Sunday, March 31, 2019
Pojok Makalah 24: Makalah Analisis Strategi dan Lingkungan
Pojok Makalah 24: Makalah Analisis Strategi dan Lingkungan: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi hidup dalam suatu system yang selalu saling berhubungan dan mempengaruhi. Sehing...
Sistem Pengembangan Informasi "Developing Business IT“
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di era globalisasi saat
ini, dimana informasi dapat diakses secara “real time” sehingga tidak ada
dinding pembatas (baik secara geografis, politik, dan lain sebagainya),
masyarakat sangat haus akan kebutuhan informasi. Sehingga, tidak berlebihan
jika informasi dikategorikan sebagai kebutuhan pokok disamping kebutuhan akan
sandang, pangan dan papan. Seiring dengan hal itu, informasi telah berubah
bentuk menjadi suatu komiditi yang dapat diperdagangkan. Keadaan ini terbukti
dengan semakin berkembangnya bisnis pelayanan informasi, seperti stasiun
televisi, surat kabar, radio dan internet yang telah memasuki sendi-sendi
kehidupan manusia. Perubahan lingkungan yang pesat, dinamis dan luas tersebut
didukung oleh kemajuan teknologi informasi disegala bidang. Hal ini telah
mendorong transformasi masyarakat tradisional menjadi masyarakat informasi.
Perkembangan teknologi
informasi telah membawa dampak dalam kehidupan masyarakat. Sejak ditemukannya
komputer pada tahun 1955, peradaban dunia telah memasuki era informasi.
Teknologi informasi dengan komputer sebagai motor penggeraknya telah mengubah
segalanya. Pemrosesan informasi berbasis komputer mulai dikenal orang hingga
saat ini sudah banyak software yang dapat digunakan orang sebagai alat
pengelolaan data untuk menghasilkan informasi.
Teknologi informasi
muncul sebagai akibat semakin merebaknya globalisasi dalam kehidupan
organisasi, semakin kerasnya persaingan bisnis, semakin singkatnya siklus hidup
barang dan jasa yang ditawarkan. Untuk mengantisipasi semua ini, perusahaan
mencari terobosan baru dengan memanfaatkan teknologi. Teknologi diharapkan
dapat menjadi fasilitator dan interpreter. Semula teknologi informasi digunakan
hanya terbatas pada pemrosesan data. Dengan semakin berkembangnya teknologi
informasi tersebut, hampir semua aktivitas organisasi saat ini telah dimasuki
oleh aplikasi dan otomatisasi teknologi informasi.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang sudah dijelaskan, maka sebagai rumusan masalah dalam makalah ini
adalah tentang pengembangan sistem informasi.
1.
Bagaimana konsep dasar
sistem pengemabngan informasi?
2.
Apa yang dimaksud dengan
pengembangan sistem informasi?
3.
Bagaimana pendekatan
pengembangan sistem informasi ?
4.
Bagaimana proses pengembangan
informasi?
C.
Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini
adalah :
1.
Untuk mengetahui yang dimaksud
dengan pengembangan sistem informas
2.
Untuk mengetahui pendekatan
pengembangan sistem informasi
3.
Untuk mengetahui proses
pengembangan informasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Dasar Sistem
Informasi
1.
Definisi Sistem
Dalam mendefinisikan sistem, terdapat dua kelompok pendekatan, pertama
lebih menekankan pada prosedur dan lebih menekankan pada komponen atau
elemennya. Kedua pendekatan sistem yang merupakan jaringan kerja dari prosedur
lebih menekankan urut-urutan operasi di dalam sistem. Pendekatan sistem lebih
menekankan pada prosedur dan lebih menekankan pada komponen atau elemennya itu
sendiri. Suatu sistem adalah suatu
jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul
bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu
sasaran yang tertentu.[1]
Pendekatan sistem kedua lebih menekankan pada jaringan kerja dari
prosedur lebih menekankan urut-urutan operasi didalam sistem untuk
mendefinisikan sistemnya. Hal ini
diungkapkan Richard F. Neuschel (1960)
bahwa suatu prosedur adalah suatu urut-urutan operasi klerikal (tulis menulis),
biasanya melibatkan beberapa orang didalam satu atau lebih departemen, yang
diterapkan untuk menjamin penanganan yang seragam dari transaksi-transaksi
bisnis yang terjadi
Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponennya
mendefinisikan bahwa sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang saling berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kedua kelompok definisi ini adalah benar
dan tidak bertentangan, yang berbeda adalah cara pendekatannya. Karena pada
hakekatnya setiap komponen sistem, untuk dapat saling berinteraksi dan untuk
dapat mencapai tujuan tertentu harus melakukan sejumlah prosedur, metode, dan
cara kerja yang juga saling berinteraksi. Hal ini diungkapkan oleh beberapa
penulis yang banyak menggunakan pendekatan komponen dalam memberikan definisi
sistem diantaranya adalah Barry E. Cushing (1974), Gordon B. Davis (1974),
Robert G. Murdick, Thomas C. Fuller, Joel E.Ross (1978), George H. Bodnar
(1980), Robert J. Verzello / John Reuter III (1982), Henry C. Lucas, Jr.,
(1982), Robert A. Leitch / K. Roscoe Davis (1983), Stephen A. Moscove dan Mark
G. Simkin (1984), Frederick H. Wu (1984), John F. Nash, Martin B. Roberts
(1984), Robert H. Blissmer (1985), James O. Hicks, Jr., Wayne E. Leininger
(1986).
