BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Anak Sangat Cerdas
Anak cerdas istimewa adalah anak yang memiliki
tiga komponen diatas rata-rata teman sebaya, yaitu Intellegence Quotient lebih
dan sama dengan 130,Task Comitment dan Creativity Quotient diatas rata - rata.
Dengan alat ukur ini maka siswa berhak mendapatkan pelayanan pendidikan khusus
yang bersifat individual untuk lebih memaksimalkan kemampuan mereka. Masalahnya
muncul karena masih banyak guru yang belum mengenal karakteristik anak cerdas
istimewa dan bentuk pelayanan yang tepat untuk memaksimalkan potensi terpendam
mereka. [1]
Dalam bidang ilmu anak cerdas istimewa juga
diketahui bahwa dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan istimewa
seorang anak lebih dipengaruhi oleh faktor genetik. Hal ini diketahui dari
berbagai penelitian pada anak kembar identik yang menunjukkan bahwa kans cerdas
istimewa secara bermakna akan jauh lebih besar pada anak-anak yang kembar
identik daripada yang non-identik.
Berkecerdasan istimewa murni dipengaruhi oleh
nature biologisnya. Walau begitu, gen pembawa sifat yang mana yang merupakan
penentu bahwa seorang anak adalah pembawa sifat cerdas istimewa, hingga saat
ini masih belum dapat ditentukan. Hal ini disebabkan karena kecerdasan istimewa
tidak ditentukan oleh satu faktor tetapi oleh banyak faktor. Karena itu, bentuk
berkecerdasan istimewa juga mempunyai keragaman yang cukup banyak.[2]
Adapun dalam mengidentifikasi peserta didik
cerdas istimewa menggunakan pendekatan multidimensional, kriteria yang
digunakan lebih dari satu (bukan sekedar intelligensi).[3]
Murid cerdas berbakat ialah anak-anak
yang menampilkan kapabilitas unjuk kerja yang tinggi dalam bidang-bidang
seperti intelektual, kreatif, artistik, kepemimpinan, kemampuan, atau
lapangan-lapangan akademik tertentu, dan memerlukan layanan-layanan atau
kegiatan yang tidak biasa di sediakan oleh sekolah dalam rangka untuk
mengembangkan kemampuannya secara penuh.[4]
Menurut skala yang dibuat oleh Wechsler,
murid cerdas berbakat adalah murid yang memiliki taraf intelegensi 130 atau
lebih, yang dibedakan atas luar biasa cerdas atau gifted (IQ 145 ke atas) dan
sangat cerdas atau superior (IQ 130-144) yang banyaknya 2,5 % dari banyaknya
murid.[5]
Berdasarkan uraian di atas jelaslah
yang dimaksud anak cerdas berbakat adalah anak yang memiliki taraf intelegensi
sangat tinggi, serta memiliki tingkat kreativitas yang tinggi pula, dan dengan
adegan kemampuannya memungkinkan bagi dirinya berhasil dengan baik dalam pekerjaan
atau karirnya. Murid seperti ini umumnya memerlukan program khusus yang
terencana selain dari program umumnya, biasanya di laksanakan di sekolah untuk
pengembangan kemampuannya.
B.
Faktor yang
Mempengaruhi Kecerdasan
Tingkat kecerdasan
seseorang berbeda-beda karena dalam perkembangan kecerdasan ada beberapa
faktor-faktor kecerdasan tersebut adalah sebagai berikut :[6]
1.
Faktor Bawaan
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak
lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah,
antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas
dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka
menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
2.
Faktor Minat dan Bawaan
yang Kha
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan
atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,
sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat
lebih giat dan lebih baik.[7]
3.
Faktor Pembentukan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri
seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelengensi. Di sini dapat dibedakan
antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau
pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.[8]
4.
Faktor Kematangan
Dimana organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan
telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak diherankan bila
anak-anak belulm mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di
kelas empat sekolah dasar, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi
anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan
soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umu.[9]
5.
Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga
bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya. Kelima faktor
tersebut di atas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang
lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya
berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.[10]
C.
