Sunday, June 10, 2018

Makalah Psikologi Sosial Materi Tentang Gangguan Enosimania


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Gangguan mental atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stres atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitif atau persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan mental telah berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat perbdaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di sebagian besar negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan mental.
Penyebab gangguan mental bervariasi dan pada beberapa kasus tidak jelas, dan teori terkadang menemukan penemuan yang rancu pada suatu ruang lingkup lapangan. Layanan untuk penyakit ini terpusat di rumah sakit jiwa atau di masyarakat sosial, dan penilaian diberikan oleh psikiater, psikolog klinik, dan terkadang psikolog pekerja sukarela, menggunakan beberapa variasi metode tetapi sering bergantung pada observasi dan tanya jawab. Perawatan klinik disediakan oleh banyak profesi kesehatan mental.Psikoterapi dan pengobatan psikiatrik merupakan dua pilihan pengobatan umum, seperti juga intervensi sosial, dukungan lingkungan, dan pertolongan diri.[1]
Pada beberapa kasus terjadi penahanan paksa atau pengobatan paksa dimana hukum membolehkan. Stigma atau diskriminasi dapat menambah beban dan kecacatan yang berasosiasi dengan kelainan mental (atau terdiagnosa kelainan mental atau dinilai memiliki kelainan mental) yang akan mengarh ke berbagai gerakan sosial dalam rangka untuk meningkatkan pemahanan dan mencegah pengucilan sosial.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.      Bagaimana Latar Belakang Lahirnya Kesehatan Mental?
2.      Bagaimana Definisi Dan Pengertian Kesehatan Mental?
3.      Apa yang dimaksud dengan gangguan Mental ?
4.      Apa saja Jenis-Jenis Gangguan Jiwa?
5.      Apa yang dimaksud dengan Enosimania
6.      Apa saja Penyebab dan Gejala Enosimania?

C.     Tujuan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah :
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah  Psikologi Sosial
2.      Untuk mengetahui pengertian dan gejala enosimania

3.       
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Latar Belakang Lahirnya Kesehatan Mental
Sejarah kesehatan mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran. Ini terutama karena masalah mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan terlihat. Berbeda dengan gangguan fisik  yang dapat dengan relatif mudah dideteksi, orang yang mengalami gangguan kesehatan mental sering sekali tidak terdeteksi, sekalipun oleh anggota keluarganya sendiri.[2]
Khusus untuk masyarakat Indonesia, masalah kesehatan mental saat ini belum begitu mendapat perhatian yang serius. Orang masih fokus pada masalah kuratif, kurang memperhatikan hal-hal pervenrif untuk menjaga mental supaya tetap sehat. Tingkat pendidikan yang beragam dan terbatasnya pengetahuan mengenai perilaku manusia turut membawa dmpak kurangnya kepekaan masyarakat terhadap anggotanya yang mestinya mendapatkan pertolongan di bidang kesehatan mental. Faktor budayapun sering kali membuat masyarakat memilki pandangan yang beragam mengenai penderita gangguan mental.
Kalau kita perhatikan orang-orang dalam kehidupanya sehari-hari, akan bermacam-macam yang terlihat. Ada orang yang kelihatannya selalu gembira dan bahagia, walau apapun keadaan yang dihadapinya. Dia disenangi orang, tidak ada yang membenci atau tidak menyukainya, dan pekerjaannya selalu berjalan dengan lancar.
Sebaliknya ada pula orang yang sering mengeluh dan bersedih hati, tidak cocok dengan orang lain dalam pekerjaan, tidak bersemangat serta tidak dapat memikul tanggung-jawab. Hidupnya dipenuhi kegelisahan, kecemasan dan ketidakpuasan, dan mudah diserang oleh penyakit-penyakit yang jarang dapat diobati.
Gejala-gejala yang menggelisahkan masyarakat itulah, yang mendorong para ahli Ilmu Jiwa untuk berusaha menyelidiki apa yang menyebabkan tingkah laku orang berbeda, kendatipun kondisinya sama. Juga apa sebabnya ada orang yang tidak mampu mendapatkan ketenangan dan kebahagian dalam hidup ini. Usaha ini menumbuhkan satu cabang termuda Ilmu Jiwa, yaitu Kesehatan Mental (Mental Hygiene).[3]

