Saturday, April 14, 2018

Pengaruh Imprealisme dan Kolonialisme Terhadap Perubahan Politik, Sosial, ekonomi dan Ideologi di Nusantara


MAKALAH

SEJARAH
Pengaruh Imprealisme dan Kolonialisme Terhadap Perubahan Politik, Sosial, ekonomi dan Ideologi di Nusantara




















Disusun Oleh :
Jeni Wulandari
Ria Yuliana
Sri Rahayu
M. Khaidir Deta Malo
Gita Anggreani
Yoga Pratama
Yazrul
Rian Septi Andre
Eko Satria Ade Putra 




DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
SEKOLAH MENENGAH ATAS
Jln. Raya Padang Kemiling, Bengkulu. NPSN. 10703046




KATA PENGANTAR



Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT.Yang maha pengasih lagi maha penyayang yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas mengenai Masuknya Kekuasaan  Asing dan Berkembangnya Kolonialieme serta Imperialisme di Indonesia.
Dengan pembuatan karya tulis/makalah ini kami menyadari dan mengakui masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata.Karena itulah kami mengharapkan adanya keritikan dan saran-saran perbaikan dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Demikianlah, kepada Allah jua kami memohon ampun dan kepada Allah SWT jualah kita berharap, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi diri kami sendiri dan bagi pembaca sekalian umumnya.


Bengkulu,    Agustus  2014


Penulis
ii

 

DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................        i
Kata Pengantar .....................................................................................        ii
Daftar Isi................................................................................................        iii

Bab I Pendahuluan.................................................................................        1

Bab II Pembahasan................................................................................        2
A.     Masuknya Kekuasaan  Asing dan Berkembangnya Kolonialieme serta Imperialisme di Indonesia            ..................................................................................................... 2
B.     Pengaruh Imprealisme dan Kolonialisme Terhadap Perubahan Politik, Sosial, ekonomi dan Ideologi di Nusantara.....................................................................................        7

Bab III Penutup......................................................................................        9
A.     Kesimpulan.............................................................................        9
B.     Saran......................................................................................        9

DAFTAR PUSTAKA
iii

 



BAB I
PENDAHULUAN


Kedatangan bangsa Belanda di Indonesia pada pertama kalinya adalah semata-mata untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. jadi hal ini sebenarnya tujuan bangsa Portugis lebih luas  rempah-rempah dan berbahaya daripada Belanda karena disamping mencari keuntungan juga didasarkan pada motif agama yaitu untuk meneruskan perjuangan melawan agama Islam dan menyiarkan agamanya (Kristen) serta sudah tentu tidak ketinggalan untuk memperoleh kejayaaan atau mengharumkan tanah airnya (gold, gospel, glory).
Seperti kita ketahui pada tahun 1580 Portugal ditaklukan oleh Spanyol sedangkan negara tersebut belakangan ini sedang terlibat dalam peperangan melawan Belanda. Maka disebabkan oleh peristiwa itulah Bangsa Belanda tergerak hatinya untuk mencari sendiri jalan ke Indonesia, sehingga dapat melanjutkan kehidupan dengan cara berdagang langsung antara sumber rempah-rempah dengan negara-negara Eropa yang sangat membutuhkankannya. Semula mereka hanya berperan sebagai penghubung atau pedagang antara Lissabon dengan negara-negara Eropa Timur dan Utara.
Untuk lebih memperdalam pengetahuan kita dalam sejarah, maka dalam makalah ini akan di bahas mengenai  Masuknya Kekuasaan  Asing dan Berkembangnya Kolonialieme serta Imperialisme di Indonesia. 