Jenis-jenis
Kecerdasan
1.
Kecerdasan Intelektual (IQ)
Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ,
padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar.
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara
terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan
mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu,
inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan
dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir
rasional itu. sedangkan IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient, adalah
skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya
memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak
menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.[11]
Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ
merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali
diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad
ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari Universitas Stanford berusaha membakukan
test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma populasi,
sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada
masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap
individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap
masing-masing individu tersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk
mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.[12]
Inti kecerdasan intelektual ialah aktifitas otak. Otak adalah
organ luar biasa dalam diri kita. Beratnya hanya sekitar 1,5 Kg atau kurang
lebih 5 % dari total berat badan kita. Namun demikian, benda kecil ini
mengkonsumsi lebih dari 30 persen seluruh cadangan kalori yang tersimpan di
dalam tubuh. Otak memiliki 10 sampai 15 triliun sel saraf dan masing-masing sel
saraf mempunyai ribuan sambungan. Otak satu-satunya organ yang terus berkembang
sepanjang itu terus diaktifkan. Kapasitas memori otak yang sebanyak itu hanya
digunakan sekitar 4-5 % dan untuk orang jenius memakainya 5-6 %. Sampai
sekarang para ilmuan belum memahami penggunaan sisa memori sekitar 94 %.
Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara
metodik oleh IQ (Intellegentia Quotient) memegang peranan penting untuk
suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya tangkap
seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat
dipengaruhi oleh garis keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluarga ayah
dan ibu di samping faktor gizi makanan yang cukup.
IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai
seseorang dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan
dan kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seorang murid belajar dan memahami
berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab kesulitan belajar
pada seorang murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik (demam,
lemah, sakit-sakitan) dan gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak
adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan langsung antara kemampuan
bahasa si anak dengan IQ-nya. Apabila seorang anak dengan IQ tinggi masuk
sekolah, penguasaan bahasanya akan cepat dan banyak.
2.
Kecerdasan Emosional (EQ)
EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel
Golleman. Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman
(1995) berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu
pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan
intelektual atau “Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional
digerakkan oleh emosi.
Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994)
menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 %
dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut
Kecerdasan Emosional. Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ
mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ
tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan
kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk
menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.
Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk
“menjinakkan” emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif.
Seorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya
berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi.
3.
Kecerdasan Spiritual (SQ)
Selain IQ, dan EQ, di beberapa tahun terakhir juga berkembang
kecerdasan spiritual (SQ = Spritual Quotiens). Tepatnya di tahun 2000, dalam
bukunya berjudul ”Spiritual Intelligence : the Ultimate Intellegence, Danah
Zohar dan Ian Marshall mengklaim bahwa SQ adalah inti dari segala intelejensia.
Kecerdasan ini digunakan untuk menyelesaikan masalah kaidah dan nilai-nilai
spiritual. Dengan adanya kecerdasan ini, akan membawa seseorang untuk mencapai
kebahagiaan hakikinya. Karena adanya kepercayaan di dalam dirinya, dan juga
bisa melihat apa potensi dalam dirinya. Karena setiap manusia pasti mempunyai
kelebihan dan juga ada kekurangannya. Intinya, bagaimana kita bisa melihat hal
itu. Intelejensia spiritual membawa seseorang untuk dapat menyeimbangkan
pekerjaan dan keluarga, dan tentu saja dengan Sang Maha Pencipta.
Denah Zohar dan Ian Marshall juga mendefinisikan kecerdasan
spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu
kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang
lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang berperan
sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.
Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi dalam diri kita. Dari pernyataan
tersebut, jelas SQ saja tidak dapat menyelesaikan permasalahan, karena
diperlukan keseimbangan pula dari kecerdasan emosi dan intelektualnya. Jadi
seharusnya IQ, EQ dan SQ pada diri setiap orang mampu secara proporsional
bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwa-raga yang penuh keseimbangan. Dari
pernyataan tersebut, dapat dilihat sebuah model ESQ yang merupakan sebuah
keseimbangan Body (Fisik), Mind (Psikis) and Soul (Spiritual).