2.
Prinsip-prinsip
Pengembangan Sistem Informasi
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan sistem informasi yaitu:
a. Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen
Setelah sistem selesai
dikembangkan, maka yang akan menggunakan informasi dari sistem ini adalah
manajemen, sehingga sistem harus dapat mendukung, kebutuhan yang diperlukan
oleh manajemen. Pada waktu Anda mengembangkan sistem, maka prinsip ini harus
selalu diingat.[2]
b.
Sistem yang dikembangkan
adalah investasi modal yang besar
Sistem informasi yang
akan Anda kembangkan membutuhkan dana modal yang tidak sedikit, apalagi dengan
digunakannya teknologi yang mutakhir. Sistem yang dikembangkan ini merupakan
investasi modal yang besar. Seperti halnya dengan investasi modal lainnya yang
dilakukan oleh perusahaan, maka setiap investasi modal harus mempertimbangkan 2
hal, yaitu :
1)
Semua alternatif yang ada
harus diinvestigasi.
2)
Investasi yang terbaik
harus bernilai.
c.
Sistem yang dikembangkan
memerlukan orang-orang yang terdidik
Manusia merupakan faktor
utama yang menentukan berhasil tidaknya suatu sistem, baik dalam proses
pengembangannya, penerapannya, maupun dalam proses operasinya. Oleh karena itu
orang yang terlibat dalam pengembangan maupun penggunaan sistem ini harus
merupakan orang yang terdidik tentang permasalahan-permasalahan yang ada dan
terhadap solusi-solusi yang mungkin dilakukan.
d.
Tahapan kerja dan
tugas-tugas yang harus dilakukan dalam proses pengembangan sistem
Proses pengembangan
sistem umumnya melibatkan beberapa tahapan kerja dan melibatkan beberapa
personil dalam bentuk suatu team untuk mengerjakannya. Pengalaman menunjukan
bahwa tanpa adanya perencanaan dan koordinasi yang baik, maka proses
pengembangan sistem tidak akan berhasil dengan memuaskan. Untuk maksud ini
sebelum proses pengembangan sistem dilakukan, maka harus dibuat terlebih dahulu
skedul kerja yang menunjukkan tahapan-tahapan kerja dan tugas-tugas pekerjaan
yang akan dilakukan, sehingga proses pengembangan sistem dapat dilakukan dan
selesai dengan berhasil sesuai dengan waktu dan anggaran yang direncanakan.
e.
Proses pengembangan sistem
tidak harus urut
Prinsip ini kelihatannya
bertentangan dengan prinsip nomor 4, tetapi tidaklah sedemikian. Tahapan kerja
dari pengembangan sistem di prinsip nomor 4 menunjukkan langkah-langkah yang
harus dilakukan secara bersama-sama. Ingatlah waktu adalah uang. Misalnya di
dalam pengembangan sistem, perancangan output merupakan tahapan yang harus
dilakukan sebelum melakukan perancangan file. Ini tidak berarti bahwa semua
output harus dirancang semuanya terlebih dahulu baru dapat melakukan
perancangan file, tetapi dapat dilakukan secara serentak, yaitu sewaktu proses
pengadaan hardware.
f.
Jangan takut membatalkan
proyek
Umumnya hal ini
merupakan pantangan untuk membatalkan suatu proyek yang sedang berjalan.
Keputusan untuk meneruskan suatu proyek atau membatalkannya memang harus
dievaluasi dengan cermat. Untuk kasus-kasus yang tertentu, dimana suatu proyek
terpaksa harus dihentikan atau dibatalkan karena sudah tidak layak lagi, maka
harus dilakukan dengan tegas. Keraguan untuk terus melanjutkan proyek yang
tidak layak lagi karena sudah terserapnya dana kedalam proyek ini hanya akan
memubang dana yang sia-sia.
