BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Gangguan mental atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau
perilaku yang pada umumnya terkait dengan stres atau kelainan mental yang tidak
dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut
didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitif atau
persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem
saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang
kondisi kesehatan mental telah berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan
budaya, dan saat ini masih terdapat perbdaan tentang definisi, penilaan dan
klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan secara luas.
Lebih dari sepertiga orang di sebagian besar negara-negara melaporkan masalah
pada satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau
beberapa tipe umum dari kelainan mental.
Penyebab gangguan mental bervariasi dan pada beberapa kasus tidak jelas,
dan teori terkadang menemukan penemuan yang rancu pada suatu ruang lingkup
lapangan. Layanan untuk penyakit ini terpusat di rumah sakit jiwa atau di
masyarakat sosial, dan penilaian diberikan oleh psikiater, psikolog klinik, dan
terkadang psikolog pekerja sukarela, menggunakan beberapa variasi metode tetapi
sering bergantung pada observasi dan tanya jawab. Perawatan klinik disediakan
oleh banyak profesi kesehatan mental.Psikoterapi dan pengobatan psikiatrik
merupakan dua pilihan pengobatan umum, seperti juga intervensi sosial, dukungan
lingkungan, dan pertolongan diri.[1]
Pada beberapa kasus terjadi penahanan paksa atau pengobatan paksa dimana
hukum membolehkan. Stigma atau diskriminasi dapat menambah beban dan kecacatan
yang berasosiasi dengan kelainan mental (atau terdiagnosa kelainan mental atau
dinilai memiliki kelainan mental) yang akan mengarh ke berbagai gerakan sosial
dalam rangka untuk meningkatkan pemahanan dan mencegah pengucilan sosial.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana Latar
Belakang Lahirnya Kesehatan Mental?
2. Bagaimana
Definisi Dan Pengertian Kesehatan Mental?
3. Apa yang
dimaksud dengan gangguan Mental ?
4. Apa saja
Jenis-Jenis Gangguan Jiwa?
5. Apa yang
dimaksud dengan Enosimania
6. Apa saja Penyebab
dan Gejala Enosimania?
C. Tujuan
Adapun tujuan pembahasan
makalah ini adalah :
1.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Sosial
2. Untuk
mengetahui pengertian dan gejala enosimania
3.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar
Belakang Lahirnya Kesehatan Mental
Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini
terutama karena masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah
dapat diamati dan terlihat. Berbeda dengan gangguan fisik yang dapat dengan relatif mudah dideteksi,
orang yang mengalami gangguan kesehatan mental sering sekali tidak terdeteksi,
sekalipun oleh anggota keluarganya sendiri.[2]
Khusus untuk masyarakat Indonesia, masalah kesehatan mental saat ini
belum begitu mendapat perhatian yang serius. Orang masih fokus pada masalah
kuratif, kurang memperhatikan hal-hal pervenrif untuk menjaga mental supaya
tetap sehat. Tingkat pendidikan yang beragam dan terbatasnya pengetahuan
mengenai perilaku manusia turut membawa dmpak kurangnya kepekaan masyarakat
terhadap anggotanya yang mestinya mendapatkan pertolongan di bidang kesehatan
mental. Faktor budayapun sering kali membuat masyarakat memilki pandangan yang
beragam mengenai penderita gangguan mental.
Kalau kita perhatikan orang-orang dalam kehidupanya sehari-hari, akan
bermacam-macam yang terlihat. Ada orang yang kelihatannya selalu gembira dan
bahagia, walau apapun keadaan yang dihadapinya. Dia disenangi orang, tidak ada
yang membenci atau tidak menyukainya, dan pekerjaannya selalu berjalan dengan
lancar.
Sebaliknya ada pula orang yang sering mengeluh dan bersedih hati, tidak
cocok dengan orang lain dalam pekerjaan, tidak bersemangat serta tidak dapat
memikul tanggung-jawab. Hidupnya dipenuhi kegelisahan, kecemasan dan
ketidakpuasan, dan mudah diserang oleh penyakit-penyakit yang jarang dapat
diobati.