BAB II
PEMBAHASAN

A.     Masuknya Kekuasaan  Asing dan Berkembangnya Kolonialieme serta Imperialisme di Indonesia
1.      Faktor-faktor Penyebab Lahirnya Imperialisme dan Kolonialisme
a.       Faktor kekuasaan / Politik
Kaum imperialis menginginkan kekuasaan bangsa lain mempertinggi prestasiraja (glory).
b.      Faktor ekonomi / Kekayaan
Kaum imperialis menginginkan daerah kekuasaan yang seluas-luasnya. Dari daerah-daerah kekuasaan itu diharapkan memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya (gold).
c.       Faktor Ideologi atau agama
Kaum imperialis tidak hanya mencari keuntungan dari perdagangan, tetapi juga mengemban tugas suci yakni menyiarkan agama yang dibawa mereka kepada masyarakat daerah jajahan (gospel)
d.      Faktor militer
Kaum imperialis menginginkan adanya suatu daerah tertentu yang dapat digunakan untuk pertahanan atau untuk mengimbangi kekuatan bangsa lain (balance of power).
2.      Negara-negara Imperialis dan Daerah Jajahannya
a.       Portugis dan Daerah Jajahannya
Perjanjian Tordesillas pada tahun 1492, membagi dunia atas dua bagian, yaitu untuk Portugis dan Spanyol. Sejak itu dimulai penjelajahan samudera oleh kedua bangsa tersebut. Portugis sebagai pelopor penjelajah samudera, memperoleh daerah jajahan yang sangat luas di Afrika, yaitu daerah jajahan yang sangat luas di Afrika, banyak dilakukan perdagangan budak. Banyak budak bangsa Negro yang di bawa ke Brazilia untuk diperkerjakan diperkebunan-perkebunan. Satu-satunya daerah jajahan Portugis di benua Amerika adalah Brazilia.    
b.      Prancis dan daerah Jajahannya
Daerah Prancis di Amerika adalah Kanada dan Lousiana bagian Timur dan bagian Barat. Setelah Perancis kalah dalam Perang Laut (1756 – 1763) dengan Inggris, Prancis kehilangan daerah-daerah tersebut.   
Daerah jajahan Prancis di Asia, adalah Indo Cina. Dengan alasan melindungi warga negaranya, Prancis mengirim tentaranya sehingga terjadilah perang dengan Vietnam (1858 – 1862). Pernag ini diakhiri dengan kemenangan Prancis. Kedua negara mengadakan perjanjian di Saigon (1682) yang isinya sebagai berikut :
1.      Prancis memperoleh Cochin Cina
2.      Pelabuhan-pelabuhan Tourane, Balat, dan Kuang-an dibuka untuk Prancis
3.      Adanya kebebasan bagi rakyat untuk memeluk agama katolik.
Daerah-daerah di Benua Afrika mulai diperebutkan oleh bangsa-bangsa Eropa pada abad ke-19. Dari persaingan antara bangsa-bangsa itu, Prancis berhasil menduduki Aljazair tahun 1844, Tunisia pada tahun 1881, Kongo diduduki sebagian, namun kemudian dijadikan milik pribadi oleh Raja Leopold II dari Belgia setelah kongres Berlin (1885). Kemudian menyusul Madagaskar (1896) dan akhirnya Maroko dijadikan Protektorat pada tahun 1912. Usaha untuk memperebutkan daerah-daerah jajahan di Afrika, maka Inggris dan Prancis terlibat dalam Perang (1898) yang dikenal krisis Fashoda. Pernag tersebut dimenangkan oleh Ingris, kemudian diadakan konvensi London pada tahun 1899. Dalam konvensi ini ditetapkan batas-batas wilayah kekuasaan antara Inggris dan Prancis.
c.       Inggris dan daerah Jajahannya
Sampai Perang Dunia I, Inggris merupakan negara imprealisme yang paling luas jajahannya. Oleh karena luasnya daerah jajahan Inggris tersebut, dengan sombong tercetuslah ungkapan The sun never sets in the British empire. Dengan bangga pula ornag Inggris mengatakan Britania rules the waves. Kekuasaan di laut maupun di darat diperoleh keberhasilan Inggris menjalankan politik imprealisme modern dengan cara sebagai berikut :
1)      Mempertahankan daerah-daerah jajahan dengan berbagai cara, antara lain dengan kekuatan senjata, kelicikan politik, dan ekonomi.
2)      Membentuk jalur hubungan antara negeri induk (Inggris) dengan seluruh daerah jajahannya.
3)      Dari daerah kedudukannya yang strategis, Inggris memperluas daerah jajahannya dengan mengadakan peperangan. Misalnya dari Calcizaq dikuasainya India, Sri Langka, Pakistan, Bangladesh, dan Brima. Dari Tanjung Harapan di Selatan dan kairo di Utara, seluruh daerah timur Benua Afrika dapat dikuasainnya (from cape to cairo). Dari perang dikuasainnya Malaya, Indonessia, Kalimantan Utara dan Hongkong.     
d.      Rusia dan Daerah Jajahannya
Penjajahan Rusia didasari atas kepentingan memperoleh pelabuhan bebas salju dan kepemimpinan atas bangsa Slav yang dimulai pada abad ke-17.
Politik air hangat
Politik air hangat (der drang zum warmen Meere)merupakan politik yang dijalankan Rusia untuk memperoleh pelabuhan-pelabuhan yang bebas dari gangguan es di musim dingin. Politik tersebut ditujukan ke empat arah, yaitu Baltik, Laut Tengah, Lautan Pasifik, dan Lautan Hindia.    
Pan Slavisme
Pan Slavisme adalah gerakan untuk mempersatukan bangsa-bangsa Slav dan menjunjung kebudayaannya yang dipimpin oleh Rusia. Cita-cita tersebut diperkuat dengan agama Katolik Ortodoks yang berpusat di Moskow. Kesulitan pelaksanaan Pan Slavisme disebabkan beberapa faktor sebagai berikut :
-         Bangsa Slav terdiri atas bermacam-macam kelompok, yaitu Slav Barat yang terdiri atas bangsa Polandia, Cheko, dan Slovakia. Slav Timur terdiri atas rusia, Ukraina, Rumania, dan Bulgaria. Slav Selatan terdiri atas Albania, Kroasia, dan Macodenia.
-         Agama yang dianut berbeda-beda, seperti bangsa Slav barat menganut katolik roma, sedangkan Slav Selatan dan Timur menganut Katolik Ortodooks.
-         Aliran yang dianut berbeda-beda, seperti bangsa Slav Barat berpaham Eropa barat, sedangkan Slav Selatan dan Timur lebih otoriter.
-         Gerakan Pan Slavisme merupakan cita-cita Rusia sebagai negara besar dan sebagai imprealisme. Sebab dengan politik tersebut, Rusia sebagai negara besar Eropa Timur dapat mengimbangi negara-negara barat atau setidak-tidaknya dengan negara-negara Slav yang dipersatukan dapat dibentuk daerah netral netral antara Eropa Barat dengan Eropa Timur yang merupakan tata pertahanan yang penting bagi Rusia. Selain dari hal itu, adanya Pan Slavia juga diperlukan untuk menunjang politik Air Hangat Rusia di daerah Laut Baltik maupun di Laut Tengah.          

