MAKALAH
SEJARAH
“Pengaruh Imprealisme dan Kolonialisme Terhadap Perubahan Politik, Sosial, ekonomi dan Ideologi di Nusantara”
Jeni Wulandari
Ria Yuliana
Sri Rahayu
M. Khaidir Deta Malo
Gita Anggreani
Yoga Pratama
Yazrul
Rian Septi Andre
Eko Satria Ade Putra
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
SEKOLAH MENENGAH ATAS
Jln. Raya Padang Kemiling, Bengkulu. NPSN. 10703046
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT.Yang maha pengasih lagi maha penyayang yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas mengenai Masuknya Kekuasaan Asing dan Berkembangnya Kolonialieme serta Imperialisme di Indonesia.
Dengan pembuatan karya tulis/makalah ini kami menyadari dan mengakui masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata.Karena itulah kami mengharapkan adanya keritikan dan saran-saran perbaikan dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Demikianlah, kepada Allah jua kami memohon ampun dan kepada Allah SWT jualah kita berharap, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi diri kami sendiri dan bagi pembaca sekalian umumnya.
Bengkulu, Agustus 2014
Penulis
ii
|
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................ i
Kata Pengantar ..................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................ iii
Bab I Pendahuluan................................................................................. 1
Bab II Pembahasan................................................................................ 2
A. Masuknya Kekuasaan Asing dan Berkembangnya Kolonialieme serta Imperialisme di Indonesia ..................................................................................................... 2
B. Pengaruh Imprealisme dan Kolonialisme Terhadap Perubahan Politik, Sosial, ekonomi dan Ideologi di Nusantara..................................................................................... 7
Bab III Penutup...................................................................................... 9
A. Kesimpulan............................................................................. 9
B. Saran...................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
iii
|
BAB I
PENDAHULUAN
Kedatangan
bangsa Belanda di Indonesia pada pertama kalinya adalah semata-mata untuk
mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. jadi hal ini sebenarnya tujuan bangsa
Portugis lebih luas rempah-rempah dan berbahaya daripada Belanda karena
disamping mencari keuntungan juga didasarkan pada motif agama yaitu untuk
meneruskan perjuangan melawan agama Islam dan menyiarkan agamanya (Kristen)
serta sudah tentu tidak ketinggalan untuk memperoleh kejayaaan atau
mengharumkan tanah airnya (gold, gospel, glory).
Seperti
kita ketahui pada tahun 1580 Portugal ditaklukan oleh Spanyol sedangkan negara
tersebut belakangan ini sedang terlibat dalam peperangan melawan Belanda. Maka
disebabkan oleh peristiwa itulah Bangsa Belanda tergerak hatinya untuk mencari
sendiri jalan ke Indonesia, sehingga dapat melanjutkan kehidupan dengan cara
berdagang langsung antara sumber rempah-rempah dengan negara-negara Eropa yang
sangat membutuhkankannya. Semula mereka hanya berperan sebagai penghubung atau
pedagang antara Lissabon dengan negara-negara Eropa Timur dan Utara.
Untuk
lebih memperdalam pengetahuan kita dalam sejarah, maka dalam makalah ini akan
di bahas mengenai Masuknya Kekuasaan Asing dan Berkembangnya Kolonialieme serta
Imperialisme di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masuknya Kekuasaan Asing dan Berkembangnya Kolonialieme serta
Imperialisme di Indonesia
1. Faktor-faktor
Penyebab Lahirnya Imperialisme dan Kolonialisme
a.
Faktor kekuasaan / Politik
Kaum
imperialis menginginkan kekuasaan bangsa lain mempertinggi prestasiraja
(glory).
b. Faktor ekonomi
/ Kekayaan
Kaum
imperialis menginginkan daerah kekuasaan yang seluas-luasnya. Dari
daerah-daerah kekuasaan itu diharapkan memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya
(gold).
c. Faktor Ideologi
atau agama
Kaum
imperialis tidak hanya mencari keuntungan dari perdagangan, tetapi juga
mengemban tugas suci yakni menyiarkan agama yang dibawa mereka kepada
masyarakat daerah jajahan (gospel)
d. Faktor militer
Kaum
imperialis menginginkan adanya suatu daerah tertentu yang dapat digunakan untuk
pertahanan atau untuk mengimbangi kekuatan bangsa lain (balance of power).