Gejala-gejala yang menggelisahkan masyarakat itulah, yang mendorong para
ahli Ilmu Jiwa untuk berusaha menyelidiki apa yang menyebabkan tingkah laku
orang berbeda, kendatipun kondisinya sama. Juga apa sebabnya ada orang yang
tidak mampu mendapatkan ketenangan dan kebahagian dalam hidup ini. Usaha ini
menumbuhkan satu cabang termuda Ilmu Jiwa, yaitu Kesehatan Mental (Mental
Hygiene).[3]
B. Definisi Dan
Pengertian Kesehatan Mental
Memahami pengertian health, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
sebagai “kesehatan” (Echols & Shadily, 1981) tidaklah sederhana seperti
yang dibayangkan. Namun sebagian besar orang bahkan mahasiswa psikologi
sekalipun umumnya mendefinisikan sehat atau kesehatan lebih berfokus pada
masalah fisik, seperti bebas dari penyakit dan cacat atau berfungsinya alat-alat
tubuh secara penuh sehinnga orang dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Banyak pengertian dan definisi tentang kesehatan mental yang diberikan
oleh para ahli, sesuai dengan pandangan dan bidangnya masing-masing.
1.
Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari
gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa
(psychose).
Definisi yang pertama ini, banyak mendapat sambutan dari kalangan
psikiatri (kedokteran jiwa). Ng Menurut definisi ini, orang yang sehat
mentalnya adalah orang yang terhindar dari segala gangguan dan penyakit jiwa.
Tapi secara ringkas dapat dikatakan bahwa orang menderita gangguan jiwa
bila: sering cemas tanpa diketahui sebabnya, malas, tidk ada kegairahan untuk
bekerja, rasa badan lesu dan sebagainya. Gejala-gejala tersebut dalam tingkatan
lanjutnya terdapat pada penyakit anxiety, neurasthenia, hysteria dan
sebagainya.
Sedangkan sakit jiawa adalah orang yang pandanganya jauh berbeda dari
pandangan orang pada umumnya, jauh dari realitas, yang dalam istilah sehari-hari
kita kenal miring, gila dan sebagainya.
Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.
Definisi kedua ini lebih luas dn bersifat umum, karena dihubungkan
dengan kehidupan secara keseluruhan. Kesanggupan untuk menyesuaikan diri itu,
akan membawa orang kepada kenikmatan hidup dan terhindar dari kecemasan,
kegelisahan, dan ketidak puasan.
Untuk dapat menyesuaikan diri dengan sendiri, kita harus lebih dulu
mengenal diri kita dan menerimanya sebagimana adanya, lalu bertindak sesuai
dengan kemampuan dan kekurangan yang ada pada kita. Begitupun dengan
menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan kita harus bisa mengenal dan
memahami dan meneliti orang lain dan lingkungan itu secara objektif, yaitu
menurut perasaan dan ukuran kita.[4]
Jadi menurut definisi yang kedua ini, orang yang sehat mentalnya ialah
orang yang dapat menguasai segala fakator dalam hidupnya, sehingga ia dapat
menghindarkan tekanan-tekanan perasaan atau hal-hal yang membawa kepada
frustasi.
Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk
mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada
semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagian diri dan orang lain;
serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.
Menurut definisi ini mendorong orang memperkembangkan dan memanfaatkan
segala potensi yang ada. Jangan sampai ada bakat yang tidak bertumbuh dengan
baik, atau yang digunakan dengan cara yang tidak membawa kepada kebahagian,
yang menggangu hak dan kepentingan orang lain. Bakat yang tidak dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik, akan membawa kepada kegelisahan dan petentangan
bathin.
Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh
antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi
problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagian dan
kemampuan dirinya.
Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan dan
keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerja sama satu sama lain,
sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan, yang menjaukan orang dari
perasaan ragu dan bimbang, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan
bathin (konflik).
Keharmonisan antara fungsi jiwa dan tindakan tegas itu dapat dicapai
antara lain dengan keyakinan akan ajaran agama, keteguhan dalam mengindahkan
norma-norma sosial, hukum, moral, dan sebagainya.[5]
Menurut Mustafa Fahmi, mendefinisikan kesehatan mental menjadi dua pola
yaitu: Pertama, pola neatif (salabiy), bahwa kesehatan mental adalah
terhindarnya seseorang dari gejala neurosis (al-amradh al-‘ashabiyah) dan
psikosis (al-amradh al-dzibaniyah). Kedua, pola positif (ijyabi), bahwa
kesehatan mental adalah kemampuan individu dalam penyesuaian terhadap diri
sendiri dan terhadap lingkungan sosialnya.
Menurut Jalaludi Rahmat, “Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin
yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk
menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri
secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”. Sedangkan menurut
paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
C. Pengertian
gangguan Mental
Gangguan mental atau penyakit mental adalah pola psikologis atau
perilaku yang pada umumnya terkait dengan stress atau kelainan mental yang
tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. Gangguan
tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitif
atau persepsi, yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau
sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. [6]
Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan mental telah berubah
sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat
perbedaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman
standar telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di sebagian
besar negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup mereka yang
memenuhi kriteria salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan mental.
D. Jenis-Jenis
Gangguan Jiwa
1. Gamomania
Gamomania atau obsesi untuk
mengajukan pernikahan. Gangguan jiwa jenis ini memang cukup aneh (mungkin Anda
juga belum pernah menjumpai atau mendengar gangguan jiwa jenis ini) dimana
seseorang yang dikatakan mengalami Gamomania ini biasanya memiliki obsesi
mengajukan atau mengajak menikah kepada orang-orang yang berbeda dalam waktu
yang sama. Dalam banyak kasus, Gamomania ini dapat memicu terjadinya poligami.
2. Climomania
Orang yang mengalami Climomania ini
akan cenderung memiliki keinginan untuk berlama-lama di atas kasur terlebih
kalau sedang musim dingin. Penderita Climomania ini mempunyai keinginan atau
obsesi untuk selalu ada di atas kasur dalam jangka waktu lama, bahkan bisa
sampai seharian. Climomania berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti
“obsesi tidur”.
3. Onomatomania
Onomatomania tak kalah
menggelikannya dibandingkan gangguan jiwa jenis lainnya. Pada penderita
Onomatomania ini ia memiliki obsesi untuk mengulang kata-kata khusus karena
dianggap menggangu pikirannya.
4. Enosimania
Enosimania ini mungkin dalam
beberapa hal bisa positif karena akan menimbulkan sikap kehati-hatian, perfect,
dan lainnya. Namun kalau berlebihan maka akan membuat diri menjadi tidak nyaman.[7]
Enosimania ialah keadaan dimana
seseorang takut melakukan kesalahan besar, takut mendapatkan kritikan, dan
lain-lain. Gejala yang biasanya terjadi pada orang yang mengalami Enosimania
meliputi detak jantung yang tidak menentu, timbul rasa muak, berkeringat, napas
menjadi pendek dan cepat.
5. Demonomania
Demonomania ini sangat erat
kaitannya dengan eksistensi makhluk atau alam gaib. Orang yang menderita
gangguan kejiwaan jenis ini selalu memiliki perasaan ketakutan yang berlebihan,
bahkan ketakutan dirasuki oleh roh jahat dari alam gaib ke dalam tubuhnya.