B.     Definisi Dan Pengertian Kesehatan Mental
Memahami pengertian health, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai “kesehatan” (Echols & Shadily, 1981) tidaklah sederhana seperti yang dibayangkan. Namun sebagian besar orang bahkan mahasiswa psikologi sekalipun umumnya mendefinisikan sehat atau kesehatan lebih berfokus pada masalah fisik, seperti bebas dari penyakit dan cacat atau berfungsinya alat-alat tubuh secara penuh sehinnga orang dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Banyak pengertian dan definisi tentang kesehatan mental yang diberikan oleh para ahli, sesuai dengan pandangan dan bidangnya masing-masing.
1.      Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
Definisi yang pertama ini, banyak mendapat sambutan dari kalangan psikiatri (kedokteran jiwa). Ng Menurut definisi ini, orang yang sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari segala gangguan dan penyakit jiwa.
Tapi secara ringkas dapat dikatakan bahwa orang menderita gangguan jiwa bila: sering cemas tanpa diketahui sebabnya, malas, tidk ada kegairahan untuk bekerja, rasa badan lesu dan sebagainya. Gejala-gejala tersebut dalam tingkatan lanjutnya terdapat pada penyakit anxiety, neurasthenia, hysteria dan sebagainya.
Sedangkan sakit jiawa adalah orang yang pandanganya jauh berbeda dari pandangan orang pada umumnya, jauh dari realitas, yang dalam istilah sehari-hari kita kenal miring, gila dan sebagainya.
Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.
Definisi kedua ini lebih luas dn bersifat umum, karena dihubungkan dengan kehidupan secara keseluruhan. Kesanggupan untuk menyesuaikan diri itu, akan membawa orang kepada kenikmatan hidup dan terhindar dari kecemasan, kegelisahan, dan ketidak puasan.
Untuk dapat menyesuaikan diri dengan sendiri, kita harus lebih dulu mengenal diri kita dan menerimanya sebagimana adanya, lalu bertindak sesuai dengan kemampuan dan kekurangan yang ada pada kita. Begitupun dengan menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan kita harus bisa mengenal dan memahami dan meneliti orang lain dan lingkungan itu secara objektif, yaitu menurut perasaan dan ukuran kita.[4]
Jadi menurut definisi yang kedua ini, orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dapat menguasai segala fakator dalam hidupnya, sehingga ia dapat menghindarkan tekanan-tekanan perasaan atau hal-hal yang membawa kepada frustasi.
Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagian diri dan orang lain; serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.
Menurut definisi ini mendorong orang memperkembangkan dan memanfaatkan segala potensi yang ada. Jangan sampai ada bakat yang tidak bertumbuh dengan baik, atau yang digunakan dengan cara yang tidak membawa kepada kebahagian, yang menggangu hak dan kepentingan orang lain. Bakat yang tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, akan membawa kepada kegelisahan dan petentangan bathin.
Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagian dan kemampuan dirinya.
Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan dan keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerja sama satu sama lain, sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan, yang menjaukan orang dari perasaan ragu dan bimbang, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan bathin (konflik).
Keharmonisan antara fungsi jiwa dan tindakan tegas itu dapat dicapai antara lain dengan keyakinan akan ajaran agama, keteguhan dalam mengindahkan norma-norma sosial, hukum, moral, dan sebagainya.[5]
Menurut Mustafa Fahmi, mendefinisikan kesehatan mental menjadi dua pola yaitu: Pertama, pola neatif (salabiy), bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala neurosis (al-amradh al-‘ashabiyah) dan psikosis (al-amradh al-dzibaniyah). Kedua, pola positif (ijyabi), bahwa kesehatan mental adalah kemampuan individu dalam penyesuaian terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan sosialnya.
Menurut Jalaludi Rahmat, “Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”. Sedangkan menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
C.     Pengertian gangguan Mental
Gangguan mental atau penyakit mental adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stress atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitif atau persepsi, yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. [6]
Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan mental telah berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat perbedaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di sebagian besar negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan mental.