B.
Pengembangan Sistem
Informasi
Terdapat beberapa
pendapat yang menjelaskan mengenai definisi dari pengembangan sistem,
diantaranya :
1.
Pengembangan sistem
merupakan suatu proyek yang harus melalui suatu proses pengevaluasian seperti
pelaksanaan proyek lainnya. (Amsa, 2008)
2.
Pengembangan sistem dapat
berarti menyusun sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara
keseluruhan atau untuk memperbaiki sistem yang sudah ada
3.
Pengembangan sistem adalah
metode/prosedur/konsep/aturan yang digunakan untuk mengembangkan suatu sistem
informasi atau pedoman bagaimana dan apa yang harus dikerjakan selama
pengembangan sistem (algorithm). Metode adalah suatu cara, teknik sistematik
untuk mengerjakan sesuatu [3]
Pengembangan sistem informasi adalah kumpulan kegiatan para
analis sistem, perancang, dan pemakai yang mengembangkan dan
mengimplementasikan sistem informasi. Pengambangan sistem informasi merupakan
tahapan kegiatan yang dilakukan selama pembangunan sistem informasi.
Agar sistem informasi bekerja secara tepat, kita harus
mengelola secara aktif, menyesuaikan teknologi dengan situasi, dan menerima
tanggung jawab baik untuk sukses atau kegagalannya.
C.
Pendekatan
Pengembangan Sistem Informasi
Dilakukan dengan
menggunakan metodologi (suatu proses standar yang diikuti oleh organisasi untuk
melaksanakan seluruh langkah yang diperlukan untuk menganalisa, merancang,
mengimplementasikan, dan memelihara sistem informasi). Metodologi klasik yang
digunakan dikenal dengan istilah SDLC (System Development Life Cycle).[4]
1.
Pendekatan Konvensional
a.
Pemahaman masalah didasarka
pada pelaksanaan prosedur kerja.
b.
Pelaksanaan pengembangan
kerja diawali dengan melihat alur dokumen dari satu bagian organisasi ke bagian
organisasi lainnya, selanjutnya ditentukan proses-proses pengolahan datanya.
c.
Secara historis, digunakan
untuk mengembangkan sistem pengolahan transaksi yang ada di sistem fisik.
2.
Pendekatan Fungsional
a.
Dekomposisi permasalahan
dilakukan berdasarkan fungsi atau proses secara hirarki, mulai dari konteks
sampai proses-proses paling kecil (top down).
b.
Pengembangan dilaksanakan
denga melihat fungsi atau proses yang harus dilaksanakan oleh sistem, data yang
menjadi masukan atau keluaran, sumber dan tujuan data, serta tempat penyimpanan
data
3.
Pendekatan Struktur Data
a.
Sudut pandang pengembangan
adalah struktur data dari dokumen masukan/keluaran yang digunakan dalam sistem
b.
Struktur tersebut kemudian
dinyatakan secara hirarki dengan menggunakan konstruksi sequence, selection,
dan repetition sampai terlihat proses pembentukannya
4.
Information Engineering
a.
Sistem dibangun berdasarkan
kebutuhan informasi enterprise
b.
Pelaksanaan pengembangan
perlu diawali dengan proses perencanaan strategis informasi dan wilayah bisnis
c.
Cakupan pengembangan adalah
seluruh enterprise (enterprise-wide basis)
d.
Mengaplikasikan teknik
terstruktur dan automated tools
5.
Pendekatan Objek
a.
Sudut pandang pengembangan
sistem dilakukan berdasarkan objek-objek yang ada dalam sistem
b.
Sistem dipandang sebagai
kumpulan objek yang mempunyai atribut (data) dan operasi (layanan) yang saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya
c.
Setiap objek dalam sistem
dapat menerima pewarisan (inheritance) dari objek lainnya
d.
Setiap objek dapat
mempunyai kemampuan poliforisme
D.
Proses Pengembangan
Sistem Informasi
Dalam pengembangan
sistem informasi memiliki beberapa proses atau tahapan, diantaranya:
1.
Perencanaan Sistem
Merupakan suatu rangkaian kegiatan sejak ide pertama yang
melatarbelakangi pelaksanaan pengembangan sistem tersebut dilontarkan. Dalam
tahap ini sistem harus mendapatkan perhatian yang sama besarnya dengan
merencanakan proyek-proyek besar lainnya, seperti perencanaan pengadaan
perangkat jaringan teknologi informasi (TI), rencana membangun gedung kantor 15
tingkat. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh jika proyek pengembangan sistem
informasi direncanakan secara matang, mencakup:
a.