Orang yang mengalami Demonomania ini akan semakin parah setelah ia melihat
film-film horor, membaca buku horor atau mendengarakan cerita horor.[8]
6. Aboulomania
Coba diingat-ingat apakah Anda
termasuk orang yang selalu mengalami kesulitan ketika hendak mengambil
keputusan terkait suatu hal? Kalau iya, kemungkinan Anda mengidap Aboulomania
yang merupakan kondisi dimana seseorang selalu merasa kesulitan ketika hendak
mengambil suatu keputusan, bahkan untuk hal yang sederhana sekalipun.
7. Ablutomania
Ablutomania mungkin bisa disebut
positif dalam konteks untuk menjaga kebersihan tubuh dari terkontaminasi oleh
kuman. Namun akan mengganggu kalau ketakutan terhadap kotor atau kuman datang
dalam skala per detik yang berdampak pada keinginan untuk membersihkan tubuh,
minimal tangan secara intens, bahkan keseringan. Ablutomania merupakan kondisi
untuk selalu membersihkan tubuh.
8. Trichotillomania
Maniak kategori ini juga cukup aneh
dan menggelikan. Trichotillomania merupakan kelainan gerakan refleks dalam
bentuk penyiksaan diri seperti menarik atau menjambak rambut, bulu mata, alis,
dan lainnya.
E. Pengertian
Enosimania
Enosimania merupakan kondisi di mana seseorang memiliki pre-okupasi atau
pemikiran yang terus-menerus bahwa dirinya melakukan kesalahan besar. Orang
dengan enosimania juga sering kali merasa takut mendapat kritik dari orang
lain.[9]
Enosimania ini mungkin dalam beberapa hal bisa positif karena akan
menimbulkan sikap kehati-hatian, perfect, dan lainnya. Namun kalau berlebihan
maka akan membuat diri menjadi tidak nyaman. Enosimania ialah keadaan dimana
seseorang takut melakukan kesalahan besar, takut mendapatkan kritikan, dan
lain-lain. Gejala yang biasanya terjadi pada orang yang mengalami Enosimania
meliputi detak jantung yang tidak menentu, timbul rasa muak, berkeringat, napas
menjadi pendek dan cepat.
Terkadang, enosimania dapat dipandang secara positif karena bisa membuat
seseorang menjadi lebih teliti, rapi, lebih berhati-hati, dan sebagainya.
Namun, bila kondisi ini dirasakan berlebih dan mengganggu aktivitas
sehari-hari, hal ini dapat menyebabkan orang tersebut menjadi tidak nyaman
dalam melakukan kegiatan sehari-harinya. Enosimania termasuk dalam penyakit
kejiwaan yang tergolong ringan.
F. Penyebab dan
Gejala Enosimania
1. Penyebab
Penyebab dari enosimania hingga saat ini masih tidak diketahui secara
pasti. Akan tetapi, berbagai faktor diduga berperan dalam memicu terjadinya
kondisi ini. Misalnya faktor genetik, lingkungan sekitar, pengalaman sebelumnya,
dan sebagainya.
2. Gejala
Beberapa tanda dan gejala yang biasanya ditunjukkan oleh orang dengan
enosimania antara lain:
a)
Terdapat perasaan bahwa dirinya telah melakukan
kesalahan atau memiliki rasa takut akan mendapat kritik
b)
Peningkatan frekuensi denyut jantung atau
terdapatnya irama jantung yang tidak reguler
c)
Produksi keringat yang berlebih
d)
Peningkatan frekuensi pernapasan
e)
Sesak napas
3. Diagnosis
Bila tanda dan gejala dari enosimania mengganggu keseharian, sangat
disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter secara langsung. Diagnosis dini
dari kondisi ini dapat membantu menangani keluhan dengan lebih baik.[10]
Diagnosis dari enosimania umumnya ditentukan dari hasil wawancara medis
yang mendetail serta pemeriksaan fisik secara langsung.