D.    Jenis-Jenis Gangguan Jiwa
1.      Gamomania
Gamomania atau obsesi untuk mengajukan pernikahan. Gangguan jiwa jenis ini memang cukup aneh (mungkin Anda juga belum pernah menjumpai atau mendengar gangguan jiwa jenis ini) dimana seseorang yang dikatakan mengalami Gamomania ini biasanya memiliki obsesi mengajukan atau mengajak menikah kepada orang-orang yang berbeda dalam waktu yang sama. Dalam banyak kasus, Gamomania ini dapat memicu terjadinya poligami.
2.      Climomania
Orang yang mengalami Climomania ini akan cenderung memiliki keinginan untuk berlama-lama di atas kasur terlebih kalau sedang musim dingin. Penderita Climomania ini mempunyai keinginan atau obsesi untuk selalu ada di atas kasur dalam jangka waktu lama, bahkan bisa sampai seharian. Climomania berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti “obsesi tidur”.
3.      Onomatomania
Onomatomania tak kalah menggelikannya dibandingkan gangguan jiwa jenis lainnya. Pada penderita Onomatomania ini ia memiliki obsesi untuk mengulang kata-kata khusus karena dianggap menggangu pikirannya.
4.      Enosimania
Enosimania ini mungkin dalam beberapa hal bisa positif karena akan menimbulkan sikap kehati-hatian, perfect, dan lainnya. Namun kalau berlebihan maka akan membuat diri menjadi tidak nyaman.[7]
Enosimania ialah keadaan dimana seseorang takut melakukan kesalahan besar, takut mendapatkan kritikan, dan lain-lain. Gejala yang biasanya terjadi pada orang yang mengalami Enosimania meliputi detak jantung yang tidak menentu, timbul rasa muak, berkeringat, napas menjadi pendek dan cepat.
5.      Demonomania
Demonomania ini sangat erat kaitannya dengan eksistensi makhluk atau alam gaib. Orang yang menderita gangguan kejiwaan jenis ini selalu memiliki perasaan ketakutan yang berlebihan, bahkan ketakutan dirasuki oleh roh jahat dari alam gaib ke dalam tubuhnya. Orang yang mengalami Demonomania ini akan semakin parah setelah ia melihat film-film horor, membaca buku horor atau mendengarakan cerita horor.[8]
6.      Aboulomania
Coba diingat-ingat apakah Anda termasuk orang yang selalu mengalami kesulitan ketika hendak mengambil keputusan terkait suatu hal? Kalau iya, kemungkinan Anda mengidap Aboulomania yang merupakan kondisi dimana seseorang selalu merasa kesulitan ketika hendak mengambil suatu keputusan, bahkan untuk hal yang sederhana sekalipun.
7.      Ablutomania
Ablutomania mungkin bisa disebut positif dalam konteks untuk menjaga kebersihan tubuh dari terkontaminasi oleh kuman. Namun akan mengganggu kalau ketakutan terhadap kotor atau kuman datang dalam skala per detik yang berdampak pada keinginan untuk membersihkan tubuh, minimal tangan secara intens, bahkan keseringan. Ablutomania merupakan kondisi untuk selalu membersihkan tubuh.
8.      Trichotillomania
Maniak kategori ini juga cukup aneh dan menggelikan. Trichotillomania merupakan kelainan gerakan refleks dalam bentuk penyiksaan diri seperti menarik atau menjambak rambut, bulu mata, alis, dan lainnya.

E.     Pengertian Enosimania
Enosimania merupakan kondisi di mana seseorang memiliki pre-okupasi atau pemikiran yang terus-menerus bahwa dirinya melakukan kesalahan besar. Orang dengan enosimania juga sering kali merasa takut mendapat kritik dari orang lain.[9]
Enosimania ini mungkin dalam beberapa hal bisa positif karena akan menimbulkan sikap kehati-hatian, perfect, dan lainnya. Namun kalau berlebihan maka akan membuat diri menjadi tidak nyaman. Enosimania ialah keadaan dimana seseorang takut melakukan kesalahan besar, takut mendapatkan kritikan, dan lain-lain. Gejala yang biasanya terjadi pada orang yang mengalami Enosimania meliputi detak jantung yang tidak menentu, timbul rasa muak, berkeringat, napas menjadi pendek dan cepat.
Terkadang, enosimania dapat dipandang secara positif karena bisa membuat seseorang menjadi lebih teliti, rapi, lebih berhati-hati, dan sebagainya. Namun, bila kondisi ini dirasakan berlebih dan mengganggu aktivitas sehari-hari, hal ini dapat menyebabkan orang tersebut menjadi tidak nyaman dalam melakukan kegiatan sehari-harinya. Enosimania termasuk dalam penyakit kejiwaan yang tergolong ringan.

F.      Penyebab dan Gejala Enosimania
1.      Penyebab
Penyebab dari enosimania hingga saat ini masih tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi, berbagai faktor diduga berperan dalam memicu terjadinya kondisi ini. Misalnya faktor genetik, lingkungan sekitar, pengalaman sebelumnya, dan sebagainya.
2.      Gejala
Beberapa tanda dan gejala yang biasanya ditunjukkan oleh orang dengan enosimania antara lain:
a)      Terdapat perasaan bahwa dirinya telah melakukan kesalahan atau memiliki rasa takut akan mendapat kritik
b)      Peningkatan frekuensi denyut jantung atau terdapatnya irama jantung yang tidak reguler
c)      Produksi keringat yang berlebih
d)      Peningkatan frekuensi pernapasan
e)      Sesak napas
3.      Diagnosis
Bila tanda dan gejala dari enosimania mengganggu keseharian, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter secara langsung. Diagnosis dini dari kondisi ini dapat membantu menangani keluhan dengan lebih baik.[10]
Diagnosis dari enosimania umumnya ditentukan dari hasil wawancara medis yang mendetail serta pemeriksaan fisik secara langsung.