Ruang lingkup proyek dapat
ditentukan secara jelas dan tegas
b.
Dapat mengidentifikasi wilayah/area
permasalahan potensial
c.
Dapat mengatur urutan
kegiatan.
d.
Tersedianya sarana
pengendalian.
2.
Analisis Sistem
Analisis sistem adalah proses koleksi, pengaturan dan evaluasi fakta
tentang informasi yang dibutuhkan dan lingkungan tempat sistem akan dijalankan.
Dalam rangka pengumpulan fakta tentang informasi dan lingkungan sistem,
diantaranya meliputi hal-hal:
a.
Latar belakang informasi,
meliputi asal informasi, pemakai dan beban pengunaan.
b.
Prosedur, yaitu cara atau
tugas yang selama ini berjalan dan dikerjakan.
c.
Aliran informasi, meliputi
aliran data informasi dari satu bagian ke bagian lain.
d.
Penentuan masalah, yaitu
melalui langkah mulai dari penelaahan latar belakang informasi, prosedur dan
aliran informasi, maka akan dapat diketahui masalah yang ada.
Selanjutnya dengan pengelompokan informasi dan data sesuai
bidangnya, maka evaluasi pada analisis sistem harus dapat memberi gambaran
tentang:
a.
Beban kerja
b.
Pemanfaatan laporan
c.
Pengumpulan data masukan
d.
Analisa kode
e.
File induk
f.
Prosedur dan aliran
informasi
g.
Penelaahan berapa biaya
3.
Rancangan Sistem
Rancangan sistem ini meliputi kegiatan yang bertujuan untuk menggambarkan
wujud sistem yang akan dibuat, seperti halnya apabila kita akan membangun
rumah, maka rancangan sistem ini dapat kita analogikan dengan bentuk gambar
rumah yang akan kita bangun. Gambar dari rancangan sistem ini, pokok-pokoknya
meliputi:
a.
Tujuan
b.
Spesifikasi keluaran
c.
Spesifikasi masukan
d.
Spesifikasi file induk
e.
Prosedur dan aliran data
f.
Analisis biaya manfaat
g.
Persetujuan
Untuk memperoleh rancangan yang baik, keterlibatan pada
pemakai diperlukan. Hal ini disebabkan karena tujuan utama adalah
pemanfaatannya, disamping adanya proses kreatif dari ahli teknis (Sabarguna,
2003). Dengan kata lain, keterlibatan pemakai dari tahap analisis sampai
rancangan sistem diperlukan untuk menjaga agar sistem yang dirancang
benar-benar sesuai dengan kebutuhan.
4.
Pembangunan
Fisik/Konstruksi
Berdasarkan desain yang telah dibuat, konstruksi atau pengembangan sistem
yang sesungguhnya (secara fisik) dibangun. Tim teknis merupakan tulang punggung
pelaksanaan tahap ini, mengingat semua hal yang bersifat konseptual harus
diwujudkan dalam suatu konstruksi teknologi informasi dalam skala yang lebih
detail. Dari semua tahap yang ada, tahap konstruksi inilah yang biasanya paling
banyak melihatkan sumber daya terbesar, terutama dalam hal penggunaan SDM,
biaya, dan waktu. Pengendalian terhadap manajemen proyek pada tahap konstruksi
harus diperketat agar penggunaan sumber daya dapat efektif dan efisien.
Bagaimanapun, hal ini akan berdampak terhadap keberhasilan proyek sistem
informasi yang diselesaikan secara tepat waktu. Akhir dari tahap konstruksi
biasanya berupa uji coba atas sistem informasi yang baru dikembangkan.[5]
5.
Implementasi Sistem
Pada implementasi sistem, tahapan yang perlu diikuti antara lain:
a.
Pembuatan program
b.
Pelatihan
c.
Konversi file
d.
Uji coba sistem
e.
Dokumentasi
Secara umum, yang perlu diperhatikan adalah perangkat keras,
perangkat lunak dan pemakai agar bisa berjalan sesuai dengan tujuan dan
diperoleh manfaat.
6.
Pemeliharaan Sistem
Sistem yang
telah terbentuk dan berjalan, harus dipelihara agar:
a.
Bisa terus berjalan secara
mulus.
b.
Bila ada kerusakan kecil
dapat segera diketahui dan tidak menjadi besar.
c.