D.
Ciri-ciri Anak
Cerdas
Perbedaan program
pendidikan Anak Cerdas Berbakat dengan anak biasa bukan sekedar berbeda tetapi
secara kualitatif memang harus berbeda.
Perbadaan kualitatif ini mutlak perlu karena anak Anak Cerdas Berbakat
memiliki karakteristik dan kebutuhan serta permasalahan yang berbeda dari
peserta didik biasanya. Sekalipun pengembangan program pendidikan untuk peserta
didik Anak Cerdas Berbakat akan menyangkut berbagai pertimbangan aspek
filosofis, tujuan pendidikan peserta didik Anak Cerdas Berbakat.
Anak cerdas berbakat pada umumnya
umumnya memiliki karakteristik seperti berikut:
1.
Membaca pada usia lebih
mudah
2.
Membaca lebih cepat dan
lebih banyak
3.
Memiliki perbendaharaan
yang lua
4.
Mempunyai rasa ingin tahu
yang kuat
5.
Mempunyai minat yang luas,
juga terhadap masalah orang dewasa
6.
Mempunyai inisiatif dan
dapat bekerja sendir
7.
Menunjukan keaslian dalam
ungkapan variabl
8.
Memberi jawaban – jawaban
yang baik
9.
Dapat memberikan banyak
gagasan
10. Luwes dalam berfikir
A.
Perkembangan Anak Cerdas
Identifikasi anak
cerdas dan berbakat pada dasarnya dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu :
1.
Pada usia 1-2 tahun
Pada masa ini keunggulan dan kelemahan intelektual anak akan
tampak dengan mudah bila anak diberi rangsangan dengan tepat. Fungsinya ganda,
yaitu untuk mengetahui kemungkinan adanya perkembangan intelektual yang cepat
dan tidak terbatas pada bidang-
bidang bakat yang khas, serta untuk mengetahui kemungkinan
adanya kecacatan pada anak.
2.
Pada usia 2-6 tahun
Identifikasi anak usia ini dapat dilakukan dengan mengajak
anak bermain pada bidang yang disenanginya. Keberbakatan anak akan tampak dalam
kemampuan menyelesaikan tugas-tugas dan berbagai persoalan tanpa mengalami
kesulitan yang berarti, serta tidak banyak memerlukan bimbingan. Karena itu dalam
usia dini, orang tua, guru, kelompok bermain, dan TK tempat menjadi pelaksanaan
atau sumber informasi utama.
3.
Pada usia 6 tahun –
seterusnya
Pada masa sekolah informasi keberbakatan bisa diperoleh dari
orang tua terutama berkenaan dengan bidang-bidang yang disenangi, dari guru
terutama bidang prestasi, dan dari teman sebaya terutama bidang kepemimpinan,
kreatifitas, dan sosialisasinya.
Dalam identifikasi ini, penggunaan tes kecerdasan dan tes
lain seperti minat, kreativitas, motivasi juga penting dilakukan. Dengan
demikian pada dasarnya ada dua pendekatan untuk mengidentifikasi murid cerdas
dan berbakat, yaitu dengan cara studi kasus, dan melalui tes, atau penggabungan
keduanya.
B.
Pendidikan Anak
Cerdas
Penyelenggaraan
pendidikan bagi anak cerdas berbakat secara konvensional dapat dikelompokan ke
dalam beberapa model, antara lain :
1.
Akselerasi (acceleration)
Model akselerasi bisa dilakukan dalam berbagai bentuk, mulai
dari memasuki SD pada usia dini, loncat kelas atau mengikuti bidang studi
tertentu di kelas tinggi.
2.
Pengayaan (enrichment)
Model pengayaan yaitu dengan memberikan tugas-tugas tambahan
bagi siswa yang memiliki kemampuan unggul. Model ini dapat memenuhi harapan ana
cerdas berbakat dengan tidak memisahkan mereka dari teman-teman yang biasa.
3.
Kelas Unggul (ability
grouping)
Model ketiga adalah pengelompokan berdasarkan kemampuan.
