas suatu kebijakan, maka diperlukan penelitian evaluasi, penelitian ini sangat sulit karena melibatkan system sosial politik suatu daerah/Negara.[3]

D.       Etika dalam Penelitian Psiokoogi Sosial
Penelitian yang bekerja menangani manusia sebagai subyek penelitiannya, sering menemui dilema tentang etika. Pada satu sisi, hasil penelitian itu snagat berguna untuk memperbaiki kehidupan manusia. Namun disisi yang lain peneliti juga harus memeperhatikan sekejateraan dan keselamatan reponden. Jangan sampai keselamatan responden dikorbankan demi mencapai kecanggihan penelitian. Menggenggam dua prinsip yang berlwanan scara bersama-sama, ternyata bukan perkejaan yang mudah.
Nilai-nilai yang dianut peneliti sangat berpengaruh terhadap tehap-tahap penelitian yang akan diambilnya. Ada tiga hal yang menyangkut sebagai berikut:
1.         Seleksi responden penelitian
2.         Treatmen atau perlakuan yang diberikan kepada responden agar aspek penelitian (mislanya prilakunya yang akan diteliti) dapat muncul. Inilah prinsip rekayasa dalam penelitian experimen.
3.         Hasil penelitian ini akan diterapkan pada siapa saja.
Bila dihadapakan pada cost yang harus dibayarkan kepada responden penelitian. Cost ini tidak meliputi uang saja tetapi juga masalah sosial yang mungkin ditimbulkan oleh penilitan. Jenis penelitian yang sering menimbulkan masalah etika yaitu penelitian experimen. Ini karena  peneliti ikut campur tangan dalam kehidupan responden . Sebaliknya action reasearch dan evaluational research justru lebih megutamakan responden, ini karna peneliti berusaha untuk meningkatkan kerja sama / kolaborasinya dengan responden. Ini dilakukan dengan tujuan agar penelitian dapat tercapai.
Dampak positifnya responden menjadi lebih dianggapkan sebagai sebuyektif, bukan sebgaia sebagai obyek penelitian,. Jadi responden ikut terlihat aktif atas kemamuaannya sendiri. Selain itu, prilalu responden yang muncul benar-benar alami sifatnya bukan direkayasa seperti halnya ada penelitian experimen. [4]