Menjamin agar sistem yang
ada bisa dikendalikan dari kemungkinan kerusakan yang fatal.
Manfaat pemeliharaan yang terarah sudah bisa dilihat, tetapi
pelaksanaan sering tidak semudah itu karena kemalasan atau karena alasan
penghematan biaya. Padahal pemeliharaan merupakan dasar penghematan biaya pada
sektor perbaikan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan teknologi
informasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam
memahami komponen teknologi informasi, seperti perangkat keras dan perangkat
lunak komputer. Sistem jaringan baik berupa LAN ataupun WAN dan sistem
telekomunikasi yang akan digunakan untuk mentransfer data. Kebutuhan akan
tenaga yang berbasis teknologi informasi masih terus meningkat.
Hal ini bisa terlihat
dengan banyaknya jenis pekerjaan yang memerlukan kemampuan di bidang teknologi
informasi di berbagai bidang serta jumlah SDM berkemampuan di bidang teknologi
informasi masih sedikit, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia.
Keberadaan bisnis yang tersebar di banyak tempat dengan berbagai ragam
perangkat keras dan lunak mulai menyadari tentang betapa pentingnya untuk
mempercayakan dukungan bagi keberhasilan pengolahan data komputernya kepada
satu sumber yang dapat dipercaya.
B.
Saran
Demikian pembahasan
makalah mengenai sistem pengembangan informasi, semoga dapat bermanfaat bagi
rekan sekalian. Kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi untuk perbaikan
makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hendri Murti Susanto, Pengembangan
Sistem Informasi Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (Jurnal
Pendidikan Humaniora Vol. 3 No. 2, Hal 93-105,
pISSN: 2338-8110/eISSN: 2442-3890, Juni 2015)
HM, Yogiyanto. Analisis
dan Disain Sitem Informasi: Pendekatan Terstruktur. (Yogyakarta: Andi
Offset, 1995)
Husein, M.F dan Wibowo, A. Sistem
Informasi Manajemen (Edisi Revisi). (Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan AMP YKPN, 2002)
Rudi Hermawan, Sistem
Informasi Penjadwalan Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis Web, (Jurnal
Pdf IJSE – Indonesian Journal on
Software Engineering, Program Studi Sistem Informasi STMIK ProVisi Semarang,
Volume 2 No 1 – 2016)
[1] HM, Yogiyanto. Analisis
dan Disain Sitem Informasi: Pendekatan Terstruktur. (Yogyakarta: Andi
Offset, 1995), h. 67
[2] Husein, M.F dan Wibowo, A.
Sistem Informasi Manajemen (Edisi Revisi). (Yogyakarta: Unit Penerbit
dan Percetakan AMP YKPN, 2002), h. 53
[3] Husein, M.F dan Wibowo, A.
Sistem Informasi Manajemen (Edisi Revisi). (Yogyakarta: Unit Penerbit
dan Percetakan AMP YKPN, 2002), h. 55
[4] Rudi Hermawan, Sistem
Informasi Penjadwalan Kegiatan Belajar Mengajar Berbasis Web, (Jurnal
Pdf IJSE – Indonesian Journal on
Software Engineering, Program Studi Sistem Informasi STMIK ProVisi Semarang, Volume
2 No 1 – 2016), h. 33
[5] Hendri Murti Susanto, Pengembangan
Sistem Informasi Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (Jurnal
Pendidikan Humaniora Vol. 3 No. 2, Hal 93-105, pISSN: 2338-8110/eISSN: 2442-3890, Juni 2015),
h. 95
Makalah Model Sistem Desain Pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Belajar
adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah
tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat.
Pembelajaran merupakan proses transfer ilmu yang melibatkan sistem dalam dunia
pendidikan yaitu; guru/pendidik, peserta didik, materi, tujuan dan alat. Dalam
pembelajaran yang didesain atau direncanakan haruslah efektif dan efisien
sehingga tujuan pembelajaran tercapai dan diterima dengan baik oleh peserta
didik sehingga tujuan nasional pendidik
mampu dicapai dengan baik.
Dalam
pembelajaran dan pendidikan seiring dengan berkembangnya pendidikan dan sistem
pendidikan di Indonesia, seluruh elemen masyarakat, utamanya yang terkait
langsung dengan pendidikan dituntut untuk lebih kreatif dan profesional untuk
mengembangkan pendidikan. Selain itu, para pelaku pendidikan juga diharapkan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan bersama sesuai dengan kebutuhan
dan tantangan pendidikan.