3.      Masuknya Kekuasaan Inggris dan Berkembangnya Imperealisme dan Kolonialisme Barat di Nusantara
Hampir satu abad lamanya bangsa Inggris, Prancis, dan Belanda membeli rempah-rempah dan hasil bumi lainnya di Lisabon. Pada tahun 1568 – 1648 di Eropa terjadi perang antara Belanda dengan Spanyol. Perang itu merupakan perang kemerdekaan Belanda untuk lepas dari kekuasaan Spanyol. Akibat peperangan itu, kota Lisabon tertutup bagi para pedagang Belanda sehingga mereka terdorong untuk mencari rempah-rempah sendiri di Indonesia. 
Kedatangan bangsa Belanda itu tentu saja tidak diterima baik oleh Para Portugis yang sudah lebih dulu datang. Sementara itu, pedagang-pedagang Inggris juga mulai bermunculan di perairan Nusantara, setelah lebih dahulu menduduki Calcutta. Persaingan bahkan peperangan yang terjadi diantara mereka, telah mendorong mereka membentuk kongsi-kongsi dagang yang mendapat dukungan dan perlindungan dari pemerintah negaranya masing-masing.
Tujuan pembentukan kongsi itu, selain untuk menghilangkan persaingan diantara para pedagang yang berasal dari negara yang sama, juga sekaligus sebagai suatu perserikatan yang sempat mam[u bersaing dengan pedagang-pedagang dari negara lain.
Vereenigde Oost indische Compagnie (VOC)
Perkumpulan dagang hindia Timur, terjemahan dari Vereenigde Oost indische Compagnie (VOC) merupakan milik Belanda. Kongsi dagang VOC yang terbentuk dari 20 Maret 1602 itu mendapat pengesahan dari pemerintah Belanda berupa hak octroi (patent) atau perjanjian yang terdiri dari 46 pasal. Diantara octroi yang terpenting adalah sebagai berikut :
1)      Ing Vereenigde Oost indische Compagnie (VOC) mendapat hak untuk berdagang di daerah-daerah sebelah timur dari Cabobonna, Ezperanza (Tanjung harapan) sampai selat magelhaens.
2)      Orang atau badan lain tidak di perbolehkan berlayar atau berdagang di daerah tersebut. Itu berarti VOC memperoleh hak monopolli dagang.
3)      VOC berhak di daerah tersebut atas nama pemerintah antara lain merebut daerah-daerah, mendirikan benteng-benteng, mengadakan perjanjian dengan raja-raja untuk membentuk angkatan darat dan laut, memaklumkan perang atau damai, mencetak mata uang sendiri, dan menjalankan kehamikan.  