E.        Contoh Metode Penelitian
1.    Metode deskriptif
Metode penelitian deskriptif dipilih berdasarkan kebutuhan peneliti untuk menarasikan perilaku sosial yang secara spesifik terjadi dalam konteks sosial tertentu. Metode deskriptif disebut juga metode naratif. Data yang diperoleh berupa narasi mendalam yang secara detail menjelaskan objek penelitian yang diteliti. Penelitian yang menggunakan metode deskriptif berupaya untuk mendeskripsikan, mengidentifikasi mengapa, apa dan bagaimana fenomena sosial bisa terjadi. Contoh metode penelitian deskriptif biasanya megadopsi metode observasi karena seringkali deskripsi tentang fenomena sosial diperoleh melalui observasi. Namun tidak sebatas observasi, metode studi kasus dan survey bisa pula digunakan untuk menghasilkan data deskriptif.
2.    Metode survey
Telah disinggung di awal, metode survey identik dengan riset kuantitatif. Riset yang mengadopsi metode survey memiliki quesioner atau angket sebagai instrumen utama penelitiannya. Pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner umumnya terstruktur dan tertutup. Responden sebatas mengisi jawaban sesuai perintah yang sudah didesain sebelum peneliti turun lapangan. Penelitian dengan metode survey umumnya membahas topik yang relatif sederhana. Misalnya, tipe pengunjung objek wisata sejarah pada akhir pekan. Survey bisa dilakukan dengan cara mempersilahkan responden mengisi kuesioner sendiri atau wawancara terstruktur dengan peneliti.
3.    Metode eksperimental
Metode eksperimental dipilih untuk mengukur kemungkinan akibat yang muncul dari variabel tertentu. Peneliti sosial dapat menerapkan metode eksperimental untuk melihat hubungan sebab akibat antar dua variabel atau lebih. Contoh metode penelitian eksperimental misalnya, riset tentang penggunaan simbol agama minoritas di ruang publik di masyarakat yang secara religius homogen. Peneliti bisa melakukan eksperimen sosial untuk melihat seperti apa reaksi masyarakat ketika melihat simbol agama minoritas di ruang publcontoh metode penelitianRiset eksperimen umumnya dimulai dengan hipotesis. Eksperimen dilakukan untuk menguji apakah hipotesis ditolak atau diterima. Secara umum ada dua tipe metode eksperimental; ekeperimen di laboraturium dan lapangan. Eksperimen di laboraturium dilakukan dengan komputer atau alat peraga. Eksperimen di lapangan dilakukan di ruang sosial atau ’dunia nyata’.
4.    Metode wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya secara oral. Terdapat tiga tipe metode wawancara dalam ilmu sosial: Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan model pertanyaan terstruktur atau tertutup. Secara tipikal biasa digunakan dalam metode survey. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara dengan model pertanyaan terbuka. Informan diberi kebebasan untuk bernarasi secara oral dalam menjawab pertanyaan. Secara tipikal biasa digunakan dalam riset kuantitatif. Wawancara semi-struktur adalah wawancara yang menggunakan model pertanyaan dari kombinasi keduanya. Pertanyaan penelitian disusun secara terstruktur, namun di bagian akhir informan diberi kebebasan untuk bercerita lebih terbuka.
5.    Metode observasi.
Observasi secara umum merupakan pengamatan dengan panca indera terhadap fenomena sosial yang berada diluar diri peneliti. Dalam penelitian sosial, observasi yang dilakukan bisanya melibatkan peran aktif peneliti. Peran aktif peneliti dalam melakukan pengamatan lebih relevan disebut dengan observasi partisipatoris. Observasi partisipatoris bisa dilakukan dengan terbuka (overt) atau tertutup (covert). Terbuka artinya identitas peneliti dan penelitian yang dilakukan diketahui oleh grup atau komunitas yang sedang diteliti. Tertutup artinya komunitas yang diteliti tidak mengetahui bahwa dirinya sedang dalam pengamatan untuk penelitian.


BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dalam kesimpulan tidaklah ditampilkan penjelaan rinci, tetapi ditampilkan temuan-temuan yang penting, dan (bila ada) hubungan antara temuan data dengan hipotesis. Kesimpulan berisi pernyataan apa yang sudah ditemukan tentang objek yang diteliti dalam konteks kerangka teori. Ia tidak boleh menyimpulkan sesuatu yang tidak diteliti dalam konteks dan jangkauan penelitian. Kendala-kendala apa yang dihadapi dan saran-saran untuk menunjukan cara mengatasinya

B.     Saran
Dengan hadirnya makalah ini sekiranya dapat berguna untuk kedepanya untuk lebih memahami lagi bagaimana karakteristik dalam suatu penelitian. Saran yang dapat penulis sampaikan adalah semoga buku ini dapat diterima di kalangan mahasiswa karena makalah ini dibuat berdasarkan referensi yang ada di buku sehingga dapat dimuat di materi perkuliahan.







DAFTRA PUSTAKA

Sejati, Sugeng. 2012. “Psikologi Sosial “. Teras Depok Sleman Yogyakarta.


[1]  Sejati Sugeng,  Psikologi Sosial, (Teras, Depok Sleman Yogyakarta,2012), Hal. 21
[2]  Sejati Sugeng,  Psikologi Sosial, (Teras, Depok Sleman Yogyakarta,2012), Hal. 25
[3]   Sejati Sugeng,  Psikologi Sosial, (Teras, Depok Sleman Yogyakarta,2012), Hal. 28
[4]   Sejati Sugeng,  Psikologi Sosial, (Teras, Depok Sleman Yogyakarta,2012), Hal. 43


No comments:

Post a Comment