Seiring
dengan berkembangnya pendidikan dan sistem pendidikan di Indonesia, seluruh
elemen masyarakat, utamanya yang terkait langsung dengan pendidikan dituntut
untuk lebih kreatif dan profesional untuk mengembangkan pendidikan. Selain itu,
para pelaku pendidikan juga diharapkan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan bersama sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pendidikan.
Untuk
itulah perlu adanya cara atau metode untuk menjawab tangtangan – tantangan yang
muncul seiring dengan berkembangnya waktu, maka muncullah cara atau metode yang
disebut perencanaan dan desain pembelajaran yang diharapkan akan lebih
memudahkan proses belajar mengajar, dan khususnya yang berkaitan dengan
pendidikan agama islam.
Maka
dari itu pada makalah ini akan dibahas mengenai pengertian perencanaan,
desain-desain pembelajaran yang tujuannya untuk mempermudah dalam prosese
belajar mengajar.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah Pengertian Desain Pembelajaran ?
2. Apakah Pengertian Perencanaan Pembelajaran ?
3. Bagaimanakah Pentingnya Desain Pembelajaran ?
4. Apakah Manfaat Perencanaan Pembelajaran ?
C.
Tujuan
Pembahasan
1.
Untuk
Mengetahui Pengertian Desain Pembelajaran.
2.
Untuk
Mengetahui Pengertian Perencanaan Pembelajaran.
3.
Untuk
Mengetahui Pentingnya Desain Pembelajaran.
4.
Untuk
Mengetahui Manfaat Perencanaan Pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Desain Pembelajaran
Desain
pembelajaran menurut istilah dapat didefinisikan beberapa jenis : 1. Proses
untuk menentukan metode pembelajaran apa yang paling baik dilaksanakan agar
timbul perubahan pengetahuan dan keterampilan pada diri pembelajar ke arah yang
dikehendaki (Reigeluth). (2.) Rencana tindakan yang terintegrasi meliputi
komponen tujuan, metode dan penilaian untuk memecahkan masalah atau memenuhi
kebutuhan (Briggs). (3.) Proses untuk merinci kondisi untuk belajar, dengan
tujuan makro untuk menciptakan strategi dan produk, dan tujuan mikro untuk
menghasilkan program pelajaran atau modul atau suatu prosedur yang terdiri dari
langkah-langkah, dimana langkah-langkah tersebut di dalamnya terdiri dari
analisis, merancang, mengembangkan, menerapkan dan menilai hasil belajar (Seels
& Richey AECT 1994). (4.)Suatu proses desain dan sistematis untuk
menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, serta membuat kegiatan
pembelajaran lebih mudah, yang didasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai
teori-teori pembelajaran, teknologi informasi, sistematika analisis, penelitian
dalam bidang pendidikan, dan metode-metode manajemen. [1]
Jadi,
dapat disimpulkan Desain Pembelajaran merupakan proses sistematis pengembangan
paket pembelajaran menggunakan teori belajar dan teori pembelajaran untuk
menjamin terwujudnya pembelajaran yang berkualitas. Proses yang dimaksud
meliputi analisis kebutuhan dan tujuan belajar siswa, pengembangan sistem
penyampaian untuk mencapai tujuan tersebut. termasuk di dalamnya pengembangan
materi/ paket dan kegiatan pembelajaran, mengujicobakan dan mengevaluasi semua
kegiatan pembelajaran dan aktifitas siwa. Desain pembelajaran lebih
memerhatikan pada pemahaman, pengubahan, dan penerapan metode-metode
pembelajaran. Hal ini mengarahkan untuk memilih dan menentukan metode apa yang
dapat digunakan untuk mempermudah penyampaian bahan ajar agar dapat diterima
dengan mudah oleh siswa.
B.
Pengertian
Perencanaan Pembelajaran
Berkenaan
dengan perencanaan, William H. Newman dalam bukunya Administrative Action
Techniques of Organization and Management mengemukakan bahwa “Perencanaan
adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengendung
rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan,
penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur
tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.”[2]
Terry
menyatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan. Perencanaan
mencakup kegiatan pengambilan keputusan. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk
mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola tindakan
untuk masa mendatang.
Dalam
konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan
materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode
pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada
masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari
pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah
suatu proses yang dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu, dan
mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar serta mencapai
tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dengan langkah-langkah penyususnan
materi pembelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan metode dan
pendekatan pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan
dilaksanakan dalam waktu tertentu.
C.