2. Negara-negara Imperialis
dan Daerah Jajahannya
a. Portugis dan
Daerah Jajahannya
Perjanjian
Tordesillas pada tahun 1492, membagi dunia atas dua bagian, yaitu untuk
Portugis dan Spanyol. Sejak itu dimulai penjelajahan samudera oleh kedua bangsa
tersebut. Portugis sebagai pelopor penjelajah samudera, memperoleh daerah
jajahan yang sangat luas di Afrika, yaitu daerah jajahan yang sangat luas di
Afrika, banyak dilakukan perdagangan budak. Banyak budak bangsa Negro yang di
bawa ke Brazilia untuk diperkerjakan diperkebunan-perkebunan. Satu-satunya
daerah jajahan Portugis di benua Amerika adalah Brazilia.
b. Prancis dan
daerah Jajahannya
Daerah Prancis di Amerika adalah Kanada dan Lousiana bagian Timur dan
bagian Barat. Setelah Perancis kalah dalam Perang Laut (1756 – 1763) dengan
Inggris, Prancis kehilangan daerah-daerah tersebut.
Daerah jajahan Prancis di Asia, adalah Indo Cina. Dengan alasan
melindungi warga negaranya, Prancis mengirim tentaranya sehingga terjadilah
perang dengan Vietnam (1858 – 1862). Pernag ini diakhiri dengan kemenangan
Prancis. Kedua negara mengadakan perjanjian di Saigon (1682) yang isinya
sebagai berikut :
1. Prancis
memperoleh Cochin Cina
2. Pelabuhan-pelabuhan
Tourane, Balat, dan Kuang-an dibuka untuk Prancis
3. Adanya
kebebasan bagi rakyat untuk memeluk agama katolik.
Daerah-daerah di Benua
Afrika mulai diperebutkan oleh bangsa-bangsa Eropa pada abad ke-19. Dari
persaingan antara bangsa-bangsa itu, Prancis berhasil menduduki Aljazair tahun
1844, Tunisia pada tahun 1881, Kongo diduduki sebagian, namun kemudian
dijadikan milik pribadi oleh Raja Leopold II dari Belgia setelah kongres Berlin
(1885). Kemudian menyusul Madagaskar (1896) dan akhirnya Maroko dijadikan
Protektorat pada tahun 1912. Usaha untuk memperebutkan daerah-daerah jajahan di
Afrika, maka Inggris dan Prancis terlibat dalam Perang (1898) yang dikenal krisis
Fashoda. Pernag tersebut dimenangkan oleh Ingris, kemudian diadakan konvensi
London pada tahun 1899. Dalam konvensi ini ditetapkan batas-batas wilayah
kekuasaan antara Inggris dan Prancis.
c. Inggris dan
daerah Jajahannya
Sampai Perang Dunia I, Inggris merupakan negara imprealisme yang paling
luas jajahannya. Oleh karena luasnya daerah jajahan Inggris tersebut, dengan
sombong tercetuslah ungkapan The sun never sets in the British empire. Dengan
bangga pula ornag Inggris mengatakan Britania rules the waves. Kekuasaan
di laut maupun di darat diperoleh keberhasilan Inggris menjalankan politik
imprealisme modern dengan cara sebagai berikut :
1) Mempertahankan
daerah-daerah jajahan dengan berbagai cara, antara lain dengan kekuatan senjata,
kelicikan politik, dan ekonomi.
2) Membentuk jalur
hubungan antara negeri induk (Inggris) dengan seluruh daerah jajahannya.
3) Dari daerah
kedudukannya yang strategis, Inggris memperluas daerah jajahannya dengan
mengadakan peperangan. Misalnya dari Calcizaq dikuasainya India, Sri Langka,
Pakistan, Bangladesh, dan Brima. Dari Tanjung Harapan di Selatan dan kairo di
Utara, seluruh daerah timur Benua Afrika dapat dikuasainnya (from cape to
cairo). Dari perang dikuasainnya Malaya, Indonessia, Kalimantan Utara dan
Hongkong.
d. Rusia dan
Daerah Jajahannya
Penjajahan Rusia didasari atas kepentingan memperoleh pelabuhan bebas
salju dan kepemimpinan atas bangsa Slav yang dimulai pada abad ke-17.
Politik air hangat
Politik air hangat (der
drang zum warmen Meere)merupakan politik yang dijalankan Rusia untuk
memperoleh pelabuhan-pelabuhan yang bebas dari gangguan es di musim dingin.
Politik tersebut ditujukan ke empat arah, yaitu Baltik, Laut Tengah, Lautan
Pasifik, dan Lautan Hindia.