4.      Penanganan
Seperti berbagai jenis gangguan jiwa lainnya, penanganan terhadap enosimania dapat mencakup konsultasi dengan tenaga medis profesional. Salah satu jenis penanganan yang bisa dilakukan adalah psikoterapi. Di antaranya adalah dengan cara terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioural therapy (CBT), di mana dapat dilakukan eksplorasi terkait dengan pikiran, perasaan, dan perilaku seorang individu oleh tenaga medis profesional. Selain itu, psikoterapi juga dapat membantu mengembangkan cara praktis untuk menyikapi kondisi ini dengan efektif.
5.      Pencegahan
Karena penyebab dari enosimania hingga saat ini belum diketahui secara pasti, maka belum ada strategi yang diketahui efektif secara sepenuhnya dalam mencegah kondisi ini. Namun, penanganan yang baik dapat mencegah tanda dan gejala untuk timbul kembali.


BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
 Gangguan mental atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stres atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitif atau persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan mental telah berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat perbdaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di sebagian besar negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan mental.
Enosimania merupakan kondisi di mana seseorang memiliki pre-okupasi atau pemikiran yang terus-menerus bahwa dirinya melakukan kesalahan besar. Orang dengan enosimania juga sering kali merasa takut mendapat kritik dari orang lain. Enosimania ini mungkin dalam beberapa hal bisa positif karena akan menimbulkan sikap kehati-hatian, perfect, dan lainnya. Namun kalau berlebihan maka akan membuat diri menjadi tidak nyaman. Enosimania ialah keadaan dimana seseorang takut melakukan kesalahan besar, takut mendapatkan kritikan, dan lain-lain. Gejala yang biasanya terjadi pada orang yang mengalami Enosimania meliputi detak jantung yang tidak menentu, timbul rasa muak, berkeringat, napas menjadi pendek dan cepat.

B.     Saran
Demikianlah pembahasan makalah mengenai enosimania, semogga dapat bermanfaat bagi rekan sekalian. Kritik dan saran sangat pemakalah harapkan demi untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.  
DAFTAR PUSTAKA

Dadang Hawari, al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (PT Dana Bhakti Primayasa, Yogyakarta, 1997), cet.VII

Darajat, Zakiah, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: CV Haji. 1993)

Lukman Saksono, Panca Daya dalam Empat Dimensi Filsafat, (PT. Grafikatama Jaya, Jakarta, 1993)

Ramayulis, Psikologi Agama,  (Jakarta : Kalam Mulia,. 2004)

Siswanto. Kesehatan Mental 1.  (Yogyakarta: Penerbit ANDI. 2007)

Sriningsih, Gangguan Jiwa Penyakit Pedesaan, (Jurnal Pdf, tahun 2015)

Yudi Kurniawan, Komunitas Sehati (Sehat Jiwa dan Hati) Sebagai Intervensi Kesehatan Mental Berbasis Masyarakat, (Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental, p-ISSN 2528-0104 | e-ISSN 2528-5181)


[1] Kesehatan Mental Berbasis Masyarakat, (Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental, p-ISSN 2528-0104 | e-ISSN 2528-5181), h. 2
[2] Siswanto. Kesehatan Mental 1.  (Yogyakarta: Penerbit ANDI. 2007), h./ 1
[3] Darajat, Zakiah, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: CV Haji. 1993), h. 61
[4] Darajat, Zakiah, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: CV Haji. 1993), h. 63
[5] Darajat, Zakiah, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: CV Haji. 1993), h. 65
[6] Ramayulis, Psikologi Agama,  (Jakarta : Kalam Mulia,. 2004), h. 128
[7] Sriningsih, Gangguan Jiwa Penyakit Pedesaan, (Jurnal Pdf, tahun 2015)
[8] Lukman Saksono, Panca Daya dalam Empat Dimensi Filsafat, (PT. Grafikatama Jaya, Jakarta, 1993), hlm. 192
[9] Dadang Hawari, al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (PT Dana Bhakti Primayasa, Yogyakarta, 1997), cet.VII, hlm. 66
[10] Dadang Hawari, al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,  ... hlm. 68

No comments:

Post a Comment