Pentingnya
Desain Pembelajaran
Desain
pembelajaran memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran,
hal ini dimungkinkan karena dengan merancang desain pembelajaran, seorang
desainer (dalam hal ini guru) memiliki peran vital dalam merumuskan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan memiliki kesadaran akan pentingnya
tujuan pembelajaran, maka guru akan berupaya untuk melakukan berbagai aktifitas
dalam rangka mewujudkan tujuan pembelajaran, seperti merumuskan bahan
instruksional, memilih strategi instruksional, memilih media dan alat
pembelajaran, merancang alat evaluasi, dan lain sebagainya.[3]
Dengan
kesadaran dan keinginan dari guru untuk merancang desain pembelajaran yang
berkualitas, diharapkan proses pembelajaran akan berlangsung secara
menyenangkan, menarik, dan tentu saja berorientasi pada tujuan umum yang ingin
dicapai. Dampaknya, secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia.
Pentingnya
desain dan perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar dapat di capai perbaikan
pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai
berikut :
1. Perbaikan Kualitas Pembelajaran
Perbaikan kualitas pembelajaran haruslah diawali dengan
perbaikan desain pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat dijadikan titik
awal dari upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ni dimungkinkan karena
dalam desain pembelajaran, tahapan yang akan dilakukan oleh guru atau dosen dalam
mengajar telah dirancang dengan baik, mulai dari mengadakan analisis dari
tujuan pembelajaran sampai dengan pelaksanaan evaluasi sumatif yang tujuannya
untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Pembelajaran Dirancang dengan Pendekatan Sistem
Untuk mencapai kualitas pembelajaran, desain
pembelajaran yang dilakukan haruslah didasarkan pada pendekatan sistem. Hal ini
disadari bahwa dengan pendekatan sistem, akan mmberikan peluang yang lebih
besar dalam mengintegrasikan semua variabel yang mempengaruhi belajar, termasuk
keterkaitan antar variabelpengajaran yakni variabel kondisi pembelajaran,
variabel, metode, dan variabel hasil pembelajaran.
3. Desain Pembelajaran Mengacu pada Bagaimana
Seseorang Belajar
Kualitas pembelajaran juga banyak tergantung pada
bagaiman pembelajaran itu dirancang. Rancangan pembelajaran biasanya dibuat
berdasarkan pendekatan perancangnya. Apakah bersifat intuitif atau bersifat
ilmiajh. Jika bersifat intuitif, rancangan pembelajaran tersebut banyak diwarnai
oleh kehendak perancangnya. Akan tetapi, jika dibuat berdasarkan pendekatan
ilmiah, rancangan pembelajaran tersebut diwarnai oleh berbagai teori yang
dikemukakan oleh para ilmuwan pembelajaran.
4. Desain Pembelajaran Diacukan pada Siswa
Perorangan
Seseorang belajar memiliki potensi yang perlu
dkembangkan. Tindakan atau perilaku belajar dapat ditata atau dipengaruhi,
tetapi tindakan atau perilaku belajar itu akan tetap berjalan sesuai dengan
karakteristik siswa. Siswa yang lambat dalam berpikir, tidak mungkin dapat
dipaksa segera bertindak secara cepat. Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan
berpikir yang tinggi tidak mungkin dipaksa bertindak dengan cara lambat. Dalam
hal ini perencanaan pembelajaran tidak diacukan pada individu yang belajar
seperti ini, maka bsar kemungkinan bahwa siswa yang lambat belajar akan
tertinggal, dan yang cepat berpikir makin maju pembelajarannya.[4]
5. Desain Pembelajaran Harus Diacukan pada Tujuan
Hasil pembelajaran mencakup hasil langsung dan hasil tak
langsng. Perancangan pembelajaran perlu memilah hasil pembelajaran yang
langsung dapat diukur setelah selesai pelaksanaan pembelajaran, dan hasil
pembelajaran yang dapat terukur setelah melalui keseluruhan proses
pembelajaran, atau hasil pengiring. Perancang pembelajaran sering kecewa dengan
hasil nyata yang dicapainya karena ada sejumlah hasil yang tidak segera bisa
diamati stelah pmbelajaran berakhir terutama hasil pembelajaran yang termasuk
pada ranah sikap. Padahal ketercapaian ranah sikap biasanya terbentuk setelah
secara kumulatif dan dalam waktu yang relatif lama terintegrasi keseluruhan
hasil langsung pembelajaran.
6. Desain Pembelajaran Diarahkan pada Kemudahan
Belajar
Sebagaimana disebutkan diatas, pembelajaran adalah upaya
membelajarkan siswa dan perancangan pembelajaran merupakan penataan upaya
tersebut agar muncul perilaku belajar. Dalam kondisi yang ditata dengan baik,
strategi yang direncanakan akan memberikan peluang dicapinya hasil
pembelajaran.