Pan Slavisme
Pan Slavisme adalah gerakan untuk
mempersatukan bangsa-bangsa Slav dan menjunjung kebudayaannya yang dipimpin
oleh Rusia. Cita-cita tersebut diperkuat dengan agama Katolik Ortodoks yang
berpusat di Moskow. Kesulitan pelaksanaan Pan Slavisme disebabkan beberapa faktor
sebagai berikut :
-
Bangsa Slav terdiri atas bermacam-macam
kelompok, yaitu Slav Barat yang terdiri atas bangsa Polandia, Cheko, dan
Slovakia. Slav Timur terdiri atas rusia, Ukraina, Rumania, dan Bulgaria. Slav
Selatan terdiri atas Albania, Kroasia, dan Macodenia.
-
Agama yang dianut berbeda-beda, seperti bangsa
Slav barat menganut katolik roma, sedangkan Slav Selatan dan Timur menganut
Katolik Ortodooks.
-
Aliran yang dianut berbeda-beda, seperti bangsa
Slav Barat berpaham Eropa barat, sedangkan Slav Selatan dan Timur lebih
otoriter.
-
Gerakan Pan Slavisme merupakan cita-cita Rusia
sebagai negara besar dan sebagai imprealisme. Sebab dengan politik tersebut,
Rusia sebagai negara besar Eropa Timur dapat mengimbangi negara-negara barat
atau setidak-tidaknya dengan negara-negara Slav yang dipersatukan dapat
dibentuk daerah netral netral antara Eropa Barat dengan Eropa Timur yang
merupakan tata pertahanan yang penting bagi Rusia. Selain dari hal itu, adanya
Pan Slavia juga diperlukan untuk menunjang politik Air Hangat Rusia di daerah
Laut Baltik maupun di Laut Tengah.
3. Masuknya
Kekuasaan Inggris dan Berkembangnya Imperealisme dan Kolonialisme Barat di
Nusantara
Hampir satu abad lamanya bangsa
Inggris, Prancis, dan Belanda membeli rempah-rempah dan hasil bumi lainnya di
Lisabon. Pada tahun 1568 – 1648 di Eropa terjadi perang antara Belanda dengan
Spanyol. Perang itu merupakan perang kemerdekaan Belanda untuk lepas dari
kekuasaan Spanyol. Akibat peperangan itu, kota Lisabon tertutup bagi para
pedagang Belanda sehingga mereka terdorong untuk mencari rempah-rempah sendiri
di Indonesia.
Kedatangan bangsa Belanda itu tentu
saja tidak diterima baik oleh Para Portugis yang sudah lebih dulu datang.
Sementara itu, pedagang-pedagang Inggris juga mulai bermunculan di perairan
Nusantara, setelah lebih dahulu menduduki Calcutta. Persaingan bahkan
peperangan yang terjadi diantara mereka, telah mendorong mereka membentuk kongsi-kongsi
dagang yang mendapat dukungan dan perlindungan dari pemerintah negaranya
masing-masing.
Tujuan pembentukan kongsi itu,
selain untuk menghilangkan persaingan diantara para pedagang yang berasal dari
negara yang sama, juga sekaligus sebagai suatu perserikatan yang sempat mam[u
bersaing dengan pedagang-pedagang dari negara lain.
Vereenigde Oost indische Compagnie
(VOC)
Perkumpulan dagang hindia Timur,
terjemahan dari Vereenigde Oost indische Compagnie (VOC) merupakan milik
Belanda. Kongsi dagang VOC yang terbentuk dari 20 Maret 1602 itu mendapat
pengesahan dari pemerintah Belanda berupa hak octroi (patent) atau perjanjian
yang terdiri dari 46 pasal. Diantara octroi yang terpenting adalah sebagai
berikut :
1) Ing
Vereenigde Oost indische Compagnie (VOC) mendapat hak untuk berdagang di daerah-daerah
sebelah timur dari Cabobonna, Ezperanza (Tanjung harapan) sampai selat
magelhaens.
2) Orang atau
badan lain tidak di perbolehkan berlayar atau berdagang di daerah tersebut. Itu
berarti VOC memperoleh hak monopolli dagang.
3) VOC berhak di
daerah tersebut atas nama pemerintah antara lain merebut daerah-daerah, mendirikan
benteng-benteng, mengadakan perjanjian dengan raja-raja untuk membentuk
angkatan darat dan laut, memaklumkan perang atau damai, mencetak mata uang
sendiri, dan menjalankan kehamikan.