Model ini dapat berupa kelas khusus didalam sekolah. Model pengelompokan
berdasarkan kemampuan di khawatiran akan menumbuhkan sikap ekslusif, elitisme,
dan memiliki peranan yang berbeda dari yang lain.
4.
Bimbingan Konseling
Bagi anak-anak cerdas dan berbakat, bimbingan konseling
merupakan sebuah kebutuhan. Memahami kekhasan siswa cerdas dan berbakat serta
peranan konseling dalam menangani permasalahan yang timbul akibat kekhasannya
adalah sangat penting. Dimana guru sebagai konselor bagi siswa berkemampuan
unggul sangat penting peranannya.
C.
Permainan Anak
Cerdas
Otak manusia
seperti hologram, terdiri dari tiga dimensi dengan bagian-bagian yang saling
berhubungan sebagai satu kesatuan. Itu sebabnya, bayi atau balita secara global
dapat menagkap dunia orang dewasa dan menciptakannya menjadi dunia baru lagi.
Pelajaran lebih mudah diterima bila mengaktifkan sejumlah panca indra dari pada
hanya diberikan secara abstrak saja. Untuk meningkatkan kecerdasan otak anak
dapat dilakukan dengan permainan brain gym. Brain gym didasarkan pada tiga
pokok yang sederhana :
1.
Belajar adalah kegiatan
yang alami dan menyenangkan yang terus terjadi sepanjang hidup.
2.
Kesulitan belajar adalah
ketikmampuan mengatasi sters dan keraguan dalam menghadapi suatu tugas yang
baru.
3.
semua mengalami “kesulitan
belajar” selama kita telah belajar untuk tidak bergerak.
Umunya kita
menerima saja keterbatasan dalam kita sebagai sesuatu yang tak dapat dielakkan
dan mungkin juga gagal menemukan manfaat dari stres yang positif. Gerakan brain
Gym adalah suatu usaha alternatif alami yang sehat untuk menghadapi ketegangan
dan tantangan pada diri sendiri dan orang lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Murid cerdas berbakat
adalah murid yang memiliki taraf intelegensi yang sangat tinggi, serta memiliki
tingkat kreativitas yang tinggi pula, dan dengan kemampuannya memungkinkan bagi
dirinya berhasil dengan baik dalam pekerjaan atau karirnya. Murid seperti ini
umumnya memerlukan program khusus yang terencana selain dari program umumnya
biasanya di laksanakan di sekolah untuk pengembangan kemampuan
Perbedaan program
pendidikan anak cerdas berbakat dengan anak biasa bukan sekedar berbeda tetapi
secara kualitatif memang harus berbeda. Perbedaan kualitatif ini mutlak perlu
karena anak cerdas berbakat memiliki karakteristik dan kebutuhan serta
permasalahn yang berbeda dari anak biasanya. Sekalipun pengembangan program
pendidikan untuk peserta didik anak cerdas berbakat akan menyangkut
pertimbangan aspek filosofis, tujuan pendidikan peserta didik anak cerdas
berbakat
Penyelenggaran
pendidikan bagi anak cerdas berbakat secara konvensional dapat dikelompokan ke
dalam beberapa model, antara lain :
a.
Akselerasi (acceleration)
b.
Pengayaan (enrichment)
c.
Kelas Khusus (ability grouping)
d.
Bimbingan Konseling
B.
Saran
Demikianlah poembahasna
makalah mengenai anak sangat cerdas / genius, semoga dapat bemrnafaat bagi
rekan sekalin. Kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi untuk perbaikan
makalah kami selanjutnya.
[4] H.
Sunarto, B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT
Rineka Cipta,, 1999), hal.116
[5] H.
Sunarto, B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, hal.117
[7] Abu Ahmadi & Widodo
Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991, hal : 32
[8] Abu
Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991,
hal : 33
[9] Fauziah
Nasution, Psikologi Umum, Fakultas Tarbiyah : IAIN SU, 2011
[10] Mar'at,
Samsunuwiyati, Psikologi Perkembangan. (PT. Remaja Rosdakarya; Bandung,
2006), h. 35
No comments:
Post a Comment