7. Desain Pembelajaran Melibatkan Variabel
Pembelajaran
Desain pembelajaran diupayakan mecakup semua variabel
pembelajaran yang dirasa turut mempengaruhi belajar. Ada tiga variabel
pembelajaran yang perlu dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran. Ketiga
variabel tersebut adalah variabel kondisi, metode, dan variabel hasil pembelajaran.
Dalam variabel kondisi ini adalah tujuan pembelajaran, krakteristik bidang
studi dan karateristik siswa. Adapun variabel metode pembelajaran mencakup
semua cara yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam kondisi
tertentu yaitu strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian
pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran. Adapun variabel hasil
pembelajaran mencakup semua akibat yang muncul dari penggunaan metode pada
kondisi tertentu, sepeti kefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran, dan
daya tarik pembelajaran.
8. Desain Pembelajaran Penetapan Metode untuk
Mencapai Tujuan
Inti dari desain pembelajaran adalah menetapkan metode
pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Fokus utama perancangan pembelajaran adalah pada pemilihan, penetapan, dan
pengembangan variabel metode pembelajaran.
Ada tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan
metode pembelajaran. Ketiga prinsip tersebut adalah 1) tidak ada satu metode pembelajaran
yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi, 2) metode pembelajaran yang
berbeda memilik pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran,
dan 3) kondisi pembelajaran bisa memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil
pengajaran.
D.
Manfaat
Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan
pengajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas
sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan
pengajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran
berlangsung. Ada beberapa manfaat perencanaan pembelajaran , di antaranya
adalah:
1. Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar
secara tepat.
Dengan perencanaan yang tepat, maka guru dapat
menentukan sumber-sumber belajar yang dianggap tepat untuk mempelajari suatu
bahan pembelajaran sebab saat ini banyak sekali sumber belajar yang ditawarkan
baik melalui media cetak maupun elektronik.
2. Perencanaan akan membuat pembelajaran
berlangsung secara sistematis.
Dengan perencanaan yang baik, maka pembelajaran tidak akan
berlangsung seadanya, tetapi akan terarah dan terorganisir dan guru dapat
memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk mencapai tujuan pembelajaran.[5]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Desain
Pembelajaran merupakan proses sistematis pengembangan paket pembelajaran
menggunakan teori belajar dan teori pembelajaran untuk menjamin terwujudnya
pembelajaran yang berkualitas. Perencanaan pembelajaran adalah suatu proses
yang dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta
didik untuk memiliki pengalaman belajar serta mencapai tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan dengan langkah-langkah penyusunan materi pembelajaran,
penggunaan media pengajaran, penggunaan metode dan pendekatan pengajaran, dan
penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan dalam waktu
tertentu.
Pentingnya
desain dan perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar dapat di capai perbaikan
pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai
berikut :
1. Perbaikan Kualitas Pembelajaran
2. Pembelajaran Dirancang dengan Pendekatan Sistem
3. Desain Pembelajaran Mengacu pada Bagaimana
Seseorang Belajar
4. Desain Pembelajaran Diacukan pada Siswa
Perorangan
5. Desain Pembelajaran Harus Diacukan pada Tujuan
6. Desain Pembelajaran Diarahkan pada Kemudahan
Belajar
7. Desain Pembelajaran Melibatkan Variabel
Pembelajaran
8. Desain Pembelajaran Penetapan Metode untuk
Mencapai Tujuan
DAFTAR PUSTAKA
B. Uno Hamzah, Perencanaan
Pembelajaran (Jakarta : Bumi Aksara, 2009)
Gafur, Abdul. Desain Pembelajaran:
Konsep, Model, dan Aplikasinya dalam Perencanaan, Jakarta : PT Rosdakarya,
2008.
Harjanto. Perencanaan Pengajaran.
Jakarta : Rineka Cipta, 2008.
Majid, Abdul. Perencanaan
Pembelajaran. Bandung: Penerbit Rosda Karya, 2011.
[1] Gafur, Abdul. Desain Pembelajaran: Konsep, Model, dan
Aplikasinya dalam Perencanaan, (Jakarta : PT. Rosdakarya, 2008 ) h. 56
[2] Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran (Bandung : Penerbit
Rosda Karya, 2011) h. 34
[3] Hamzah B, Uno, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2009) h. 4
[4] Hamzah B, Uno, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2009) h. 6
[5] Harjanto. Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) 54
Subscribe to:
Posts (Atom)