B. Pengaruh
Imprealisme dan Kolonialisme Terhadap Perubahan Politik, Sosial, ekonomi dan
Ideologi di Nusantara
1. Pengaruh
imprealisme dan kolonialisme terhadap Politik
Penjajahan Belanda tidak saja
menimbulkan penderitaan dan kemiskinan bagi rakyat, tetapi juga mengakibatkan
perubahan dalam bidang politik dan pemerintahan.
Kebebasan para pemimpin bumiputra
untuk mengambil keputusan dan menentukan suatu kebijakam, tidak lagi berlaku
sejak pemerintahan kolonial Belanda. Begitu pula sistem pemerintahan raja-raja
atau sultan yang tadinya berlaku secara turun temurun. Hal ini disebabkan
pemerintah kolonial turut campur tangan dalam hal siapa yang harus memerintah
sebagai sultan/raja. Siapa saja yang harus diangkat sebagai pejabat karton,
sebagai patih, dan segala urusan lainnya yang berhubungan dengan urusan intern
kesultanan atau kerajaan.
2. Pengaruh
Imprealisme dan kolonialisme terhadap perubahan Sosial
Perubahan sosial budaya masyarakat
mulai terjadi sejak kedatangan bangsa Portugis. Perubahan ini selain disebabkan
oleh rempah-rempah yang diangkut ke Eropa, tetapi juga menyebarkan budaya dan
agama Kristen Katolik yang dilakukan dengan paksa. Hal ini tentu saja ditentang
oleh masyarakat, terutama mereka telah memeluk agama Islam. Namun demikian,
pengaruh tetap terjadi, sehingga perubahan sosial pun tak dapat dielakkan.
Agama katolik yang dibawa oleh negara Portugis dan Protestan yang dibawa oleh
Belanda ke Nusantara, akhirnya dianut pula oleh sebagian masyarakatnya.
3. Pengaruh
Imprealisme dan Kolonialisme terhadap Perubahan Ekonomi
Kedatangan bangsa-bangsa Eropa pada
awalnya hanya untuk berdagang. Mereka ingin membeli rempah-rempah dengan harga
serendah-rendahnya. Lambat laun mereka bukan hanya berdagang, tetapi juga
menjajah. Tujuannya adalah agar mereka dapat memonopoli perdagangan dan secara
bebas dapat menetapkan aturan perdagangan dan harga pembelian.
4. Pengaruh
imprealisme dan kolonialisme terhadap perubahan ideologi
Masuknya imprealisme dan
kolonialisme barat juga membawa pengaruh terhadap perubahan ideologi masyarakat
di Nusantara. Nilai-nilai budaya bangsa yang sudah terpatri selama
berabad-abad, secara bertahap mengalami perubahan sesuai dengan keinginan kaum
imprealisme kolonialis. Agama Kristen yang dibawa oleh kaum Imprealisme Barat
sering dipaksakan kepada masyarakat yang telah menganut agama tertentu, yaitu
agama Islam, hindu, Budha, dan ada pula yang mengikuti kepercayaan leluhurnya.
Untuk melestarikan kekuasaannya, pemerintah
kolonial Belanda menerapkan politik pecah pelah (devide et impera). Mereka
tidak menghendaki adanya persatuan dan kesatuan dikalangan rakyat sesama bangsa
Indonesia. Apabila bangsa Indonesia terpecah belah akan memudahkan pemerintah
kolonial menanamkan pengaruh kekuasaannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari bab pembahasan pada bab II, maka dapat kami simpulkan bahwa Kedatangan bangsa Belanda
di Indonesia pada pertama kalinya adalah semata-mata untuk mencari keuntungan
sebanyak-banyaknya. jadi hal ini sebenarnya tujuan bangsa
Portugis lebih luas rempah-rempah dan berbahaya
daripada Belanda karena disamping mencari keuntungan juga didasarkan pada motif
agama yaitu untuk meneruskan perjuangan melawan agama Islam dan menyiarkan
agamanya (Kristen) serta sudah tentu tidak ketinggalan untuk memperoleh
kejayaaan atau mengharumkan tanah airnya (gold, gospel, glory).
B. Saran
Demikianlah
pembahasan makalah kami semoga bermanfaat bagi kita semua. Kepada rekan
sekalian untuk mencari literatur-literatur lain yang berkaitan dengan Sejarah.
Kritik dan saran sangat kami harapkan demi untuk perbaikan makalah kami
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Saronto. 2006. Sejarah; Program IPS. Surakarta: Citra
Pustaka
Satradinata, kosoh.1975. Sejarah Perekonomian. Bandung
No comments:
Post a Comment