4. Penanganan
Seperti berbagai jenis gangguan jiwa lainnya, penanganan terhadap
enosimania dapat mencakup konsultasi dengan tenaga medis profesional. Salah
satu jenis penanganan yang bisa dilakukan adalah psikoterapi. Di antaranya
adalah dengan cara terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioural therapy
(CBT), di mana dapat dilakukan eksplorasi terkait dengan pikiran, perasaan, dan
perilaku seorang individu oleh tenaga medis profesional. Selain itu,
psikoterapi juga dapat membantu mengembangkan cara praktis untuk menyikapi kondisi
ini dengan efektif.
5. Pencegahan
Karena penyebab dari enosimania hingga saat ini belum diketahui secara
pasti, maka belum ada strategi yang diketahui efektif secara sepenuhnya dalam
mencegah kondisi ini. Namun, penanganan yang baik dapat mencegah tanda dan
gejala untuk timbul kembali.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan mental atau penyakit
kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan
stres atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan
normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif,
perilaku, komponen kognitif atau persepsi yang berhubungan dengan fungsi
tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial
manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan mental telah
berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih
terdapat perbdaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria
pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di
sebagian besar negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup
mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan
mental.
Enosimania merupakan kondisi di mana seseorang memiliki pre-okupasi atau
pemikiran yang terus-menerus bahwa dirinya melakukan kesalahan besar. Orang
dengan enosimania juga sering kali merasa takut mendapat kritik dari orang
lain. Enosimania ini mungkin dalam beberapa hal bisa positif karena akan
menimbulkan sikap kehati-hatian, perfect, dan lainnya. Namun kalau berlebihan
maka akan membuat diri menjadi tidak nyaman. Enosimania ialah keadaan dimana
seseorang takut melakukan kesalahan besar, takut mendapatkan kritikan, dan
lain-lain. Gejala yang biasanya terjadi pada orang yang mengalami Enosimania
meliputi detak jantung yang tidak menentu, timbul rasa muak, berkeringat, napas
menjadi pendek dan cepat.
B. Saran
Demikianlah pembahasan makalah mengenai enosimania, semogga dapat
bermanfaat bagi rekan sekalian. Kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi
untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dadang Hawari, al-Qur’an
Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (PT Dana Bhakti Primayasa,
Yogyakarta, 1997), cet.VII
Darajat, Zakiah, Peranan
Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: CV Haji. 1993)
Lukman Saksono, Panca
Daya dalam Empat Dimensi Filsafat, (PT. Grafikatama Jaya, Jakarta, 1993)
Ramayulis, Psikologi
Agama, (Jakarta : Kalam Mulia,.
2004)
Siswanto. Kesehatan
Mental 1. (Yogyakarta: Penerbit
ANDI. 2007)
Sriningsih, Gangguan Jiwa
Penyakit Pedesaan, (Jurnal Pdf, tahun 2015)
Yudi Kurniawan, Komunitas Sehati (Sehat Jiwa dan Hati) Sebagai
Intervensi Kesehatan Mental Berbasis Masyarakat, (Jurnal Psikologi dan
Kesehatan Mental, p-ISSN 2528-0104 | e-ISSN 2528-5181)
[1] Kesehatan Mental Berbasis Masyarakat, (Jurnal Psikologi dan Kesehatan
Mental, p-ISSN 2528-0104 | e-ISSN 2528-5181), h. 2
[3] Darajat, Zakiah, Peranan
Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: CV Haji. 1993), h. 61
[4] Darajat, Zakiah, Peranan
Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: CV Haji. 1993), h. 63
[5] Darajat, Zakiah, Peranan
Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: CV Haji. 1993), h. 65
[7] Sriningsih, Gangguan
Jiwa Penyakit Pedesaan, (Jurnal Pdf, tahun 2015)
[8] Lukman Saksono, Panca
Daya dalam Empat Dimensi Filsafat, (PT. Grafikatama Jaya, Jakarta, 1993),
hlm. 192
[9] Dadang Hawari, al-Qur’an
Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (PT Dana Bhakti Primayasa,
Yogyakarta, 1997), cet.VII, hlm. 66
No comments:
Post a Comment