B.     Pengaruh Imprealisme dan Kolonialisme Terhadap Perubahan Politik, Sosial, ekonomi dan Ideologi di Nusantara
1.      Pengaruh imprealisme dan kolonialisme terhadap Politik
Penjajahan Belanda tidak saja menimbulkan penderitaan dan kemiskinan bagi rakyat, tetapi juga mengakibatkan perubahan dalam bidang politik dan pemerintahan.
Kebebasan para pemimpin bumiputra untuk mengambil keputusan dan menentukan suatu kebijakam, tidak lagi berlaku sejak pemerintahan kolonial Belanda. Begitu pula sistem pemerintahan raja-raja atau sultan yang tadinya berlaku secara turun temurun. Hal ini disebabkan pemerintah kolonial turut campur tangan dalam hal siapa yang harus memerintah sebagai sultan/raja. Siapa saja yang harus diangkat sebagai pejabat karton, sebagai patih, dan segala urusan lainnya yang berhubungan dengan urusan intern kesultanan atau kerajaan.
2.      Pengaruh Imprealisme dan kolonialisme terhadap perubahan Sosial
Perubahan sosial budaya masyarakat mulai terjadi sejak kedatangan bangsa Portugis. Perubahan ini selain disebabkan oleh rempah-rempah yang diangkut ke Eropa, tetapi juga menyebarkan budaya dan agama Kristen Katolik yang dilakukan dengan paksa. Hal ini tentu saja ditentang oleh masyarakat, terutama mereka telah memeluk agama Islam. Namun demikian, pengaruh tetap terjadi, sehingga perubahan sosial pun tak dapat dielakkan. Agama katolik yang dibawa oleh negara Portugis dan Protestan yang dibawa oleh Belanda ke Nusantara, akhirnya dianut pula oleh sebagian masyarakatnya.   
3.      Pengaruh Imprealisme dan Kolonialisme terhadap Perubahan Ekonomi
Kedatangan bangsa-bangsa Eropa pada awalnya hanya untuk berdagang. Mereka ingin membeli rempah-rempah dengan harga serendah-rendahnya. Lambat laun mereka bukan hanya berdagang, tetapi juga menjajah. Tujuannya adalah agar mereka dapat memonopoli perdagangan dan secara bebas dapat menetapkan aturan perdagangan dan harga pembelian.
4.      Pengaruh imprealisme dan kolonialisme terhadap perubahan ideologi
Masuknya imprealisme dan kolonialisme barat juga membawa pengaruh terhadap perubahan ideologi masyarakat di Nusantara. Nilai-nilai budaya bangsa yang sudah terpatri selama berabad-abad, secara bertahap mengalami perubahan sesuai dengan keinginan kaum imprealisme kolonialis. Agama Kristen yang dibawa oleh kaum Imprealisme Barat sering dipaksakan kepada masyarakat yang telah menganut agama tertentu, yaitu agama Islam, hindu, Budha, dan ada pula yang mengikuti kepercayaan leluhurnya.
Untuk melestarikan kekuasaannya, pemerintah kolonial Belanda menerapkan politik pecah pelah (devide et impera). Mereka tidak menghendaki adanya persatuan dan kesatuan dikalangan rakyat sesama bangsa Indonesia. Apabila bangsa Indonesia terpecah belah akan memudahkan pemerintah kolonial menanamkan pengaruh kekuasaannya. 




BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dari bab pembahasan pada bab II, maka dapat kami simpulkan bahwa Kedatangan bangsa Belanda di Indonesia pada pertama kalinya adalah semata-mata untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. jadi hal ini sebenarnya tujuan bangsa
Portugis lebih luas  rempah-rempah dan berbahaya daripada Belanda karena disamping mencari keuntungan juga didasarkan pada motif agama yaitu untuk meneruskan perjuangan melawan agama Islam dan menyiarkan agamanya (Kristen) serta sudah tentu tidak ketinggalan untuk memperoleh kejayaaan atau mengharumkan tanah airnya (gold, gospel, glory).

B.     Saran
Demikianlah pembahasan makalah kami semoga bermanfaat bagi kita semua. Kepada rekan sekalian untuk mencari literatur-literatur lain yang berkaitan dengan Sejarah. Kritik dan saran sangat kami harapkan demi untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Putra, Saronto. 2006. Sejarah; Program IPS. Surakarta: Citra Pustaka

Satradinata, kosoh.1975. Sejarah Perekonomian. Bandung

 


No comments:

Post a Comment